DEMOCRAZY.ID – Nama perusahaan air minum Aqua mendadak menjadi sorotan usai Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau Kang Dedi melakukan sidak di perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Dari hasil sidak tersebut diketahui bahwa sumber air yang digunakan oleh Aqua ternyata bukan berasal dari mata air pegunungan seperti yang selama ini diklaim.
Air tersebut berasal dari hasil pengeboran sumur dalam yang ada di sekitar kawasan pabrik.
Temuan ini jelas bertolak belakang dengan citra yang selama ini dibangun oleh Aqua melalui berbagai iklan dan promosi.
Selama puluhan tahun, merek ini dikenal dengan slogan yang identik dengan kesegaran air pegunungan alami.
Namun di tengah polemik yang sedang memanas ini, muncul pertanyaan lain yang tak kalah menarik.
Siapakah sebenarnya sosok di balik berdirinya Aqua, merek air minum yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia selama puluhan tahun?
Tirto Utomo, yang terlahir dengan nama Kwa Sien Biauw di Wonosobo pada 8 Maret 1930, dikenal sebagai pendiri Aqua, merek air minum dalam kemasan pertama dan paling populer di Indonesia.
Ia meninggal dunia pada 16 Maret 1994, meninggalkan warisan besar berupa industri air minum yang mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi air bersih.
Masa kecil Tirto dihabiskan di Wonosobo hingga kemudian menempuh pendidikan menengah di Magelang dan melanjutkan ke HBS (setara SMA) di Semarang serta Malang.
Hidup dalam keluarga pengusaha ternak, ia tumbuh dengan semangat kerja keras yang kelak membentuk karakter visionernya sebagai seorang pengusaha.
Selama kuliah di Universitas Gadjah Mada, Tirto sempat menjadi wartawan Jawa Pos dengan tugas meliput berita pengadilan.
Setelah pindah ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ia menjadi Pemimpin Redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna, saat itu ia menggunakan nama pena “A Kwa”.
Karier jurnalistiknya berakhir setelah diberhentikan dari Sin Po pada 1959, namun hal itu justru memacu semangatnya untuk menyelesaikan kuliah hukum.
Tirto kemudian bekerja di Pertamina dan meniti karier hingga menjabat sebagai Deputy Head Legal dan Foreign Marketing, posisi yang memperluas wawasannya di bidang bisnis internasional.
Ide mendirikan Aqua muncul pada 1971, saat negosiasi dengan perusahaan Amerika gagal karena air minum di Indonesia dianggap tidak layak konsumsi.
Dari pengalaman itu, Tirto menyadari perlunya menyediakan air mineral steril yang mudah dijangkau masyarakat luas.
Pada 1973, ia bersama adiknya, Slamet Utomo, mendirikan PT Golden Mississippi dengan modal awal 150 juta rupiah dan nama produk Puritas.
Pabrik pertamanya di Pondok Ungu, Bekasi, menjadi cikal bakal kelahiran merek Aqua yang diluncurkan pada 1 Oktober 1974.
Nama “Aqua” disarankan oleh konsultan Eulindra Lim karena terdengar universal dan mudah diingat, sekaligus merepresentasikan makna air.
Meski awalnya dianggap ide gila menjual air putih dalam botol, ketekunan dan inovasi Tirto akhirnya membawa Aqua mencapai kesuksesan besar pada akhir 1970-an.
Tirto terus memperluas bisnisnya dengan membangun pabrik kedua di Pandaan, Malang, pada 1984 dan mengembangkan kemasan PET 220 ml pada 1985 demi menjaga kualitas produk.
Setelah wafat, semangat dan visi Tirto tetap hidup melalui Aqua sebagai pelopor air minum berkualitas di Indonesia.
Aqua kemudian diakuisisi oleh Danone pada tahun 1998 melalui kemitraan strategis antara PT Aqua Golden Mississippi dan Danone Asia Holding Pte Ltd.
Akuisisi ini dimulai ketika Danone mengakuisisi 40 persen saham Aqua, lalu secara bertahap meningkatkan kepemilikan hingga menjadi mayoritas pada 2001.
Sumber: Suara