AGAMA CATATAN POLITIK

'Jangan-Jangan Santri Yang Menjadi Polisi Malah Terbawa Lingkungan Yang Kotor?'

Media Democrazy
Februari 10, 2025
0 Komentar
Beranda
AGAMA
CATATAN
POLITIK
'Jangan-Jangan Santri Yang Menjadi Polisi Malah Terbawa Lingkungan Yang Kotor?'


'Jangan-Jangan Santri Yang Menjadi Polisi Malah Terbawa Lingkungan Yang Kotor?'


Oleh: Ali Syarief

Akademisi


Kepolisian Republik Indonesia (Polri) baru-baru ini membuka kesempatan luas bagi para santri dan hafiz Al-Qur’an untuk bergabung menjadi anggota kepolisian. 


Langkah ini dianggap strategis karena santri memiliki pendidikan karakter yang kuat, disiplin, serta nilai-nilai moral dan etika yang baik. 


Namun, muncul pertanyaan kritis: apakah lingkungan kepolisian yang saat ini kerap dikaitkan dengan berbagai skandal justru akan menggerus nilai-nilai yang telah tertanam dalam diri para santri?


Dalam pernyataannya, Inspektur Pengawasan Umum Polri, Komjen Dedi Prasetyo, menegaskan bahwa rekrutmen santri bertujuan untuk memperkuat moralitas dalam institusi kepolisian. 


Harapannya, latar belakang pendidikan di pondok pesantren akan menciptakan polisi yang berintegritas dan mampu menghadapi tekanan dengan bijak. 


Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa berbagai pelanggaran, korupsi, dan tindak kejahatan justru banyak dilakukan oleh petinggi-petinggi Polri sendiri. 


Ini mengindikasikan bahwa ada permasalahan sistemik dalam tubuh kepolisian yang tidak cukup hanya diatasi dengan merekrut individu-individu berkarakter baik.


Rekrutmen santri memang terlihat sebagai solusi ideal dalam memperbaiki moralitas di kepolisian, tetapi apakah lingkungan yang sudah tercemar bisa membiarkan nilai-nilai itu tetap utuh? 


Sejarah menunjukkan bahwa individu dengan latar belakang moral yang kuat pun dapat terpengaruh oleh sistem yang korup. 


Dalam banyak kasus, lingkungan yang buruk dapat menggerus idealisme seseorang dan membuatnya beradaptasi dengan praktik yang sudah mengakar.


Polri perlu menyadari bahwa merekrut santri bukanlah jaminan perubahan jika tidak disertai reformasi struktural yang nyata. 


Tanpa perbaikan sistem, termasuk transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan ketat terhadap internal kepolisian, para santri yang masuk justru berisiko terbawa arus lingkungan yang tidak sehat. 


Bahkan, mereka bisa mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri dengan praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut sebelumnya.


Maka, pertanyaannya bukan hanya apakah santri bisa menjadi polisi yang baik, tetapi apakah institusi kepolisian bisa menjadi tempat yang tetap menjaga nilai-nilai luhur yang mereka bawa. 


Jika tidak ada perubahan signifikan dalam budaya dan sistem kepolisian, jangan-jangan harapan agar santri membawa perubahan justru akan berbalik, dengan santri yang akhirnya kehilangan idealisme mereka dan terseret dalam arus kegelapan institusi itu sendiri. ***


Sumber: FusilatNews

Penulis blog