DEMOCRAZY.ID – Lewat media sosial (medsos), Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan ujug-ujug menyanjung Kereta Whoosh hingga setinggi langit.
Padahal sebelumnya dia sebut itu barang busuk. Takut diperiksa KPK pak?
Pada Kamis (30/10/2025), akun Instagram resmi Luhut yakni @luhut.pandjaitan, membagikan momennya menikmati empuknya kursi Kereta Whoosh dari Jakarta ke Bandung.
Rupanya, dia sedang menghadiri pembekalan perwira di Seskoad.
“Lepas dari pro dan kontra yang terjadi, faktanya Whoosh kini sudah mampu menutup biaya operasionalnya sendiri dan melayani lebih dari 12 juta penumpang sejak beroperasi pada Oktober 2023 sampai Februari 2025,” kata Luhut.
Luhut mengeklaim selalu menggunakan Kereta Whoosh jika bepergian dari Jakarta ke Bandung. Waktu perjalanan terbilang cukup singkat, hanya 30-60 menit, tanpa macet.
Ia berkata Whoosh juga telah memberi dampak ekonomi yang besar bagi wilayah yang dilintasi.
Proyek Kereta Whoosh merupakan langkah awal menuju pengelolaan proyek besar yang efisien dan bertanggung jawab.
“Whoosh menjadi bukti bahwa keberanian mengambil keputusan strategis adalah awal menuju kemandirian bangsa,” ucap peraih pangkat Jenderal TNI (HOR) pada 1 November 2011 itu.
Dalam acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran yang digelar di Jakarta, Kamis (16/10/2025), Luhut melontarkan pernyataan terbuka yang menyebut Kereta Whoosh sudah dirundung banyak masalah sejak awal.
Wajar jika banyak kalangan kaget dengan pernyataan jujur dari Luhut. Karena, dia adalah salah satu pejabat di era Jokowi yang ikut mengurusi proyek Kereta Whoosh. Justru berani mengkritiknya.
“Saya sudah bicara dengan China karena saya yang dari awal mengerjakan itu, karena saya terima sudah busuk itu barang. Kemudian kita coba perbaikin, kita audit, BPKP, kemudian kita berunding dengan China,” beber Luhut.
Beratnya beban utang dan bunga yang harus ditanggung BUMN yang terlibat proyek KCJB, menurut Luhut, sudah masuk dalam negosiasi dengan China. Saat ini, tinggal menunggu keputusan presiden.
“Dan China mau untuk melakukan. Tapi kemarin pergantian pemerintah agak terlambat. Sehingga sekarang perlu nunggu Keppres (Keputusan Presiden) supaya timnya segera berunding, dan sementara China-nya sudah bersedia kok, enggak ada masalah,” katanya.
Sebelumnya, mantan Menkopolhukam, Mahfud Md menyebut kuatnya dugaan mark-up biaya pengerjaan proyek Kereta Whoosh.
Misalnya, biaya pembangunan kereta cepat di Indonesia (Kereta Whoosh) mencapai US$52 juta per kilometer.
Sedangkan biaya pengerjaan kereta cepat di Cina berada di kisaran US$17 juta-18 juta per kilometer.
Adanya selisih yang cukup jumbo inilah yang harus ditelusuri. Apakah ada tindak pidana korupsi atau tidak.
“Dugaan mark-upnya gini. Menurut pihak Indonesia, biaya per 1 kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar AS. Tapi di Cina hanya 17 sampai 18 juta dolar AS per kilometer. Kok naik tiga kali lipat. Ini yang harus dikejar,” kata Mahfud dikutip dari akun YouTube Mahfud MD Official.
Selanjutnya, Mahfud mendesak pihak terkait untuk menyelidiki dugaan tersebut sehingga mengetahui sosok yang diduga melakukan mark up.
Pembahasan ini tidak lepas dari utang proyek kereta cepat Whoosh yang mencapai Rp4 triliun pada tahun 2025.
Mahfud menyinggung beratnya beban keuangan Kereta Whoosh, yang dipicu besarnya utang dan bunga.
“Indonesia sepakat waktu itu, berdasarkan para ahli UI dan UGM bisa dibangun dengan bunga 0,1 persen dengan Jepang. Tiba-tiba pindah ke Cina dengan bunga 2 persen. Dan ada cost overrun atau pembengkakan, bunganya naik menjadi 3,4 persen,” ujar Mahfud.
Naiknya bunga utang Kereta Whoosh ini, kata dia, mengakibatkan Indonesia kesulitan membayar utang kepada Cina.
Sumber: Inilah