Dari Logo Jokowi ke Gerindra: 5 Fakta Manuver Politik ‘Tingkat Dewa’ Ketum Projo Budi Arie!

DEMOCRAZY.ID – Panggung politik pasca-Pilpres 2024 diwarnai oleh manuver-manuver mengejutkan, dan salah satu yang paling menyita perhatian datang dari Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi.

Organisasi relawan yang lahir dan besar sebagai garda terdepan pendukung Joko Widodo (Jokowi) ini kini tampak mengambil haluan baru.

Langkah politik Budi Arie dibaca oleh banyak kalangan sebagai strategi ‘cerdik’ untuk tetap relevan dalam pusaran kekuasaan. Berikut adalah rangkuman fakta-fakta kunci di balik manuver politik sang ketum Projo:

1. Sinyal Kuat Merapat ke Gerindra

Secara terang-terangan, Budi Arie telah mengumumkan rencananya untuk berlabuh ke partai pimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto, Gerindra.

Dalam Kongres III Projo, ia secara terbuka meminta izin dan pemahaman dari para relawan atas keputusannya.

“Mohon izin, bila suatu saat saya berpartai, teman-teman Projo bisa memahaminya,” kata Budi Arie.

Saat dipertegas oleh media, ia tak ragu menyebut Gerindra sebagai tujuannya.

“Nggak usah diterjemahin lugas-lugas, kalian sendiri terjemahin, ya. Tapi iya, pasti Gerindra,” katanya.

2. Klaim Permintaan Langsung dari Prabowo

Untuk melegitimasi langkahnya, Budi Arie mengklaim bahwa keputusannya untuk bergabung dengan Gerindra adalah atas permintaan langsung dari Prabowo Subianto.

Manuver ini disebutnya sebagai upaya memperkuat barisan pendukung pemerintahan.

“Kami berharap bisa memperkuat agenda politik Pak Prabowo. Supaya kepemimpinan Prabowo bisa lebih kuat, solid. Karena itu kami akan memperkuat seluruh agenda politik presiden dengan memperkuat partai politik pimpinan presiden,” tegas Budi Arie.

3. Melepas Bayang-bayang Jokowi, Logo Projo Diubah

Langkah paling simbolis dari manuver ini adalah rencana perombakan logo Projo yang ikonik dengan siluet wajah Jokowi.

Budi Arie beralasan bahwa perubahan ini diperlukan untuk menghindari kultus individu.

“Projo akan melakukan transformasi organisasi. Salah satunya kemungkinan merubah logo Projo supaya tidak terkesan kultus individu,” ujarnya.

Menurut pengamat, langkah ini adalah upaya Budi Arie untuk menjauhkan Projo dari citra Jokowi yang dinilai sudah tidak memiliki nilai jual politik yang kuat pasca-lengser.

4. Dibaca Sebagai Manuver Pragmatis Selamatkan Diri

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai manuver Budi Arie sebagai langkah pragmatis untuk menyelamatkan karier politiknya.

Menurutnya, Budi Arie sadar jika terus berada di bawah bayang-bayang Jokowi, ia dan Projo bisa ikut tenggelam.

“Bagi Budi Arie, bila tetap menggunakan logo dengan siluet Jokowi dapat menenggelamkan dirinya dan Projo dalam politik nasional,” jelas Jamiluddin.

Upaya merapat ke Gerindra juga dilihat sebagai cara agar tidak terus dicap sebagai “ternak Jokowi”.

5. Dicurigai sebagai ‘Sogokan Politik’ Tingkat Tinggi

Analisis lebih tajam datang dari pengamat politik Rocky Gerung yang menyebut manuver Budi Arie sebagai bentuk “sogokan politik” dari Jokowi kepada Prabowo.

Rocky menduga ada transaksi elite di balik layar untuk kepentingan tertentu.

Ia mengaitkan langkah ini dengan upaya Jokowi untuk mengamankan diri dari potensi pemeriksaan kasus hukum seperti Kereta Cepat Whoosh, serta melindungi menantunya, Bobby Nasution.

“Ini kan konteksnya harus begitu, atau soal Pak Bobby yang namanya sudah beredar atau diedarkan diam-diam di dalam wacana pemanggilan beliau sebagai Gubernur Sumatera Utara oleh KPK,” terang Rocky.

Sumber: Suara

Artikel terkait lainnya