Purbaya Mengguncang Sangkar Burung, Membongkar Ketidakbersihan Sistem Ekonomi Kekuasaan!

DEMOCRAZY.ID – Ekonom Universitas Indonesia, Kun Nurachadijat, menilai kehadiran Purbaya Yudhi Sadewa sebagai sosok teknokrat yang mengguncang tatanan lama ekonomi-politik di Indonesia.

Dalam podcast Madilog yang tayang di kanal Forum TV Keadilan pada Kamis (30/10), Kun menyebut Purbaya sebagai figur “penggoncang sangkar burung” yang membuat kalangan lama di zona nyaman kekuasaan menjadi terusik.

“Kalau dalam Sun Tzu itu, Purbaya hadir untuk menggoncang sangkar burung. Burung yang sedang tenang, digoyang sedikit saja langsung ribut. Begitulah reaksi para elite terhadap langkah-langkah Purbaya,” ujar Kun.

Menurutnya, kegaduhan politik dan ekonomi yang muncul akhir-akhir ini merupakan tanda bahwa Purbaya tengah menyentuh saraf sensitif kekuasaan yakni area yang selama ini diwarnai ketidaktransparanan dan inefisiensi.

Purbaya Main di Data, Lawannya Main di Kepentingan

Kun menegaskan bahwa Purbaya adalah tipikal teknokrat akademis yang berpegang pada data, efisiensi, dan transparansi nilai yang justru menggoyang para pelaku ekonomi-politik lama.

“Purbaya selalu mengedepankan data. Kalau datanya salah, ya salahkan supplier datanya, bukan orangnya. Tapi di negara ini semua dikaitkan dengan politik, seolah ekonomi hanyalah tameng untuk kepentingan pribadi,” kata Kun.

Ia menambahkan bahwa kritik terhadap Purbaya datang dari mereka yang merasa terganggu kenyamanannya, seperti Luhut, Hasan Nasbi, atau Dedi Mulyadi.

Menurut Kun, kelompok ini seperti “anak ayam ngagorolong tikolong” muncul tanpa arah, namun berisik karena takut kehilangan pengaruh.

Purbaya Musuh Neo-Imperialisme Ekonomi

Lebih jauh, Kun menilai langkah-langkah Purbaya sebagai bentuk perlawanan terhadap neo-imperialisme ekonomi yang selama ini menjajah Indonesia melalui utang, proyek inefisien, dan ketergantungan terhadap modal asing.

“Purbaya itu wujud nasionalisme ekonomi. Ia sedang mengembalikan kedaulatan fiskal dan berdiri di atas kaki sendiri sesuai semangat Trisakti Bung Karno dan Asta Cita Prabowo,” jelas Kun.

Ia menyebut bahwa proyek-proyek seperti kereta cepat Jakarta–Bandung menunjukkan betapa kuatnya cengkeraman modal luar negeri, khususnya Bank of China, dalam menentukan arah pembangunan nasional.

“Jangan sampai demi dianggap ‘good boy’ di mata Tiongkok atau Amerika, APBN kita justru jadi korban,” ujarnya tajam.

IMF dan Dagunya Janggut Kekuasaan

Kun juga menyindir lembaga-lembaga internasional seperti IMF yang menurutnya “tidak pintar-pintar amat,” karena hanya berorientasi pada perputaran uang dan bunga bank, bukan pembangunan riil.

“IMF itu hanya menternakkan uang. Ribawi. Ketika proyek berhenti, uang tidak beranak, mereka panik,” ungkapnya.

Ia juga menggunakan istilah alegoris “dagu dan janggut kekuasaan” untuk menggambarkan hubungan para pejabat dan kroninya di BUMN.

“Direksi-direksi di BUMN itu janggut, sedangkan dagunya adalah kekuasaan yang menopang mereka. Saat dagunya terguncang oleh kebijakan efisien Purbaya, janggut pun berteriak lantang,” katanya.

Purbaya Sedang di Fase Storming

Kun menggambarkan posisi Purbaya saat ini tengah berada dalam fase storming fase badai di mana gagasan baru menabrak sistem lama.

“Setiap pemimpin yang membawa perubahan pasti melalui storming. Kalau bisa dilewati, akan masuk ke fase norming dan performing. Sekarang Indonesia sedang ribut karena Purbaya mengguncang fondasi ketidakefisienan lama,” ucapnya.

Efisiensi Melawan Kepentingan

Sebagai penutup, Kun menegaskan bahwa perlawanan terhadap Purbaya bukan soal ideologi, tetapi soal siapa yang kehilangan keuntungan dari sistem yang mulai dibersihkan.

“Mereka yang terusik oleh Purbaya adalah mereka yang hidup di sistem tidak clean government: tidak transparan, tidak akuntabel, bahkan koruptif. Purbaya menggoyang itu semua,” tegasnya.

Kun menilai langkah-langkah Purbaya harus terus didukung, asalkan tetap menjaga integritas dan tidak tergoda dengan ujian kekuasaan.

“Semakin banyak yang dilawan Purbaya, semakin jelas siapa yang takut. Dan itu artinya Indonesia sedang bergerak ke arah yang benar,” tutup Kun.

[VIDEO]

Sumber: MoneyTalk

Artikel terkait lainnya