'Presiden Prabowo di Bawah Kendali Mulyono'
Oleh: Made Supriatma
Saya tidak tahu apakah hanya saya yang merasakan hal ini atau Anda juga punya pemikiran yang sama. Saya merasa bahwa kita memiliki presiden yang dikendalikan oleh kekuatan lain.
Pemerintahan yang masih sangat muda ini hingga saat ini belum mampu mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan baik. Semua program-programnya tidak meyakinkan.
Ada banyak blunder dan kriris yang tidak ditangani dengan baik. Akibatnya semakin hari kepercayaan kepada pemerintahan ini semakin tergerus.
Saya merasa bahwa presiden dikendalikan oleh presiden yang lain. Saya menyimak serius pidato Prabowo pada ulang tahun Gerindra.
Saat itu, dia terang-terangan mengaku bahwa kemenangannya di pilpres kemarin itu karena bantuan Jokowi. Dengan suara serak menggelegar dia menyeruka 'Hidup Jokowi!"
Sebagaimana Prabowo yang saya kenal lewat 'public display'-nya, dia tidak lupa meledek kaum intelektual, media dan wartawan, serta para analis.
Khsusunya mereka yang mengkritik kebijakannya. Sekalipun bikin beberapa pembelaan, dia kemudian menambahkan, walaupun hanya dengan kode, "ndhasmu."
Persoalannya adalah bahawa Prabowo tidak bisa memproyeksikan apa yang dia bikin itu berhasil.
Ia tidak berhasil meyakinkan bahwa makanan yang ia bagikan itu benar-benar bergizi dan bermanfaat untuk anak-anak Indonesia. Apa logika dibalik pemberian makan siang itu?
Dia tidak berhasil meyakinkan bahwa kita akan berdaulat dalam pangan lewat 'food estate.' Sudah tiga presiden (Prabowo yang keempat) melakukan itu.
Soeharto di Kalimantan Tengah, SBY dengan MIFEE, Jokowi dengan PSN food estata, dan Prabowo melanjutkannya dan fokus di Merauke.
Demikian juga dengan Danantara. Tidak ada transparansi tentang lembaga ini. TIba-tiba dia ada. Diskusi tentangnya dilakukan tertutup dan singkat di DPR.
Padahal dana yang akan dikelola lembaga ini fantastis dan dikelola oleh orang-orang yang reputasinya dipertanyakan oleh publik.
Demikian juga berbagai macam krisis yang dihadapi oleh pemerintahan ini. Soal gas elpiji 3 kg.
Menterinya Prabowo -- yang bertindak karena kebijakan dari presiden -- harus pasang badan. Dan, jelas kebijakan ini tidak populer.
Menterinya gagal. Tapi apakah dia dipecat? Menteri Bahlil tetap aman. Tampaknya sang presiden pun tidak berani memecat menteri yang adalah ketua partai terbesar kedua di Indonesia ini.
Namun yang paling menarik perhatian publik seminggu terakhir ini adalah peranan Jokowi. Saya bertanya-tanya: Apakah benar Prabowo yang berkuasa atas pemerintahan ini?
Puji-pujiannya kepada Jokowi memperlihatkan bahwa dia sebenarnya sangat tergantung pada Jokowi.
Ini benar-benar membuat saya bertanya-tanya: Kemana komandan tegas yang selalu diperoyeksikan kepada pribadi Prabowo? Apakah dia benar tegas dan pemberani?
Sebab, tidak ada panglima yang memenangkan pertempuran dengan bantuan panglima lain. Apalagi dari (mantan) musuh bebuyutan.
Mengapa Prabowo kelihatan sangat takut pada Jokowi? Sekali pun bahasanya adalah 'persatuan' bangsa, hal itu tidak ia katakan pada partai-partai lain. Bahkan tidak kepada polisi atau tentara.
Apa yang terjadi disini?
Berita hari ini menurut saya lebih membuka pola relasi antara Prabowo dan Jokowi ini. Kita tahu bahwa KPK akhirnya menahan Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto.
Saya tidak mau masuk ke kasus Hasto sekalipun terlihat jelas bahwa bobot politiknya sangat kental dan KPK saat ini diangkat oleh Jokowi.
Sebagai kelanjutan dari kasus Hasto ini, PDI-P menginstruksikan kader-kadernya untuk tidak hadir dalam retreat yang diadakan di Akmil Magelang. Ratusan kepala daerah dari PDI-P tidak hadir dalam retreat ini.
Ini tentu adalah satu peristiwa politik penting. Bisa dibayangkan bahwa kepala-kepala daerah ini taat kepada pimpinan partainya.
Bukan kepada pemerintah pusat. Walaupun benar juga arguman bahwa tidak ada peraturan yang mengharuskan para kepala derah ini hadir di Magelang.
Anehnya, presiden dan jajarannya tidak berkomentar terhadap boikot (ya saya lebih suka memakai istilah boikot) ini. Prabowo pun tidak berani berkonfrontasi dengan PDI-P.
Yang justru 'bikin kebijakan' adalah Jokowi. Dari Solo, kampung halamannya, dia berceloteh bahwa kepala-kepala daerah PDI-P ini seharusnya hadir di Magelang. Para kepala daerah ini dipilih rakyat, katanya. Bukan oleh partai.
Ini adalah khas cara berpikir Jokowi -- yang menganggap suara rakyat itu penting ketika cocok dengan kepentingannya.
Dan suara rakyat itu, dalam alam pikirannya, kalau dibansosin dengan baik bisa menguntungkan. Itulah demokrasi suap bansos ala Jokowi.
Terus, presiden kemana? Nggak jelas. Ada dugaan bahwa penahanan Hasto ini pun karena permintaan Jokowi dan Prabowo menyanggupinya. Saya tidak tahu kebenaran desas-desus itu.
Namun di depan publik tampak sekali bahwa yang berkepentingan dengan penahanan Hasto adalah Jokowi.
Ini semua menimbulkan pertanyaan: Apakah pemerintahan ini sebenarnya dibawah kontrol Jokowi?
Mengapa Prabowo yang mencitrakan diri sebagai macan Asia terlihat sangat tidak berdaya terhadap Jokowi? Apakah ini pemerintahan remote control? ***