

DEMOCRAZY.ID – Pergerakannya yang licin dan kemampuannya menyamar akhirnya terhenti.
Dewi Astutik, buronan kelas kakap yang menjadi otak penyelundupan sabu senilai Rp 5 triliun, berhasil diringkus di Kamboja setelah setahun lebih menjadi target operasi Badan Narkotika Nasional (BNN).
Penangkapannya Dewi Astutik pada Senin (1/12/2025) di Sihanoukville, Kamboja, mengakhiri pelarian salah satu figur WNI paling dicari yang mendominasi jaringan narkotika internasional.
Jejaknya yang sulit dilacak terungkap dari serangkaian fakta mengejutkan, mulai dari kebiasaannya mengubah penampilan hingga statusnya sebagai buronan di negara lain.
Kepala BNN, Komjen Suyudi Ario Seto, mengakui bahwa menangkap Dewi bukanlah perkara mudah.
Kelicinan Dewi terbukti dari kemampuannya untuk terus bergerak dan menyatu dalam jaringan narkoba paling berbahaya di dunia, Golden Triangle, setara dengan buron legendaris Fredy Pratama.
“Tentunya kesulitannya karena yang bersangkutan ini satu, dia adalah bagian dari jaringan internasional yang selama ini pindah dari negara satu, ke negara lain,” kata Suyudi dalam jumpa pers di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (2/12/2025).
Jejak persembunyiannya baru terendus pasti pada 17 November lalu di Phnom Penh, Kamboja, yang kemudian memicu operasi penangkapan gabungan antara BNN, Interpol, dan BAIS.
Kecerdikannya dalam menghindari aparat juga dikonfirmasi oleh tetangganya di Ponorogo, Jawa Timur.
Dewi disebut sering mengubah penampilan fisiknya untuk mengelabui orang-orang di sekitarnya.
“Awalnya rambutnya pendek, tapi sering berubah-ubah,” kata Mbah Misiyem, tetangga Dewi, pada Mei lalu.
Bahkan, kepergiannya dari kampung halaman pun penuh dengan siasat. Ia pamit untuk bekerja ke Kamboja setelah Lebaran 2023 dengan alasan tidak memiliki pekerjaan tetap.
“Waktu itu pamitnya habis Lebaran, bilangnya mau kerja ke Kamboja. Saya sempat tanya, kok jauh sekali? Dia jawab di rumah nggak ada kerjaan,” imbuh Misiyem.

Nama Dewi Astutik mencuat sebagai target utama setelah BNN berhasil menggagalkan penyelundupan masif 2 ton sabu di perairan Karimun, Kepulauan Riau, pada pertengahan 2025.
Dari penangkapan empat kurir WNI, terungkap bahwa Dewi adalah pengendali utama operasi tersebut.
“Dewi Astutik memiliki keterkaitan dengan puncak jaringan dari keempat orang ini, dan saya yakini ini adalah jaringan internasional di kawasan Asia Tenggara yang melibatkan jaringan Indonesia,” kata Komjen Marthinus Hukom, yang saat itu menjabat Kepala BNN.
Sabu bernilai fantastis itu diangkut menggunakan Kapal MT Sea Dragon Tarawa yang dikendalikan oleh seorang warga Thailand bernama Chancai, yang juga merupakan buronan internasional.
Fakta paling mengejutkan adalah jejak kriminal Dewi Astutik yang ternyata tidak hanya terbatas di Indonesia.
Ia merupakan pemain kunci dalam jaringan yang lebih luas dan juga menjadi target penegak hukum di negara lain.
Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto mengungkap bahwa Dewi merupakan buronan yang juga dicari oleh otoritas Korea Selatan.
Perannya bukan hanya sebagai pengendali, tetapi juga sebagai perekrut utama dalam sindikat perdagangan narkotika yang membentang dari Asia hingga Afrika.
“Dewi Astutik ini merupakan rekrutor dari jaringan perdagangan narkotika Asia-Afrika dan juga jadi DPO dari negara Korea Selatan,” ujar Suyudi.
Penangkapan Dewi Astutik ini diperkirakan telah menyelamatkan setidaknya 8 juta jiwa dari ancaman jeratan narkoba.
Sumber: Suara