Konflik PBNU Disorot Media Asing, Sikap Gus Yahya Terhadap Israel Disorot Dunia!

DEMOCRAZY.ID – Konflik Nahdlatul Ulama (NU) yang mendesak Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengundurkan diri disorot media asing.

Diketahui belakangan PBNU diterpa isu perpecahan setelah risalah rapat harian Syuriyah yang ditetapkan pada 20 November 2025 memutuskan agar Yahya Cholil Staquf mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU.

Edaran tersebut juga memberikan ultimatum, jika dalam waktu tiga hari tidak mengundurkan diri, Gus Yahya akan diberhentikan sebagai Ketua Umum PBNU.

Dalam surat ini juga dijelaskan dua alasan yang menyebabkan permintaan pengunduran diri itu dikeluarkan.

Pertama, terkait dengan narasumber zionisme internasional dalam Akademi Kepemimpinan Nasional NU.

Kegiatan ini dinilai melanggar Pasal 8 huruf a Peraturan NU Nomor 13 tahun 2025 tentang pemberhentian fungsionaris, pergantian antar waktu, dan pelimpahan fungsi jabatan.

Alasan berikutnya terkait tata kelola keuangan di PBNU yang mengindikasikan pelanggaran hukum dan melanggar Pasal 97-99 Anggaran Rumah Tangga NU.

Hal ini pun telah dibenarkan oleh A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kyai Abdul Muhaimin.

Konflik ini ternyata disorot media asing Al Jazeera pada Sabtu (22/11/2025).

Di platform X, Al Jazeera menyebut organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, telah meminta ketuanya untuk mengundurkan diri.

Menurut Al Jazeera, tuntutan mundur ini datang setelah Gus Yahya mengundang seorang tokoh Amerika Serikat (AS) yang dikenal karena dukungannya yang kuat terhadap Israel ke sebuah acara internal awal tahun ini.

“Organisasi tersebut mengutip undangan Staquf kepada seseorang yang “berafiliasi dengan jaringan Zionisme internasional”, yang menghadiri acara internal pada bulan Agustus, serta dugaan salah urus keuangan, sebagai alasan mengapa ia perlu mengundurkan diri,” tulis Al Jazeera.

Selain Al Jazeera, media asal Inggris Reuters juga memuat berita konflik NU pada Minggu (23/11/2025) pagi ini.

Reuters memberi judul Kelompok Islam terbesar di Indonesia minta pemimpinnya mundur karena ketuanya pro-Israel.

Reuters mengutip pernyataan salah satu pejabat PBNU yang merupakan Wakil Sekretaris Jenderal NU Najib Azca.

Najib mengatakan kepada Reuters bahwa keputusan tersebut terkait dengan undangan Staquf kepada mantan pejabat dan tokoh AS Peter Berkowitz untuk acara pelatihan pada bulan Agustus.

Gus Yahya Bantah Bela Israel dan Tolak Mundur dari Jabatan Ketum PBNU

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf akhirnya angkat bicara soal isu pemakzulannya.

Ia menegaskan kunjungannya ke Israel pada 2018 dilakukan untuk membela Palestina, bukan mendukung Zionisme.

Di tengah desakan mundur, Gus Yahya juga menegaskan akan tetap menyelesaikan amanah muktamar.

Gus Yahya menegaskan, seluruh aktivitasnya di Israel sejak 2018 sama sekali tidak dimaksudkan mendukung Zionisme.

Melainkan menjadi bagian dari upaya diplomasi demi kepentingan Palestina.

“Saya itu tahun 2018 sudah pernah pergi ke Israel, bertemu Netanyahu, Presiden Israel dan berbagai pihak di sana. Dan semua itu saya lakukan dengan tegas menyampaikan posisi saya untuk Palestina,” seru Gus Yahya, dikutip dari detikJatim, Minggu (23/11/2025).

Gus Yahya mengaku, heran karena isu lama kembali disorot di tengah situasi internal NU yang sedang dinamis.

Ia mengingatkan, sejak sebelum Muktamar 2021, para pengurus NU sudah mengetahui rekam jejak kunjungannya ke Israel.

Namun mereka justru memberikan amanah untuk memimpin PBNU.

“Pada Muktamar 2021, cabang-cabang dan PWNU memilih saya. Mereka tahu saya pernah ke Israel, mereka tahu saya bertemu Netanyahu. Tapi mereka tetap memilih saya,” ujarnya.

Gus Yahya pun menanggapi isi risalah Syuriyah PBNU. Dimana meminta dirinya mengundurkan diri dalam tiga hari.

Ia memastikan tidak ada sedikit pun niat untuk melepas jabatannya saat ini.

“Saya sama sekali tidak terbesit pikiran untuk mundur. Saya mendapat amanah lima tahun dari Muktamar ke-34. Insyaallah akan saya jalani sampai selesai,” tegasnya, dilansir dari CNN Indonesia.

Menurutnya, jabatan Ketua Umum PBNU adalah mandat organisasi yang tidak bisa ia tinggalkan tanpa alasan kuat.

Ia menyebut, masih sanggup mengemban amanah sampai akhir masa jabatan.

Isu lain yang menyeret namanya adalah kabar keretakan hubungan dengan Sekjen PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

Menanggapi hal itu, Gus Yahya menyebut tidak ada persoalan. Namun ia mengaku sudah lama tidak saling berkomunikasi.

“Wah, sudah lama sekali. Tapi saya maklum beliau sibuk sebagai Menteri Sosial. Jadi saya sama sekali tidak berprasangka buruk,” katanya di Surabaya.

Sumber: Tribun

Artikel terkait lainnya