BOCOR Salinan Perjanjian Damai Gaza: Israel dan Hamas Sepakati Akhiri Perang!

DEMOCRAZY.ID – Sebuah dokumen penting yang berisi perjanjian untuk mengakhiri perang di Gaza dilaporkan bocor ke publik.

Salinan perjanjian tersebut disebut-sebut telah ditandatangani oleh Israel, Hamas, serta sejumlah mediator internasional di Mesir.

Media Middle East Eye menjadi pihak pertama yang memperoleh dan mempublikasikan isi dokumen tersebut, yang dinilai sebagai langkah bersejarah menuju berakhirnya genosida dan penderitaan panjang di Gaza.

Dokumen itu berjudul “Langkah-Langkah Implementasi Proposal Presiden Trump untuk Pengakhiran Perang Gaza yang Komprehensif”, menandai upaya diplomatik paling signifikan sejak pertempuran besar terakhir pecah antara Israel dan Hamas.

Dalam dokumen tersebut tertera tanda tangan para pihak, termasuk utusan khusus Amerika Serikat, Steve Witkoff, yang bertindak sebagai mediator utama bersama Mesir dan Qatar.

Perjanjian itu disebut terdiri atas enam tahap utama yang secara bertahap akan mengakhiri konflik dan memulihkan kehidupan sipil di Jalur Gaza.

Tahap pertama mencakup pengumuman resmi dari Presiden AS Donald Trump bahwa perang di Gaza telah berakhir, diikuti kesepakatan seluruh pihak untuk mengambil langkah-langkah implementasi menuju perdamaian permanen.

Langkah kedua mengharuskan pemerintah Israel memberikan persetujuan resmi terhadap kesepakatan tersebut sebelum penghentian penuh operasi militer.

Menurut laporan Middle East Eye, Israel telah menyetujui tahap awal perjanjian ini pada Kamis pekan lalu, membuka jalan bagi pelaksanaan tahap berikutnya.

Sementara itu, tahap ketiga menegaskan komitmen untuk “memulai secara segera dan menyeluruh masuknya bantuan serta pertolongan kemanusiaan ke Jalur Gaza.”

Ini menjadi poin yang paling krusial, mengingat kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut telah mencapai titik kritis setelah lebih dari setahun konflik intensif yang menewaskan puluhan ribu warga sipil.

Tahap keempat mencakup penarikan pasukan Tentara Pertahanan Israel (IDF) dari wilayah-wilayah yang ditentukan dalam “peta X” yang terlampir pada dokumen.

Penarikan ini wajib diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah pengumuman resmi Presiden Trump dan persetujuan penuh dari pemerintah Israel.

Dalam perjanjian juga ditegaskan bahwa IDF tidak akan kembali ke wilayah yang telah ditinggalkan selama Hamas melaksanakan seluruh komitmen kesepakatan.

Selanjutnya, tahap kelima menyoroti isu paling sensitif: pembebasan seluruh sandera Israel yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia.

Proses ini akan dilakukan dalam waktu 72 jam setelah penarikan pasukan Israel dari Gaza.

Disebutkan pula adanya pembentukan mekanisme berbagi informasi antara kedua pihak untuk memastikan identifikasi dan pemulangan jenazah yang belum dievakuasi.

Dalam subklausul kelima, Hamas berkomitmen “menggunakan seluruh upaya maksimal” untuk memastikan setiap sandera yang meninggal dapat ditemukan, digali, dan dipulangkan secara aman.

Di sisi lain, Israel diwajibkan memberikan akses informasi dan kerja sama penuh terkait tahanan warga Gaza yang masih berada di penjara-penjara Israel.

Tahap terakhir dari perjanjian, sebagaimana disebut dalam laporan tersebut, akan menitikberatkan pada pembentukan otoritas pengawasan internasional guna menjamin kelangsungan implementasi kesepakatan dan mencegah kembalinya kekerasan.

Mekanisme ini diperkirakan akan melibatkan PBB, Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar.

Kebocoran dokumen ini segera memicu perhatian dunia internasional.

Banyak pihak menyambutnya sebagai harapan baru bagi rakyat Gaza yang selama bertahun-tahun hidup di bawah blokade dan kekerasan.

Namun, sejumlah analis menilai tantangan implementasi di lapangan masih sangat besar, terutama terkait kepercayaan antara Israel dan Hamas yang selama ini nyaris tidak ada.

Meski demikian, bocornya perjanjian ini memperlihatkan bahwa diplomasi multilateral masih memiliki peluang untuk memulihkan perdamaian di Timur Tengah.

Jika seluruh pihak benar-benar mematuhi isi kesepakatan, maka sejarah baru bisa tercipta — akhir dari perang Gaza yang menelan korban jiwa terbesar sepanjang abad ke-21.

Sumber: PorosJakarta

Artikel terkait lainnya