Kontroversi Rencana Demo ‘Pornoaksi’ Relawan Termul dan Sikap Ustadz Abu Bakar Baasyir Menasehati Jokowi

Kontroversi Rencana Demo ‘Pornoaksi’ Relawan Termul dan Sikap Ustadz Abu Bakar Baasyir Menasehati Jokowi

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes | Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen

Artikel opini ini saya tulis usai menghadiri Diskusi dan Bedah Buku “Jokowi’s White Paper” di Gedung Umat Islam (GUI), Kertopuran, Solo, pada Jumat, 3 Oktober 2025.

Acara tersebut dihadiri lebih dari 200 peserta dengan menghadirkan sejumlah tokoh, termasuk Refly Harun, Dr. Muh Taufiq, dan Andhika SH.

Lokasi Kertopuran dipilih panitia karena memiliki nilai historis.

Kawasan ini sejak era Keraton Surakarta tahun 1745 dikenal sebagai tempat para abdi dalem bidang keagamaan.

Nama Kertopuran berasal dari bahasa Jawa Kawi, “Kerto” yang berarti tenteram dan “Pura” yang berarti tempat agung.

Tepat kiranya bila diskusi akademis setebal lebih dari 700 halaman ini digelar di kawasan penuh makna sejarah tersebut.

Rencana Demo “Pornoaksi” Relawan Termul

Di sisi lain, publik dihebohkan dengan pernyataan kelompok yang menamakan dirinya relawan TerMul ODGJ (Orang Dekat Jok-Gib).

Dalam konferensi pers, mereka mengancam akan melakukan aksi protes dengan cara mempertontonkan diri di muka umum hanya dengan pakaian dalam jika tuntutan mereka tidak dipenuhi dalam dua minggu.

Rencana ini jelas melanggar UU Pornografi No. 44 Tahun 2008, khususnya Pasal 4 yang melarang pertunjukan atau eksploitasi tubuh di depan umum.

Bahkan, pasal 34 hingga 36 menyebutkan sanksi pidana hingga 10 tahun penjara dan denda Rp5 miliar bagi pelanggar, termasuk pihak yang menyediakan tempat atau memfasilitasi.

Alih-alih memperjuangkan aspirasi dengan cara bermartabat, langkah tersebut justru dipandang publik sebagai bentuk provokasi dan penyalahgunaan ruang demokrasi.

Ustadz Abu Bakar Baasyir dan Pesan untuk Jokowi

Menariknya, hanya berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi diskusi, beberapa hari sebelumnya Ustadz Abu Bakar Baasyir memberikan pernyataan melalui wawancara dengan wartawan senior Edy Mulyadi.

Dalam podcast berdurasi lebih dari 12 menit itu, Baasyir menyebut bahwa dirinya telah menasehati Presiden Jokowi secara langsung, bahkan meminta agar mengakui kesalahan.

Abu Bakar Baasyir pendiri Ponpes Al-Mukmin Ngruki yang kini berusia 87 tahun bukanlah sosok asing dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia.

Meski pernah terjerat kasus hukum, suaranya tetap diperhitungkan.

Bila benar ia memberi nasehat langsung, hal tersebut menunjukkan keberanian moral yang tidak semua tokoh berani lakukan.

Menguji Kebenaran dan Kesadaran Publik

Jika benar Jokowi diminta untuk mengakui kesalahan, ini akan menjadi momen penting dalam sejarah politik Indonesia.

Namun, publik juga menyoroti isu lain seperti polemik ijazah yang dianggap bermasalah, yang sebelumnya sudah dipaparkan dalam buku “Jokowi’s White Paper”.

Bagi saya, ancaman demo “pornoaksi” yang dilontarkan relawan Termul justru memperlihatkan hilangnya nalar sehat.

Sebaliknya, langkah Ustadz Abu Bakar Baasyir yang menyampaikan nasehat keras justru lebih relevan bagi bangsa ini.

Masyarakat kini semakin cerdas menilai. Polemik tidak akan mampu menutupi fakta.

Diskusi dan bedah buku ini rencananya akan terus digelar di 100 kota, bahkan hingga ke luar negeri, untuk membuka kesadaran publik.

Karena itu, mari terus gaungkan #AdiliJkW dan #MakzulkanFufufafa demi tegaknya kebenaran di negeri ini. ***

Artikel terkait lainnya