Jangan Lengah! Babak Saling ‘Habisi’ Prabowo dan Jokowi

Jangan Lengah! Babak Saling ‘Habisi’ Prabowo dan Jokowi

Oleh: Tarmidzi Yusuf | Kolumnis

Rekam jejak Jokowi dari Solo ke Jakarta hingga jadi orang nomor satu di Indonesia, salah satunya ‘berkat’ dukungan politik Megawati Soekarnoputri dan PDIP.

Tapi siapa sangka. Jokowi pula yang mengkhianati Megawati Soekarnoputri dan PDIP yang berujung Jokowi dipecat dari keanggotaan PDIP.

Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto sempat mendekam di penjara sebelum diberikan amnesti oleh Presiden Prabowo.

Tak jarang akibat ‘salah’ dukung Megawati Soekarnoputri dan PDIP kena getahnya.

Megawati Soekarnoputri dan PDIP ‘dihajar’ habis-habisan oleh publik. Sementara Jokowi cuma cengengesan. Tak merasa bersalah.

Tipikal Jokowi sebagai pengkhianat dan penipu kembali mencuat. Jokowi diam-diam terendus berupaya mendongkel singgasana Presiden Prabowo.

Sulit dipungkiri Jokowi sedang mengincar posisi RI-1 untuk putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka.

Meski baru rumor. Isu ini paling sensitif. Sekaligus paling mengkhawatirkan. Publik khawatir ada apa-apa dengan rezim Presiden Prabowo.

Tidak “husnul khatimah” hingga 2029. Banyak faktor. Baik karena alasan kesehatan maupun Presiden Prabowo akan “di-Munir-kan” alias diracun.

Presiden Prabowo digoyang oleh isu kesehatan pribadi maupun digoyang oleh musuh yang menyamar jadi kawan. “Di-Munir-kan” atau didongkel dari dalam.

Presiden Prabowo juga digoyang oleh orang-orang terdekatnya. Isu bocornya percakapan rahasia antara Presiden Prabowo dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. Pengkhianatan dari lingkaran Presiden Prabowo.

Masih ingat! Pembicaraan telpon Presiden Habibie dengan Jaksa Agung Andi M Ghalib disadap. Ketika itu, heboh se Indonesia. Presiden Habibie habis dirujak oleh lawan politiknya.

Bocornya percakapan Prabowo dan Sjafrie indikasi ada elit politik yang “bermain”. Menggoyang Prabowo dari dalam. Lawan berpura-pura jadi kawan.

Bisa jadi sabotase dari dalam. Aneh! Kenapa Presiden Prabowo tidak belajar dari kejatuhan Presiden Soeharto. Mantan mertuanya itu.

Pengkhianatnya justru dari orang-orang yang masa itu dianggap loyalis Soeharto.

Siapa? Anda pun pasti tahu. Nama-nama loyalis Soeharto sering disebut di media. Saking dekatnya dengan Soeharto digelari “wara wiri antek Soeharto”.

Ternyata pengkhianat Soeharto. Orangnya masih hidup. Malah sekarang diberi posisi oleh Presiden Prabowo.

Kita bisa lihat setahun lebih Prabowo berkuasa. Banyak ranjau-ranjau politik yang dipasang lawan berpura-pura kawan.

Mulai gas melon elpiji hingga dilindasnya ojek online oleh polisi. Prabowo dalam perangkap lawan. Musuh dalam selimut.

Diam-diam banyak hak prerogatif Presiden Prabowo “diveto” oleh lawan berpura-pura jadi kawan. Mau bukti? Susunan kabinet lontong sayur. Lebih dari 50 persen diisi loyalis Jokowi.

Presiden RRC, Xi Jinping juga pernah “memveto” kebijakan Presiden Prabowo.

Ingat kereta cepat Whoosh? Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ngotot tidak mau bayar utang Whoosh dari APBN.

Kabarnya, Presiden Prabowo melunak soal utang Whoosh setelah bertemu Xi Jinping di KTT APEC di Korea Selatan, 1 November 2025.

Ngerinya lagi Prabowo masuk perangkap di-1998-kan. Tahun tergulingnya pemimpin Orde Baru, Soeharto.

Kejatuhan Soeharto merupakan konspirasi orang-orang dalam lingkaran kekuasaan Soeharto dengan oligarki yang dibesarkan Soeharto dan kekuatan asing. Persis fenomena yang terjadi hari ini.

Kesalahan fatal Prabowo adalah mengangkat loyalis Jokowi menduduki posisi strategis. Bahkan mengganti Kapolri saja Prabowo tidak kuasa.

Melaksanakan Putusan MK No 114 tahun 2025 yang melarang polisi aktif di jabatan sipil pun Presiden Prabowo belum bersuara.

Melihat isu yang berkembang akhir-akhir ini berhembus rumor tentang adanya konsolidasi menteri-menteri loyalis Jokowi di kabinet Prabowo bersama oligarki hitam dukungan RRC sedang merancang me-1998-kan Prabowo melalui sabotase ekonomi dan politik.

Tujuannya? Apalagi kalau bukan memberikan karpet merah bagi Gibran Rakabuming Raka menggantikan Presiden Prabowo.

Polanya mirip peralihan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke BJ. Habibie dengan campur tangan asing.

Apalagi posisi Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka makin terjepit. Bapak dan anak ini diduga kuat memiliki ijazah palsu dan tidak tamat SMA seperti dipersyaratkan oleh konstitusi.

Sebelum Presiden Prabowo permalukan Jokowi dan Gibran diduga muncul skenario turunkan Presiden Prabowo ditengah jalan atau ‘di-Munir-kan’ sebelum Jokowi dan Gibran ‘dihabisi’ Prabowo. ***

Artikel terkait lainnya