'Semua Takut Dengan Nama Mulyono!'
Oleh: Karyudi Sutajah Putra
Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)
Ada apa dengan Mulyono? Mengapa semua orang takut dengan nama Mulyono? Apa nama tersebut begitu keramat, sakral dan bertuah?
Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, Mulyono adalah nama kecil Presiden ke-7 RI. Gegara sering sakit-sakitan di masa kanak-kanak, maka Mulyono pun diganti dengan Joko Widodo. Justru nama Jokowi inilah yang bertuah, bukan Mulyono.
Tapi mengapa semua orang takut dengan Mulyono? Sebab, Mulyono itulah Jokowi yang sudah terbukti sebagai nama yang bertuah.
Ya, nama Mulyono kini begitu menakutkan. Lihat saja. Pentas teater bertajuk “Wawancara dengan Mulyono” yang sedianya digelar kelompok Teater Payung Hitam di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (15/2/2025) akhirnya batal.
Dikutip dari Tempo.co, Sabtu (15/2/2025), serangkaian insiden terjadi menjelang pementasan kelompok Teater Payung Hitam bertajuk, “Wawancara dengan Mulyono”.
Pertunjukan itu sudah dijadwalkan digelar pada Sabtu-Ahad, 15-16 Februari 2025 mulai pukul 20.00 WIB di Studio Teater Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.
Namun, di pagi harinya menjelang pentas, pintu Studio Teater sudah digembok. Pentas pun batal gigelar. Pihak kampus tutup mulut.
Berdurasi sekitar 35 menit, lakon “Wawancara dengan Mulyono” sedianya dimainkan oleh Rachman Sabur dan Tony Broer dengan memadukan dialog verbal dan bahasa tubuh.
Pada naskahnya, Rachman menjadi seorang jurnalis amatir yang melakukan wawancara dengan tokoh bernama Mulyono.
Mengapa nama Mulyono begitu menakutkan, sehingga pentas teater yang mengusung nama tersebut dijegal dan digagalkan?
Peristiwa tragis tersebut mengingatkan kita akan pameran tunggal pelukis senior Yos Soeprapto bertajuk, “Kebangkitan Tanah untuk Kedaulatan Pangan” di Galeri Nasional, Jakarta, yang dibredel Menteri Kebudayaan Fadli Zon beberapa waktu lalu.
Menurut Fadli Zon, ada tema politik dalam lukisan Yos yang mungkin mengandung makian atau hujatan terhadap seseorang, yakni Jokowi. Lagi-lagi Mulyono.
Hanya ada satu kata: lawan!
Penjegalan pentas teater “Wawancara dengan Mulyono” yang akan digelar Teater Payung Hitam, dan pembredelan pameran tunggal pelukis senior Yos Soeprapto analog dengan puisi “Peringatan” (1996) karya Wiji Thukul (1963-1997).
Berikut puisi “Peringatan” karya Wiji Thukul tersebut:
Jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
bila rakyat tidak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!
Ya, hanya ada satu kata: lawan!
***