DEMOCRAZY.ID - Kesuksesan serial Squid Game musim kedua kembali menarik perhatian dunia dengan kisah brutal Seong Gi-hun, alias Pemain 456, yang kembali terlibat dalam permainan mematikan demi hadiah uang yang menggiurkan. Namun, di balik fiksi distopia karya sutradara Hwang Dong-hyuk itu, tersimpan sebuah kisah nyata yang tak kalah mengerikan, yaitu tragedi di ‘Brothers’ Home’, sebuah pusat penahanan di Busan, Korea Selatan, pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Pada era kepemimpinan diktator militer Chun Doo-hwan, ‘Brothers’ Home’ didirikan sebagai salah satu dari 36 fasilitas yang bertujuan membersihkan jalan-jalan Korea Selatan dari pengemis dan gelandangan menjelang Asian Games 1986 dan Olimpiade Seoul 1988. Namun, kenyataan di balik fasilitas ini jauh dari fungsi kesejahteraan. Anak-anak dan orang dewasa yang ditangkap di jalanan dipaksa bekerja sebagai budak di lokasi konstruksi, pabrik, hingga pertanian tanpa peluang untuk melarikan diri. Salah satu korban, Han Jong-su...
DEMOCRAZY.ID - Kesuksesan serial Squid Game musim kedua kembali menarik perhatian dunia dengan kisah brutal Seong Gi-hun, alias Pemain 456, yang kembali terlibat dalam permainan mematikan demi hadiah uang yang menggiurkan. Namun, di balik fiksi distopia karya sutradara Hwang Dong-hyuk itu, tersimpan sebuah kisah nyata yang tak kalah mengerikan, yaitu tragedi di ‘Brothers’ Home’, sebuah pusat penahanan di Busan, Korea Selatan, pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Pada era kepemimpinan diktator militer Chun Doo-hwan, ‘Brothers’ Home’ didirikan sebagai salah satu dari 36 fasilitas yang bertujuan membersihkan jalan-jalan Korea Selatan dari pengemis dan gelandangan menjelang Asian Games 1986 dan Olimpiade Seoul 1988. Namun, kenyataan di balik fasilitas ini jauh dari fungsi kesejahteraan. Anak-anak dan orang dewasa yang ditangkap di jalanan dipaksa bekerja sebagai budak di lokasi konstruksi, pabrik, hingga pertanian tanpa peluang untuk melarikan diri. Salah satu korban, Han Jong-su...