DEMOCRAZY.ID – Aktivis perempuan Ida N Kusdianti, merespons langkah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang dinilai berani melawan arus.
Ia menyebut, pernyataan Kapolri dalam program talkshow Rosi bukan pernyataan biasa, melainkan sebuah perlawanan kekuatan lama terhadap upaya Presiden Prabowo Subianto memperbaiki tubuh Polri.
“Bukan sekadar langkah spontan, itu adalah simbol perlawanan kekuatan lama yang masih berakar kuat di tubuh Kabinet Merah Putih,” ujar Ida, Senin (3/11/2025).
Dikatakan Ida, video pernyataan Kapolri yang beredar luas itu bukan hal sepele. Di baliknya, ada kekuatan besar yang disebutnya sebagai Invisible Man Balik Layar.
Ia menduga, kekuatan tersebut berhasil membuat langkah Presiden Prabowo dalam mereformasi Polri terhenti mendadak.
“Belum lama ini beredar video pernyataan Kapolri di hadapan Rossi Silalahi terkait rencana presiden Prabowo memperbaiki lembaga Kepolisian Republik Indonesia yang gencar paska kerusuhan yang lalu,” sebutnya.
Ia mengatakan bahwa hingga kini, kekuatan lama masih membayangi pemerintahan baru.
“Hingga kini, bayang-bayang kekuasaan Jokowi dan Listyo Sigit masih menggantung di atas kepala bangsa ini,” Ida menuturkan.
“Mereka bukan sekadar figur, mereka mewakili sistem yang selama sepuluh tahun terakhir membongkar sendi-sendi kedaulatan negara,” tambahnya.
Ida menjelaskan, menurutnya selama satu dekade terakhir regulasi dan kebijakan negara tidak lagi berpihak pada rakyat.
“Regulasi dibuat bukan untuk rakyat, melainkan untuk mengamankan kepentingan kelompok. Sumber daya alam dikuras, sumber daya manusia dilemahkan, pejabat-pejabat dijinakkan,” imbuhnya.
Dalam pandangannya, Prabowo kini berada di posisi sulit.
“Kini, di awal pemerintahan kedua kabinet merah putih Presiden Prabowo berdiri di persimpangan,” terangnya.
Dijelaskan Ida, Prabowo sebenarnya memahami sepenuhnya bahwa kekuasaan yang dihadapinya tidak sepenuhnya bersih.
“Sebenarnya Presiden Prabowo tahu di balik setiap langkah ada jebakan politik, ada ranjau yang ditanam oleh kekuatan lama. Mungkin karena itu ia tidak gegabah,” katanya.
“Ia masih menghitung, mengamati, dan menunggu momentum yang tepat karena satu langkah salah bisa menyalakan perang terbuka di jantung kekuasaan,” sambung dia.
Meski begitu, Ida menegaskan bahwa rakyat kini menunggu keberanian nyata dari presiden.
“Rakyat menunggu keberanian itu. Menunggu saat ketika rezim bayangan benar-benar diputus, bukan ditawar,” ungkapnya.
Ida juga menyinggung dugaan penyelewengan keuangan negara lewat proyek strategis nasional.
“Sudah berapa ribu trilliun uang negara dirampok lewat topong PSN seperti pembangunan bandara Kertajati, Kereta cepat Jakarta bandung ‘whoos’, IKN yang semuanya beraroma bau busuk perampokan terhadap masa depan rakyat Indonesia,” timpalnya.
Kritiknya juga tertuju pada KPK yang dianggap tak lagi berani menyentuh kasus besar.
“KPK sepertinya pura pura bisu dan tuli atas berbagai temuan dan aduan terkait korupsi yang diduga akan menabrak tembok geng Solo, tidak seperti kejaksaan agung yang berani mengambil alih ribuan hektar kebun sawit yang ilegal proses dan beberapa pencapaian kejaksaan terkait para mafia tambang dan lainnya,” terangnya.
Kata Ida, reformasi Polri harus menjadi prioritas karena semakin lama isu ini mengendur, kepercayaan publik makin menurun.
“Melemahnya suara reformasi Polri dikhawatirkan malah jadi menghilang, padahal hal ini sangat penting, mengingat suara dari rakyat pun sudah banyak yang meminta reformasi Polri,” tegasnya.
Ida bilang bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian kini berada di titik rendah.
“Kepercayaan rakyat sudah sangat kecil terhadap aparat, keberpihakan ditujukan pada rejim sebelumnya, wajar jika gaung besar dari rakyat santer terdengar,” tandasnya.
“Reformasi Polri harus dilakukan agar kepercayaan publik meningkat dan citra negatif tentang Polri berkurang,” kuncinya.
Sumber: Fajar