DEMOCRAZY.ID – Pengamat geopolitik Hendrajit menyatakan bahwa wacana penganugerahan gelar Pahlawan Nasional untuk Presiden kedua RI Soeharto merupakan diskursus sehat yang perlu dikaji secara objektif.
Menurutnya, semua pihak baik yang pro maupun kontra harus mendasarkan pandangan pada fakta sejarah yang akurat.
Hendrajit menekankan bahwa pembahasan kelayakan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional merupakan hal positif. Baik pihak yang setuju maupun tidak seharusnya berdiskusi secara terbuka dengan menjelaskan alasan masing-masing berdasarkan fakta sejarah yang faktual dan akurat.
Hendrajit mengungkapkan ciri khas Soeharto dalam sejarah bangsa Indonesia adalah kemampuannya selalu berada di tempat dan waktu yang tepat. Berikut peristiwa penting yang mendukung pernyataan tersebut:
Soeharto menjadi komandan serangan serentak di Yogyakarta saat negara dalam kekosongan kekuasaan akibat penangkapan pemimpin bangsa oleh Belanda.
Soekarno menunjuk Mayjen Soeharto sebagai Panglima Mandala untuk melaksanakan operasi pembebasan Papua dalam rangka TRIKORA.
Tahun 1964, Soekarno kembali mempercayakan Soeharto sebagai Pangkostrad dalam operasi Dwikora.
Soeharto tampil mengambil inisiatif di tengah kekosongan kekuasaan nasional pasca tragedi G30S/PKI.
Pada 11 Maret 1966, Soekarno memberikan Surat Perintah (Supersemar) kepada Soeharto yang menjadi dasar pembubaran PKI dan penertiban pemerintahan.
Hendrajit menegaskan bahwa kehadiran Soeharto berulang kali di momen penting bukanlah kebetulan semata.
Menurutnya, hal ini menunjukkan kekuatan kepribadian Soeharto yang mampu merespons keadaan genting dengan keberanian dan ketetapan hati.
Seorang pahlawan sejati, lanjut Hendrajit, tidak hanya diukur dari ideologi atau posisi militer, tetapi dari passion dan keteguhan pribadi dalam menghadapi situasi kritis.
Karakter inilah yang membuat Soeharto, sama seperti Sukarno, mampu menggerakkan sejarah bangsa Indonesia.
Sumber: Tribun