DEMOCRAZY.ID – Organisasi relawan Pro Jokowi (Projo) tidak akan bertransformasi menjadi partai politik (parpol).
Hal ini sudah dipastikan oleh Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi saat Kongres III Projo yang digelar di Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2025).
Bahkan, Budi Arie meminta agar kader Projo bergabung ke parpol yang sudah ada.
“Projo tidak akan menjadi partai. Kami akan bergabung,” ujar Budi Arie.
Selain itu, ia juga mengumumkan langkah politiknya dengan bergabung ke Partai Gerindra.
Mantan Menteri Koperasi (Menkop) mengatakan alasannya ingin bergabung ke Gerindra sebagai wujud dukungan akan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Betul. Iya lah, pasti Gerindra. Nanti kita tunggu dinamika di Kongres ketiga ini,” ujarnya.
“Kita akan memperkuat dan mendukung agenda-agenda politik Presiden Prabowo,” imbuh Budi Arie.
Arah politik Projo pun tidak sama seperti yang terjadi dengan NasDem yang sebelumnya juga merupakan sebuah organisasi masyarakat (ormas).
Dikutip dari laman resminya, Partai NasDem sebenarya berawal dari ormas dengan nama yang sama.
Lalu, pada 26 Juli 2011, NasDem pun bertransformasi menjadi parpol. NasDem pun berujung bisa ikut Pemilu 2014 setelah lolos verifikasi faktual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dalam keikutsertaannya dalam Pemilu 2014, partai yang dipimpin oleh Surya Paloh itu pun memperoleh 8,4 juta suara atau 6,72 persen sehingga lolos ke parlemen.
Ketika itu, NasDem memperoleh 35 kursi DPR.
Kemudian, apa yang membuat Projo tidak mengikuti jejak dari NasDem menjadi parpol? Berikut analisis dari pengamat.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menilai ada dua faktor yang menyebabkan Projo tidak berubah menjadi partai seperti NasDem.
Pertama, Projo tidak memiliki figur kuat yang bisa membuatnya menjadi parpol yang bisa diperhitungkan dalam kancah politik nasional.
Ketiadaan figur tersebut semakin terlihat ketika sosok Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) dihilangkan dari logo Projo.
Adapun dihilangkannya logo Projo dilakukan saat Kongres III yang digelar dari kemarin Sabtu (1/11/2025) dan hari ini Minggu (2/11/2025).
“Dua hal (faktor Projo tak jadi parpol), pertama Projo tak punya figur. Figur Jokowi yang selama ini mereka banggakan malah mau dihapus di logo mereka,” kata Adi ketika dihubungi, Minggu sore.
Kedua, Adi menilai Projo memang tidak memiliki keberanian untuk bertransformasi menjadi partai.
Dia menilai para kader juga kesulitan untuk mendeteksi apakah Projo memang layak menjadi partai atau tidak.
“Kedua, (Projo) tak punya keberanian untuk berubah jadi partai. Karena partai alat ukur paling ampuh untuk mengukur kekuatan politik tertentu.”
“Kalau relawan susah mendeteksinya, seberapa hebat kekuatan politik mereka, ya tidak bakal berubah juga,” jelasnya.
Kemungkinan Kader Projo Ikut Langkah Budi Arie Gabung ke Parpol
Di sisi lain, Adi menilai jika Budi Arie sudah resmi bergabung parpol, maka akan diikuti oleh kader Projo lainnya.
Namun, dia menegaskan hal itu masih menunggu dinamika politik ke depannya.
“(Kader Projo gabung partai) Itu sangat tergantung dinamika perkembangan politiknya seperti apa. Karena sejauh ini cuma Budi Arie yang tertarik ke partai, yang lain belum.”
“Tapi ada kecenderungan, kalau bos berpartai, anak buah cenderung ikut berpartai,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah kader Projo akan ikut Budi Arie bergabung ke Partai Gerindra, Adi tidak bisa memastikannya.
Namun, dia menduga tetap ada sebagian kader Projo untuk ikut langkah Budi Arie bergabung ke partai pimpinan Prabowo tersebut.
“Sangat tekhnis soal pilihan relawan mau bergabung ke partai apa. Tapi yang jelas anak buah ada kecenderungan ikut partai bosnya,” ujarnya.
Adi juga mengungkapkan peluang Projo jika benar-benar ditinggal Budi Arie dan para kadernya bergabung ke parpol.
Dia menilai Projo bakal menjadi relawan rasa parpol.
“Jika ini yang terjadi (Budi Arie dan kader pindah parpol), Projo sebagai relawan rasa partai politik,” tuturnya.
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan Projo menjadi organisasi sayap partai tertentu, Adi enggan berandai-andai.
Dia mengatakan seluruh arah politik Projo bakal terlihat ketika Budi Arie sudah resmi menjadi kader Gerindra.
“Tunggu perkembangan selanjutnya karena Budi Arie belum resmi berpartai,” pungkasnya.
Sumber: Tribun