Skandal Solar Murah Sakiti Hati Rakyat, DPR Desak Kejagung Periksa Boy Thohir, Franky Widjaja dan Djony Bunarto!

DEMOCRAZY.ID – Terungkapnya skandal solar murah yang menyeret sejumlah perusahaan tambang ternama, milik para konglomerat yang namanya sering nangkring di daftar orang terkaya, sungguh menyakiti hati rakyat.

Apalagi saat ini, banyak orang penghasilannya pas-pasan, atau harus menganggur karena terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), harus hidup pas-pasan.

Sementara, tambang atau kebun sawit milik orang super kaya itu, justru mengeruk keuntungan dari membeli solar dengan harga super murah.

Mereka membeli solar di luar kewajaran, di bawah bottom price serta di bawah harga pokok penjualan (HPP) dari PT Pertamina (Persero). B

ahkan di bawah profitabilitas dan tidak mematuhi pedoman tata niaga yang diatur dalam Pedoman Pengelolaan Pemasaran BBM Industri dan Marine PT Pertamina Patra Niaga No. A02-001/PNC200000/2022-S9. Alhasil, negara dirugikan hingga Rp2,5 triliun.

“Ini sangat menyakiti hati rakyat, sekaligus mengusik rasa keadilan. Jika terbukti melanggar, semuanya harus ditindak tegas,” kata anggota DPR asal Fraksi Kebangkitan Bangsa (F-KB), Daniel Johan di Jakarta, Kamis (16/10/2025).

Kasus ini, menurut Daniel, harus menjadi atensi aparat penegak hukum. Jika memang terbukti ada kerugian negara sebesar Rp2,5 triliun, harus bisa diselamatkan. Kembalkan ke brankas negara.

“Harus ganti kerugian negara bila memang terjadi kerugian akibat pelanggarannya. Dari sisi hukum, jalankan saja seluruh penindakan dan sanksi sesuai aturan yang ada,” imbuhnya.

Penikmat Cuan Solar Murah

Dalam sidang korupsi minyak mentah dan BBM periode 2018-2023 yang menghadirkan bekas Dirut Pertamina Patra Niaga (PPN), Riva Siahaan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (9/10/2025), terungkap 13 perusahaan pembeli solar super murah, yang merugikan negara Rp2,5 triliun.

Disebut super murah, karena itu tadi, harganya di bawah bottom price, serta jauh dari harga pokok penjualan (HPP) PT Pertamina (Persero).

Ditetapkan ugal-ugalan tanpa memperhitungkan profitabilitas yang telah ditetapkan.

Mengejutkan. Banyak perusahaan yang selama ini kinerjanya cukup moncer, bahkan sudah listing di pasar saham, meraup cuan gede dari belanja solar dengan harga miring.

Dan, banyak pengusaha kakap yang menjadi pemilik perusahaan itu.

Salah satunya, perusahaan Boy Thohir. Kakak dari Erick Thohir yang saat ini menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) itu, merupakan pemilik PT Adaro Indonesia yang menikmati cuan Rp168,52 miliar.

Masih ada satu lagi perusahaan Boy Thohir yang kebagian cuan dari skandal ini.

Yakni PT Maritim Barito Perkasa, diduga mereguk untung hingga Rp66.484.498.847 (Rp66,5 miliar). Sehingga totalnya mencapai Rp235 miliar

Angka itu, bisa jadi ‘receh’ untuk konglomerat sekelas Boy Thohir yang menurut Forbes memiliki kekayaan US$3,3 miliar atau setara Rp51 triliun pada 2023.

Alhasil, Boy masuk peringkat ke-17 di barisan orang terkaya di Indonesia.

Franky Widjaja, generasi kedua pemilik Sinarmas Group ikut terseret, lewat PT Berau Coal.

Tambang batu bara yang beroperasi di Kalimantan Timur (Kaltim) itu, disebut mengantongi cuan Rp499,1 miliar.

Masih ada satu lagi perusahaan milik Sinarmas Group. Yakni, PT Puranusa Eka Persada melalui PT Arara Abadi, perusahaan yang terafiliasi Asia Pulp & Paper (APP), bagian dari Sinarmas Group juga, ikut menikmati cuan Rp32,1 miliar. Sehingga, totalnya mencapai Rp481,2 miliar.

Ternyata, Franky lebih tajir ketimbang Boy. Menurut catatan Forbes, aset Franky pada 2021 berada di angka US$9,7 miliar.

Kemudian naik menjadi US$10,8 miliar atau setara Rp179 triliun pada 2023. Setahun kemudian melompat US$18,9 miliar. Menempatkannya di posisi keempat barisan orang terkaya di Indonesia.

Selanjutnya, Astra Group selaku pemilik PT Pamapersada Nusantara (PAMA), meraup cuan tertinggi dari skandal solar murah. Angkanya nyaris Rp1 triliun, tepatnya Rp958,38 miliar

Saat ini, posisi Presiden Komisaris PAMA dijabat Djony Bunarto Tjondro yang juga Presiden Direktur Astra International. Sedangkan Presiden Direktur PAMA dijabat Hendra Hutahean.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), perusahaan semen yang mayoritas sahamnya dikempit Heidelberg Materials AG (sebelumnya Heidelberg Cement Group), mengantongi untung Rp42,51 miliar.

Dalam RUPST INTP yang digelar pada Mei 2025, pemilik saham menunjuk mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa sebagai komisaris.

Masih ada lagi beberapa perusahaan yang ‘kepleset’ skandal solar murah.

Misalnya, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) yang komisaris utama-nya, dijabat eks Menkumham, Hamid Awluddin. Perusahaan ini menikmati untung Rp264,14 miliar.

Dan, PT Merah Putih Petroleum milik PT Energi Asia Nusantara dan Andita Naisjah Hanafiah, meraup untung Rp256,23 miliar dari skandal ini.

Atau PT Vale Indonesia Tbk yang berkode emiten INCO, menikmati keuntungan Rp62,14 miliar dari skandal ini.

Menariknya, ada mantan Kopassus yang masuk jajaran komisaris Vale yang digelar pada 28 Juli 2025. Dia adalah Mayjen TNI (Pur), FS Multhazar.

Demikian pula PT Ganda Alam Makmur anak usaha Titan Infra Energy Group, milik Handoko A Tanuadji, kebagian cuan senilai Rp127,99 miliar.

Menariknya, ada perusahaan pelat merah yang menikmati keuntungan dari skandal ini. Yakni, PT Aneka Tambang (Persero/Antam) Tbk sebesar Rp16,79 miliar.

Lewat lima anak usahanya, Grup PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM) kebagan Rp85,80 miliar.

Kelima anak usaha ITM itu, adalah PT Tambang Raya Usaha Tama (Rp29,5 miliar), PT Bharinto Ekatama (Rp11,7 miliar), PT Sinar Nirwana Sari (Rp21,4 miliar), PT Trubaindo Coal Mining (Rp10,7 miliar), dan PT Tunas Jaya Perkasa (Rp12,3 miliar).

Terakhir, PT Nusa Halmahera Minerals (NHM), tambang emas di Halmahera Utara, Maluku Utara (Malut), kebagian cuan Rp14 miliar.

Di mana, 75 persen saham NHM digenggam PT Indotan Halmahera Bangkit, perusahaan milik H Robert Nitiyudp Wachjo yang akrab disapa Haji Robert. Sisanya yang 25 persen milik Antam.

Sumber: Inilah

Artikel terkait lainnya