%20(Custom).jpg)
DEMOCRAZY.ID - Kalau ekonomi Indonesia, baik-baik saja, tentunya tak banyak pabrik padat karya yang gulung tikar. Sehingga tak menggunung pula jumlah pekerja yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Bangkrutnya PT Sri Rejeni Isman (SRIL) Tbk atau Sritex, salah satu industri tekstil terbesar di Asia Tenggara, per 1 Maret 2025, mengejutkan banyak pihak. Terutama generasi lawas yang tak asing dengan berbagai jenis kain buatan Sritex yang pabriknya berada di Sukoharjo, Jawa Tengah itu. Sritex yang bermula dari sebuah usaha dagang (UD) Sri Redjeki di Pasar Klewer, Solo. Bisnis ini didirikan HM Lukminto pada 1966, tepatnya di era Soekarno. Seiring waktu, usahanya sandang ini terus berkembang. Pada 1978, Lukminto atau Le Djie Shien, memberanikan diri membentuk perseroan terbatas (PT) ke Kementerian Perdagangan. Di era Soeharto, tepatnya pada 1992, PT Sritex mengintegrasikan empat lini produksinya yakni, pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan garmen. Kala itu, Presiden Soehart...