Projo Berganti Majikan: Dari Jokowi ke Prabowo, Demi Jalan Gibran 2029?

DEMOCRAZY.ID – Pengamat politik Made Supriatma menyoroti langkah mengejutkan organisasi relawan Pro Jokowi (Projo) yang kini resmi berganti arah politik ke Partai Gerindra, partai yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto.

Dalam tulisan opininya, Made menggambarkan perubahan ini sebagai “akrobat politik” yang tak kalah seru dari pertunjukan sirkus.

“Kalau dalam sirkus, pemain akrobat itu tidak punya tulang belakang. Dalam sirkus politik, para pemainnya bukan hanya tidak punya tulang belakang, tapi juga tidak punya urat kemaluan,” sindir Made dalam tulisannya yang ramai dibahas di media sosial, Senin (3/11/2025).

Menurut Made, perubahan wajah Projo bukan hanya soal pergantian logo dan makna nama, tetapi juga pergantian majikan politik.

Dari semula dikenal sebagai pendukung militan Jokowi, kini Projo menyatakan bergabung dengan Gerindra dan menyebut Prabowo sebagai mitra politik baru.

“Kalau dulu dia adalah pembela militan Jokowi, maka sekarang ia bergabung ke Gerindra. Otomatis, majikan barunya adalah Prabowo,” tulis Made.

Ia juga menyinggung kehadiran Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dalam kongres Projo yang digelar di Jakarta baru-baru ini.

Made menduga langkah politik ini tidak lepas dari perhitungan jangka panjang terkait masa depan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi.

Berdasarkan hasil sejumlah survei yang ia sebut pernah dilihatnya, elektabilitas Gibran berada di posisi tiga besar setelah Prabowo dan KDM.

“Gibran saat ini tidak melakukan ofensif besar-besaran. Tapi dia sedang melakukan retail politics, mendekati anak-anak muda, pelajar, dan orang tua mereka. Ini jelas strategi menuju 2029,” kata Made.

Menurutnya, Projo melihat potensi besar Gibran menjadi presiden — baik melalui mekanisme konstitusional bila presiden berhalangan tetap, maupun lewat pemilihan umum 2029.

Karena itu, masuknya Projo ke Gerindra dianggap sebagai investasi politik untuk masa depan.

Made juga menyebut PSI yang kini dipimpin oleh Kaesang Pangarep — adik Gibran — masih terlalu lemah secara elektoral untuk menjadi kendaraan politik utama keluarga Jokowi.

“Dalam beberapa polling, PSI bahkan tidak masuk pilihan publik. Itulah sebabnya Gerindra menjadi pilihan. Sejelek-jeleknya elektabilitas partai ini, ia masih terbesar saat ini,” tulisnya.

Made juga menilai bahwa meski Jokowi terus dihantam isu seperti proyek IKN, kereta cepat Whoosh, hingga polemik ijazah, tingkat elektabilitas pribadi Jokowi masih tinggi.

“Prabowo tahu itu. Maka dia berusaha menampilkan Jokowi sebagai BFF-nya (best friend forever),” kata Made dengan nada sinis.

Namun, di balik semua langkah politik ini, Made menyimpulkan bahwa motif utama para pemain dalam sirkus politik bukanlah ideologi atau visi bangsa, melainkan ambisi kekuasaan semata.

“Apakah mereka benar-benar ingin memajukan bangsa ini? Jawaban saya: ‘Yeah, right!’,” tulisnya.

Ia bahkan menutup tulisannya dengan sindiran keras, menyebut ide Jokowi menjadi Cawapres dan Gibran menjadi Capres 2029 bukanlah hal mustahil dalam logika politik yang dikuasai oleh para “relacuan” — relawan yang menjadi alat patronase kekuasaan.

“Orang-orang ini akan berbuat apa saja untuk berkuasa. Dan, kowe? Nrimo ing pandum aja bukan?” tutup Made.

Sumber: RadarAktual

Artikel terkait lainnya