DEMOCRAZY.ID – Wakil Ketua Umum (Waketum) Projo Periode 2014 – 2019, Budianto Tarigan membongkar alasan Presiden ke 7, Joko Widodo (Jokowi) masih mempertahankan organisasi Projo.
Budianto meyakini bahwa semuanya karena kepentingan politik.
Menurut pengakuan Budianto, Jokowi saat itu melarang Projo dibubarkan, meski dirinya sudah dinyatakan menang.
“Ya kalau menurut saya kan waktu itu pasti ada kepentingan politik ya,” jelas Budianto, dikutip dari youtube Forum Keadilan TV, Senin (3/11/25).
“Karena waktu itu kita tanya ‘gimana pak? Bapak sudah menang, kita bubar atau tidak?’. (beliau menjawab) ‘oh jangan bubar, relawan jangan bubar, bantu saya untuk memberikan informasi, data ataupun pendapat soal – soal yang strategis dalam pemerintahan saya dalam mewujudkan janji – janji kampanye saya’. Kira – kira itulah beliau waktu itu,” sambungnya.
Saat masih bergabung dengan organisasi Projo tersebut, Budianto mengakui bahwa dirinya sempat memberikan pendapat – pendapat soal kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Ada beberapa dulu kita berikan pendapat soal – soal kehidupan kebangsaan dan negara. Yang saya ingat waktu itu bahwa pembenahan BUMN. Karena banyak di BUMN itu menurut pandangan kita itu adalah orang – orang yang tidak tepat dan ini harus direformasi, itu salah satunya,” urainya.
Selain itu, Budianto juga menyebut bahwa pihaknya sempat terlibat masalah stabilitas politik.
“Terakhir yang saya ikut terlibat langsung adalah masalah stabilitas politik,” jelas Budianto.
“Waktu itu kita mendukung Airlangga Hartanto jadi Ketua Umum Golkar. Bayangkan, Projo yang awalnya relawan jadi ormas, sekarang sudah ormas loh Projo ini, ikut memberikan saran dan pendapat soal pergantian Ketua Umum Golkar waktu itu, partai besar, saya waktu itu jadi pemimpin rombongan ketemu Pak Airlangga,” sambungnya.
Budianto kemudian membahas soal istilah untuk para pendukung Jokowi saat ini. Dirinya sangat menyayangkan, karena Projo kini justru disebut dengan ‘Termul’ (Ternak Mulyono).
“Dulu itu kan ada istilah namanya haters dan lovers ya, pecinta dan pembenci terus turunannya lagi ada, sekarang kok Termul gitu loh. Inikan makin turun nih kelasnya,” Kata Budianto.
“Kok ternak gitu, saya sedih juga. Kok tiba – tiba pendukung Pak Jokowi ini kok sepertinya jadi seperti hewan gitu ya, ternak Mulyono, malu juga sebenarnya saya, kelasnya kok jadi turun,” tambahnya.
Namun tak menyalahkan sepenuhnya, Budianto juga mengakui bahwa munculnya istilah ‘Ternak Mulyono’ pasti ada dasar tersendiri.
“Tapi mungkin juga pandangan Masyarakat terhadap ini ada dasarnya dong. Kan membela orang itu juga harus pakai rasionalitas tidak asal dukung, tidak asal apa kata Jokowi itu kata Projo,” ungkap Budianto.
“Tidak fanatik brutal, kita kan punya akal sehat, ya gunakan saja akal sehat itu. Tapi kan di atas semua itu kan kepentingan rakyat,” imbuhnya.
Projo sendiri kembali menjadi perbincangan usai Ketua Umum Relawan Projo, Budi Arie Setiadi memilih bergabung dengan Partai Gerindra.
Budi mengaku telah meminta izin kepada seluruh anggota Projo untuk bergabung dengan Gerindra.
Pernyataan itu disampaikan oleh Budi setelah dirinya kembali terpilih sebagai Ketua Umum Projo periode 2025 – 2030.
Budi menegaskan bahwa dirinya belum resmi menjadi kader Gerindra karena masih menunggu Keputusan partai tersebut.
“Kan saya baru minta izin. Diizinin enggak sama yang bergabung ke Partai Gerindra? Kan kita belum bergabung. Oke? Dan saya baru mau masuk. Baru mau masuk,” ujarnya.
Budi juga menyebut seluruh anggota Projo telah menyerahkan Keputusan sepenuhnya kepada dirinya.
[FULL VIDEO]
Sumber: Suara