DEMOCRAZY.ID – Pernyataan ekonom mendiang Faisal Basri kembali menjadi sorotan setelah proyek Kereta Cepat Indonesia–China (KCIC) dilaporkan terus menelan kerugian.
Faisal dalam salah satu wawancara semasa hidupnya pernah menyebut bahwa proyek kereta cepat Jakarta–Bandung itu “tidak akan balik modal sampai kiamat”.
Kini, ucapan itu tampaknya terbukti. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menutupi utang KCIC menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pernyataan tegas Purbaya ini menanggapi wacana yang disampaikan Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, yang mengajukan dua skema penyelesaian utang proyek kereta cepat tersebut.
Dony menyebutkan dua opsi yang tengah dikaji, yakni menambah penyertaan modal (equity) kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI), atau menyerahkan infrastruktur kereta cepat kepada pemerintah. Namun, opsi kedua otomatis akan melibatkan APBN.
“Apakah kemudian kita tambahkan equity yang pertama atau kemudian memang ini kita serahkan infrastrukturnya sebagaimana industri kereta api yang lain, infrastrukturnya itu milik pemerintah. Nah ini dua opsi ini yang kita coba tawarkan,” kata Dony.
Menanggapi hal itu, Purbaya menegaskan bahwa utang KCIC bukan tanggung jawab pemerintah.
“Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung ini bukan proyek pemerintah, tapi urusan BUMN yang terlibat di dalamnya,” ujarnya.
Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung sempat digadang-gadang sebagai proyek ambisius era Presiden Joko Widodo.
Diresmikan pada Oktober 2023 di Stasiun Halim, Jakarta Timur, proyek yang diberi nama Whoosh itu termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Namun sejak awal, proyek ini menuai kontroversi. Biaya konstruksi yang semula diperkirakan Rp86 triliun membengkak hingga Rp118,37 triliun, membuat pemerintah terpaksa memberikan jaminan terhadap utang KCIC.
Dalam menjalankan proyeknya, beban keuangan KCIC ditanggung oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium yang terdiri dari PT Kereta Api Indonesia (58,5%), PT Wijaya Karya (33,4%), PT Jasa Marga (7,1%), dan PT Perkebunan Nusantara VIII (1,03%).
Purbaya mengingatkan, sejak pembentukan superholding BUMN Danantara, seluruh dividen BUMN menjadi milik perusahaan tersebut, bukan lagi penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
“Nilainya bisa mencapai Rp80 triliun per tahun,” jelasnya.
Dua tahun setelah diresmikan, proyek KCIC belum lepas dari masalah.
Laporan keuangan per 30 Juni 2025 (unaudited) yang dirilis melalui laman resmi PT KAI menunjukkan kerugian mencapai Rp4,195 triliun.
Bahkan hingga kuartal pertama 2025, PSBI kembali menanggung rugi Rp1,625 triliun.
Kini video lawas yang diunggah ulang akun Threads @misisdevi menjadi viral kembali saat mendiang Faisal Basri sendiri pernah mengkritik keras proyek tersebut.
“Lagi pula saya naik kereta cepat tidak bisa berhenti di tengah kota Bandung. Saya harus berhenti di Padalarang, turun kereta naik kereta lagi. Mana ada proyek konyol di dunia ini. Akibatnya biaya membengkak, sehingga ini proyek rugi yang saya katakan ini sampai kiamat,” ujarnya kala itu, dikutip Kamis (16/10/2025).
“Tak usah lah 139 tahun. Itu pun belum dimasukkan biaya operasionalnya. Itu bisa sampai berapa lama itu? Waduh. Ya makanya saya bilang sampai kiamat pun tidak akan balik modal itu lah. Jadi pembayaran bunga belum masuk. Bunganya kan 2%,” lanjutnya.
Kini, dengan terus membengkaknya beban keuangan dan belum jelasnya arah penyelesaian utang, ucapan Faisal Basri kembali ramai diperbincangkan publik seakan menjadi ramalan yang terbukti.
Sumber: Fajar