Mengenal Zhong Shenggui, ‘Sosok Misterius’ Komisaris Utama KCIC yang Jarang Disorot Publik

DEMOCRAZY.ID – Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa Komisaris Utama KCIC bukan berasal dari Indonesia.

Sosok yang memegang posisi strategis ini bernama Zhong Shenggui, dan pengalamannya dalam proyek infrastruktur internasional membuat perannya begitu menarik untuk diikuti.

Proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) kembali menjadi sorotan tajam publik.

Bukan karena kecepatannya yang mencapai 350 km per jam, melainkan karena beban utang besar yang kini membayangi proyek tersebut.

Pembangunan yang dimulai pada masa Presiden Joko Widodo ini sejak awal diklaim tidak akan melibatkan dana APBN, tetapi seiring berjalannya waktu, pembengkakan biaya membuat pemerintah akhirnya harus menyuntikkan dana negara untuk menutup kekurangan.

Hingga kini, total utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) diperkirakan mencapai sekitar US$7.27 miliar atau setara lebih dari Rp118 triliun.

Untuk meringankan beban keuangan, konsorsium KCIC bersama China Development Bank (CDB) telah menyepakati restrukturisasi utang, memperpanjang tenor pinjaman dari 45 tahun menjadi 60 tahun.

Di tengah ramainya isu utang dan pembiayaan proyek ini, ada satu hal menarik yang luput dari perhatian publik.

Jika Anda membuka halaman struktur organisasi resmi KCIC, Anda akan menemukan bahwa posisi Komisaris Utama tidak diisi oleh orang Indonesia, melainkan oleh Zhong Shenggui.

Lantas, siapa sebenarnya Zhong Shenggui ini? Bagaimana latar belakang dan perannya hingga bisa menduduki jabatan penting sebagai Komisaris Utama KCIC?

Mengenal Zhong Shenggui, Komisaris Utama Asal China di KCIC

p

Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa di balik kesuksesan kereta cepat Whoosh, proyek transportasi paling ambisius di Indonesia, terdapat sosok penting asal China bernama Zhong Shenggui.

Ia bukan sekadar figur formal di jajaran manajemen, melainkan Komisaris Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Sejak Whoosh resmi beroperasi pada Oktober 2023, publik lebih banyak mengenal kereta cepat ini dari sisi teknologinya, yaitu kecepatannya mencapai 350 km per jam, mampu menempuh Jakarta-Bandung hanya dalam waktu 36 hingga 40 menit, serta membawa citra Indonesia ke era baru transportasi modern.

Namun, di balik pencapaian tersebut, ada peran penting dari para pengambil keputusan di balik layar KCIC, termasuk Zhong Shenggui.

Berdasarkan informasi dari laman resmi 24 KG dan sumber lainnya, Zhong Shenggui dikenal memiliki rekam jejak panjang di dunia infrastruktur dan investasi perkeretaapian internasional.

Salah satu proyek besar yang melibatkan diri Zhong Shenggui adalah pembangunan jalur kereta sepanjang 523 kilometer yang menghubungkan China, Kyrgyzstan, dan Uzbekistan.

Jalur ini tidak hanya sekadar proyek transportasi lintas negara, tetapi juga menjadi bagian dari inisiatif konektivitas ekonomi Eurasia dalam kerangka besar Belt and Road Initiative (BRI).

Sebagai Ketua Dewan Direksi China–Kyrgyzstan–Uzbekistan Railway Company LLC (CKU), Zhong Shenggui memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan proyek kereta lintas negara itu berjalan sesuai rencana.

Jalur CKU sendiri diharapkan mampu memperpendek waktu pengiriman logistik dari Asia Timur ke Asia Tengah secara signifikan, sekaligus membuka rute perdagangan baru yang lebih efisien dibanding jalur laut tradisional.

Dengan kata lain, proyek ini menjadi bagian dari strategi besar Tiongkok dalam memperluas jaringan ekonomi dan infrastruktur lintas benua.

Keterlibatan Zhong Shenggui tidak berhenti sampai di situ.

Pada Desember 2024, ia menandatangani perjanjian investasi penting dengan Menteri Transportasi dan Komunikasi Kirgistan terkait proyek CKU.

Perjanjian tersebut mencakup aspek perancangan, pembangunan, pembiayaan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan jangka panjang, menandakan adanya komitmen kerja sama yang berkelanjutan antara pihak China dan negara mitra.

Dalam struktur Dewan Komisaris KCIC, Zhong Shenggui tidak bekerja sendirian.

Ia didampingi oleh sejumlah figur KCIC lainnya yang berpengalaman dari Indonesia dan China, di antaranya Rifky Setiawan, Posma H. Sitompul, Jagatsyah Aminullah, Imam Sayuti, serta Bo Fulong.

Struktur Kepemilikan dan Pendanaan

Berdasarkan laman resmi KCIC, kereta cepat Whoosh sendiri telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016, yang berarti proyek ini memiliki nilai strategis untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional, terutama dalam memperkuat konektivitas kawasan Jakarta-Bandung.

Secara rinci, struktur pendanaan proyek ini dibagi sebagai berikut:

  • 75% dibiayai melalui pinjaman China Development Bank (CDB).
  • 25% sisanya berasal dari setoran modal gabungan dua entitas utama, yaitu:
  • PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan porsi 60%, dan
  • Beijing Yawan HSR Co. Ltd. dengan porsi 40%.

Komposisi Pemegang Saham PSBI

PSBI merupakan konsorsium gabungan beberapa BUMN Indonesia yang memiliki peran utama dalam proyek ini. Struktur kepemilikannya adalah sebagai berikut:

  • PT Kereta Api Indonesia (Persero): 58.53%
  • PT Wijaya Karya (Persero) Tbk: 33.36%
  • PT Perkebunan Nusantara I: 1.03%
  • PT Jasa Marga (Persero) Tbk: 7.08%

Komposisi Pemegang Saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd

Sementara itu, Beijing Yawan HSR Co. Ltd. merupakan pihak mitra dari China yang terdiri dari sejumlah perusahaan besar di bidang infrastruktur dan teknologi perkeretaapian.

Komposisi sahamnya meliputi:

  • China Railway Engineering Corporation (CREC): 42.88%
  • Sinohydro: 30%
  • CRRC: 12%
  • CRSC: 10.12%
  • CRIC: 5%

Sumber: Inilah

Artikel terkait lainnya