DEMOCRAZY.ID - Dokter Tifa mengatakan banjir Bekasi skenario pengosongan Pulau Jawa-kah, industri diam-diam dipindahkan kah?
Seperti kita tahu beberapa hari terakhir di Bekasi kembali dilanda banjir besar bukan cuma Bekasi , Jakarta Utara, Tangerang Selatan.
Hal itu disampaikan di akun YouTube-nya bertajuk “Terungkap, Banjir Bekasi Skenario Pengosongan Pulau Jawa?, Dokter Tifa: Industri Diusir Diam-Diam!”, pada Jum’at 7/4/2025.
Terkait banjir yang terjadi beberapa hari terakhir Jakarta dan Bekasi, Dokter Tifa soroti banjir besar di Bekasi.
“Terutama yang paling besar Bekasi, kota Bekasinya, kabupaten Bekasi. Ribuan rumah terendam, pabrik lumpuh, pekerja kehilangan penghasilan,” kata Dokter Tifa.
“Apakah ini hanya bencana alam biasa. Kok pemerintah sepertinya ngga serius ya menangani banjir ini. Dan ada yang mencurigakan kenapa di saat yang sama Industri di Jawa justru mulai dipindahkan ke luar pulau Jawa,” tanyanya.
“Apakah ini bagian sari Grand design untuk mengosongkan pulau Jawa,” ia menegaskan pertanyaan.
Dokter Tifa sebutkan fakta-fakta mencengangkan dibalik banjir Bekasi siapa yang diuntungkan dan apakah ini skenario tersembunyi untuk membinakan idustri dan rakyat untuk ke luar dari Pulau Jawa?
Lanjut dia pertanyaan pertama, mengapa Bekasi? Bekasi ini bukan bukan kawasan biasa, bukan kota biasa.
Bekasi adalah jantung industri Indonesia. Ribuan pabrik beroperasi di sini, dari pabrik otomotif, elektronik hingga manufaktur besar.
“Tapi ada sesuatu yang janggal, banjir terus terjadi seolah dibiarkan memburuk , drain yang rusak tidak diperbaiki juga, tata kota yang buruk, tidak ada langkah kongkret. Solusi yang ada hanya bersifat sementara tanpa ada perbaikan infrastruktur jangka panjang. Apakah ini sekedar ketidakmampuan pemerintah atau ada alasan lain?” ungkapnya.
“Mengapa kok Bekasi ya, Apakah ini berkaitan dengan pemindahan industri ke luar Pulau Jawa? Karena Bekasi selama ini dikenal sebagai pusat industri terbesar di Indonesia bahkan terbesar di Asia Tenggara,” jelas dia.
Dikatakan ribuan pabrik yang beroperasi di kawasan industri seperti ini seperti MM, Jababeka, GICC.
Jika hubungkan dengan agenda pengosongan Pulau Jawa, ada beberapa kemungkinan alasan mengapa Bekasi menjadi target yang paling terdampak bencana lingkungan seperti banjir yang terus terjadi.
Dokter Tifa menuturkan kawasan industri seperti Bekasi akan ditinggalkan dan wilayah ini pelan-pelan akan menjadi kota mati.
Secara bertahap banjir akan semakin parah kemudian menjadi dorongan agar perusahaan mulai berfikir untuk relokasi ke luar pulau Jawa, pemindahan industri ke luar Jawa.
Lanjtunya, apakah sudah dimulai?
Karena sebetulnya sudah ada kebijakan pemerintah yang mendorong industri besar untuk pindah ke luar Pulau Jawa dengan insentif seperti pajak ketersediaan, lahan yang luas di daerah Kalimantan, Sulawesi, Sumatra benerapa industri baru juga sudah dibangun di kawasan Industri Terpadu Batang di Kawa Tengah itu mungkin menjadi batu loncatan sebelum industri dipindahkan sepenuhnya.
“Pemerintah juga mendorong pengembangan Green Industries yang lebih cocok untuk Kalimantan dan Sulawesi. Berarti industri kotor di Jawa mungkin sengaja dibiarkan untuk mengalami degradasi lingkungan termasuk Banjar. Bencana lingkungan ini menjadi alat tekanan untuk relokasi,” terang Dokter Tifa.
DokternTifa mengungkapkan, ketika membiarkan banjir Bekasi terus terjadi banjir parah, pemerintah atau pihak-pihak tertentu bisa memaksa perusahaan untuk berfikir ulang tentang operasional mereka selanjutnya di Pulau Jawa.
“Infrastruktur yang tidak diperbaiki secara serius sepeti jalan yang sering tergenang, fasilitas umum terganggu bisa membuat investasi di Bekasi tidak lagi mperusahaan-perusahaan perusahaan-perusahaan akan suka rela pindah ke tempat yang lebih stabil dan memiliki insentif ekonomi yang lebih menarik,” urainya.
DokternTifa menegaskan pertamyaaan apakah ini bagian dari pengosongan bertahap Bekasi dihuni oleh jutaan pekerja industri jika industri mulai pindah ke luar Jawa maka para pekerja ini akan kehilangan pekerjaan dan terpaksa ikut pindah mencari peluang di luar pulau Jawa.
“Ini menjadi strategi halus mengurangi populasi Jawa secara organik tanpa paksaan langsung, orang akan memilih sendiri untuk ke luar Pulau Jawa karena Pulau Jawa dirasa makin tidak kondusif,” tandas Dokter Tifa.
Sumber: JakartaSatu