GLOBAL HUKUM POLITIK

Anaknya Dimakzulkan dari Wapres, Hari Ini Bapaknya yang Mantan Presiden Ditangkap!

DEMOCRAZY.ID
Maret 11, 2025
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
HUKUM
POLITIK
Anaknya Dimakzulkan dari Wapres, Hari Ini Bapaknya yang Mantan Presiden Ditangkap!



DEMOCRAZY.ID - Kepolisian Filipina telah menangkap mantan Presiden Rodrigo Duterte berdasarkan surat perintah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait penyelidikan atas kebijakan "perang melawan narkoba".


Duterte ditangkap oleh polisi di Bandara Manila tak lama setelah kedatangannya dari Hong Kong.


Duterte menolak meminta maaf atas tindakan keras antinarkoba yang brutal saat ia menjabat sebagai presiden Filipina pada 2016 hingga 2022. Tindakan tersebut mengakibatkan ribuan orang tewas.


Setelah ditangkap, dia mempertanyakan dasar surat perintah tersebut: "Kejahatan apa yang telah saya lakukan?"


ICC pertama kali mencatat dugaan pelanggaran tersebut pada 2016 dan memulai penyelidikan pada 2021. 


Penyelidikan tersebut mencakup kasus-kasus dari November 2011, saat Duterte menjabat sebagai wali kota Davao, hingga Maret 2019, sebelum Filipina menarik diri dari ICC.



Pria berusia 79 tahun itu sebelumnya mengatakan bahwa ia siap masuk penjara, saat menanggapi laporan tentang kemungkinan penangkapannya.


Mantan juru bicara kepresidenan Duterte, Salvador Panelo, mengecam penangkapan tersebut. 


Dia mengklaim penangkapan Duterte "melanggar hukum" karena Filipina telah menarik diri dari ICC.


Namun, ICC sebelumnya mengatakan bahwa mereka memiliki yurisdiksi di Filipina atas dugaan kejahatan yang dilakukan sebelum Filipina menarik diri sebagai anggota.


Di sisi lain, Koalisi Internasional untuk Hak Asasi Manusia di Filipina menyebut penangkapan Duterte sebagai "momen bersejarah".


"Jalannya moralitas itu panjang, tetapi hari ini, jalannya telah mengarah ke keadilan. Penangkapan Duterte adalah awal dari akuntabilitas atas pembunuhan massal yang menandai pemerintahannya yang brutal," kata Ketua ICHRP, Peter Murphy.


👇👇



Duterte berada di Hong Kong untuk berkampanye bagi calon senatornya dalam pemilihan paruh waktu 12 Mei mendatang.


Sebuah video yang diunggah oleh putrinya Veronica Duterte memperlihatkan Duterte ditahan di sebuah ruang tunggu di Pangkalan Udara Villamor, Manila.


Dalam video itu, dia terdengar mempertanyakan alasan penangkapannya.


"Apa hukumnya dan kejahatan apa yang telah saya lakukan? Saya dibawa ke sini bukan atas kemauan saya sendiri, melainkan atas kemauan orang lain. Anda harus bertanggung jawab sekarang atas perampasan kebebasan," ujarnya.


Rekaman yang ditayangkan stasiun televisi setempat menunjukkan dia berjalan di bandara menggunakan tongkat. 


Pihak berwenang mengatakan dia dalam "kesehatan yang baik" dan dirawat oleh dokter pemerintah.


'Perang Melawan Narkoba'


Rodrigo "Digong" Duterte, yang sekarang berusia 77 tahun, terpilih memimpin Filipina pada Juni 2016. 


Dia dulu berkampanye akan secara keras memberantas narkoba dan berbagai bentuk kejahatan.


"Hitler membantai tiga juta orang Yahudi. Sekarang ada tiga juta pecandu narkoba [di Filipina]. Saya akan dengan senang hati membantai mereka," katanya beberapa bulan setelah menjabat.


Kebijakannya yang disebut "perang melawan narkoba" telah menyebabkan ribuan tersangka pecandu dan pengedar narkoba tewas dalam operasi polisi yang kontroversial.


Ribuan orang lainnya ditembak mati oleh orang-orang bersenjata bertopeng tak dikenal, yang sering disebut oleh media Filipina sebagai vigilante alias orang-orang yang bertindak tanpa basis hukum.


Jumlah resmi tersangka pengedar dan pengguna narkoba yang terbunuh selama Juli 2016 dan April 2022 adalah 6.248 orang.


Banyak kelompok HAM percaya jumlah sebenarnya bisa mencapai 30.000 orang.


Seorang kapten polisi di Kota Manila secara diam-diam diwawancarai dalam film dokumenter 2019 berjudul "On the President's Orders". 


Dia berkata, orang-orang bertopeng yang melakukan pembunuhan sebenarnya adalah polisi.


Duterte pernah mengatakan kepada aparat penegak hukum di sebuah acara anti-narkoba, "Anda mungkin akan ditembak. 


Tembak dia terlebih dahulu, karena dia akan benar-benar menodongkan senjatanya pada Anda, dan Anda akan mati."


"Saya tidak peduli dengan HAM. Saya secara penuh akan memikul tanggung jawab hukum. Saya akan menghadapi pengacara hak asasi manusia itu, bukan Anda," kata Duterte.


Penyelidikan di parlemen pada Oktober 2024 lalu mengarah pada pasukan pembunuh bayaran yang menargetkan tersangka narkoba. Duterte telah membantah tuduhan penyalahgunaan tersebut.


"Jangan pertanyakan kebijakan saya karena saya tidak meminta maaf, tidak ada alasan. Saya melakukan apa yang harus saya lakukan, dan entah Anda percaya atau tidak... saya melakukannya untuk negara saya," kata Duterte dalam penyelidikan parlemen.


"Saya benci narkoba, jangan salah paham."


Duterte membangun citra sebagai seorang yang tegas di mata masyarakat sehingga ia disenangi oleh rakyat yang memilihnya sebagai presiden pertama Filipina dari Pulau Mindanao.


Putrinya, Sara Duterte, adalah wakil presiden Filipina saat ini.


Namun, dalam beberapa bulan terakhir, aliansi keluarga Duterte dengan Presiden Ferdinand Marcos tampak retak setelah keduanya memenangkan pemilihan umum 2022 dengan telak.


Bahkan, pada awal Februari 2025, parlemen Filipina memilih untuk memakzulkan Wakil Presiden Sara Duterte menyusul adanya tudingan dugaan korupsi.


Duterte dituduh menyalahgunakan dana publik senilai jutaan dolar dan mengancam akan membunuh Presiden Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr.


Sara Duterte membantah tudingan tersebut dan mengklaim dirinya adalah korban dendam politik.


Deretan Kontroversi Duterte: Dari Pembantaian sampai Hina Paus Fransiskus




Polisi Filipina menangkap mantan Presiden Rodrigo Duterte berdasarkan surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Duterte ditangkap atas kebijakan perang terhadap narkoba.


Perang terhadap narkoba merupakan kebijakan kontroversial tapi populer. Lewat kebijakan ini, ribuan pengedar dan bandar narkoba ditembak mati. 


Data kepolisian menyebut ada sekitar 6 ribu orang yang ditembak mati. Namun, kelompok HAM menyebut jumlahnya lebih dari 20 ribu.


Terlepas dari segala kontroversinya, dia tetap tokoh politik paling populer di Filipina.


1. Lontarkan candaan tak pantas terhadap korban pemerkosaan


Duterte pernah melontarkan candaan yang tidak pantas terhadap korban pemerkosaan dan pembunuhan, Jacqueline Hamill asal Australia, pada 1989. Hamill saat itu bekerja di Davao, kota yang dipimpin Duterte saat menjabat wali kota.


Saat berkampanye, Duterte melontarkan candaan tidak pantas tentang Hamill dan terekam oleh kamera.


"Mereka memperkosa semua perempuan. Saya melihat wajahnya dan berpikir: 'Bajingan, sayang sekali. Mereka memperkosanya, mereka semua berbaris. Saya sangat marah dia diperkosa tapi dia sangat cantik. Saya pikir seharusnya wali kota jadi yang pertama," kata Duterte, sebagaimana diberitakan Time.


2. Mengaku pernah bunuh orang


Duterte mengaku pernah membunuh orang ketika usianya masih remaja. Menurutnya, usianya 16 tahun ketika membunuh orang.


"Di usia ke-16, saya telah membunuh seseorang. Orang sungguhan, keributan, penusukan. Usia saya baru 16 tahun. Itu hanya sekilas. Apalagi sekarang setelah saya jadi presiden?" kata Duterte, dikutip dari CNBC.


Sementara dalam wawancara dengan Esquire, dia mengatakan tidak pernah membunuh orang yang tak bersalah. Dia juga mengaku pernah menembak mati tersangka kriminal saat menjabat wali kota Davao


3. Ancam gantung Uni Eropa


Uni Eropa mengungkapkan kekhawatiran terhadap kampanye anti-narkoba yang merupakan kebijakan populer dan kontroversial Duterte. Kekhawatiran itu terkait HAM.


Soal itu, Duterte mengancam akan menggantung pejabat Uni Eropa yang tidak setuju dengan kebijakannya.


"Saya akan dengan senang hati menggantung kalian. Jika saya punya pilihan, saya akan menggantung kalian semua. Kalian merendahkan kami. Kalian menekan kami di setiap negara dengan hukuman mati," ujarnya.


4. Panggil Paus Fransiskus anak pelacur


Duterte juga pernah menghina Paus Fransiskus dan menyebutnya anak pelacur. Tampaknya hinaan itu karena kunjungan Paus Fransiskus ke Manila pada tahun 2015 menimbulkan kemacetan.


Ia kemudian menyatakan keinginannya mengunjungi Vatikan dan meminta maaf kepada pemimpinn Gereja Katolik itu. 


Pernyataan itu diungkapkan saat Duterte berkampanye untuk pemilu presiden 2016.


"Duterte berulang kali mengatakan ingin mengunjungi Vatikan, menang atau kalah, tidak hanya untuk memberi penghormatan kepada Paus, tapi juga perlu menjelaskan kepada Paus dan meminta maaf," kata jubirnya, Peter Lavina.


5. Cium perempuan Filipina saat kunjungan kenegaraan di Korsel


Duterte pernah meminta perempuan warga negara Filipina menciumnya saat melakukan kunjungan resmi ke Korsel pada 2018.


Duterte memilih seorang penonton secara acak dan memintanya menciumnya sebagai imbalan atas buku yang dibagikan di acara temu dan sapa di Korsel. Video itu viral dan memicu kemarahan perempuan di Filipina.


Sumber: BBC

Penulis blog