Inspirasi Perang Badar di Bulan Ramadhan: 'Melawan Kedzaliman Pemimpin Seperti Jokowi!'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Ramadhan bukan sekadar bulan penuh berkah dan ampunan, tetapi juga bulan kemenangan bagi umat Islam.
Salah satu peristiwa besar yang terjadi dalam sejarah Islam adalah Perang Badar, yang berlangsung pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah.
Perang ini bukan sekadar pertempuran fisik, tetapi juga simbol perjuangan melawan kedzaliman, keangkuhan, dan ketidakadilan.
Spirit Perang Badar ini relevan hingga hari ini, terutama dalam menghadapi kepemimpinan yang zalim seperti yang diperlihatkan oleh pemerintahan Jokowi.
Perang Badar: Inspirasi Perjuangan Melawan Kedzaliman
Perang Badar adalah pertempuran antara 313 pasukan Muslim yang dipimpin Rasulullah SAW melawan sekitar 1.000 pasukan Quraisy yang dipimpin Abu Jahal.
Meskipun dalam jumlah kecil dan memiliki persiapan seadanya, umat Islam berhasil memenangkan pertempuran ini dengan keimanan yang kuat, strategi yang cerdas, dan pertolongan Allah.
Perang ini menjadi simbol kemenangan atas kezaliman dan keangkuhan yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap umat Islam.
Sejarah mencatat bahwa kemenangan dalam Perang Badar bukan hanya kemenangan fisik, tetapi juga kemenangan moral dan spiritual.
Umat Islam tidak sekadar melawan musuh di medan perang, tetapi juga melawan ketidakadilan yang sudah lama menindas mereka.
Kemenangan ini mengajarkan bahwa ketakwaan, keberanian, dan persatuan dapat mengalahkan segala bentuk tirani.
Ramadhan: Momentum Melawan Kedzaliman Jokowi
Seperti halnya Perang Badar, Ramadhan kali ini harus menjadi momentum untuk melawan kedzaliman yang semakin menjadi-jadi dalam pemerintahan Jokowi.
Kepemimpinannya yang penuh dengan nepotisme, manipulasi hukum, serta pembungkaman kritik, telah membawa Indonesia ke jurang kehancuran demokrasi.
Janji-janji yang diucapkan saat kampanye berubah menjadi pengkhianatan, sementara ekonomi rakyat semakin terhimpit akibat kebijakan yang lebih menguntungkan oligarki dibandingkan kesejahteraan masyarakat luas.
Beberapa bentuk kedzaliman yang terjadi di era Jokowi antara lain:
- Pelemahan Demokrasi dan Manipulasi Hukum
Pemerintahan Jokowi telah berkali-kali mengintervensi lembaga hukum demi kepentingan politiknya. Banyak kasus hukum yang dijadikan alat untuk menyerang oposisi, sementara korupsi yang melibatkan kroni-kroninya justru dibiarkan.
- Nepotisme yang Mencederai Keadilan
Dalam sejarah Indonesia, pemerintahan Jokowi mungkin menjadi salah satu yang paling sarat dengan nepotisme. Anak dan menantunya diberi karpet merah dalam dunia politik, seakan negara ini milik keluarga mereka.
- Ekonomi yang Menguntungkan Oligarki
Kebijakan ekonomi yang diambil lebih menguntungkan konglomerat dan investor asing dibandingkan rakyat kecil. Sumber daya alam yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat justru dikuasai oleh segelintir elite.
- Pembungkaman Kritik dan Rezim Anti-Rakyat
Aktivis dan akademisi yang kritis terhadap pemerintahan sering kali mendapatkan intimidasi, bahkan kriminalisasi. Kebebasan berpendapat semakin tergerus, mirip dengan praktik rezim otoriter.
Bangkit dengan Semangat Badar
Umat Islam tidak boleh diam. Seperti para sahabat yang berani menghadapi kedzaliman Quraisy dalam Perang Badar, kita pun harus berani menyuarakan kebenaran dan melawan ketidakadilan yang terjadi di negeri ini.
Ramadhan ini harus menjadi momen kebangkitan untuk melawan rezim yang semakin menindas rakyat.
Melawan kedzaliman tidak selalu harus dengan pedang seperti di masa lalu.
Di era modern ini, perlawanan bisa dilakukan dengan menyebarkan kebenaran, menolak kebijakan yang merugikan rakyat, dan terus mendesak perubahan menuju pemerintahan yang lebih adil dan berintegritas.
Perang Badar mengajarkan bahwa kemenangan selalu berpihak pada mereka yang berjuang dengan keikhlasan dan keberanian.
Kesimpulan
Perang Badar bukan sekadar peristiwa sejarah, tetapi juga inspirasi perjuangan yang relevan sepanjang zaman.
Dalam konteks hari ini, semangat Badar harus kita bangkitkan untuk melawan kedzaliman yang dilakukan oleh pemimpin seperti Jokowi.
Ramadhan ini bukan hanya waktu untuk berpuasa dan beribadah secara ritual, tetapi juga untuk menggalang persatuan dan kekuatan dalam memperjuangkan kebenaran.
Jangan biarkan negeri ini terus dikuasai oleh pemimpin yang menindas rakyatnya.
Seperti Rasulullah dan para sahabat yang berjuang dalam Perang Badar, kita pun harus berani menghadapi ketidakadilan dan merebut kembali hak-hak rakyat yang telah dirampas.
***
Sumber: FusilatNews