DEMOCRAZY.ID - Pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia tak akan memperpanjang izin ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia (PTFI/Freeport) lantaran smelternya terbakar, ternyata hanya 'omon-omon' alias omong doang (omdo).
Tak sedang bercanda, Menteri Bahlil menyebut, penerbitan izin ekspor konsentrat yang diajukan Freeport sedang berproses di Kemenko Perekonomian.
Artinya apa? Freeport bakal leluasa mengekspor mineral mentah yang jelas-jelas mengangkangi program hilirisasi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
“Freeport sudah ajukan (izin ekspor) untuk 2025. Dan kami dari Kementerian ESDM lagi membahas. Dan sudah dilakukan rapat dengan Kemenko Perekonomian,” papar Bahlil di Jakarta, dikutip Kamis (9/1/2025).
Selanjutnya, kata Politikus Partai Golkar ini, hasil rapat Kementerian ESDM dan Kementerian terkait akan dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto.
Rasa-rasanya, izin ekspor konsentrat tembaga bakal diberikan dengan mudah kepada Freeport.
“Kami akan menunggu (hasil rapat) tinggal kami laporkan kepada Bapak Presiden. Apapun keputusannya, pasti pertimbangannya lebih baik untuk Freeport dan untuk negara,” ujar Menteri Bahlil.
Asal tahu saja, izin ekspor konsentrat tembaga PTFI berakhir pada 1 Januari 2025.
Selanjutnya, Freeport menyampaikan proposal izin ekspor konsentrat tembaga dengan alasan smelternya di Gresik, Jawa Timur belum bisa beroperasi. Karena terbakar pada 14 Oktober 2024.
Padahal, pemerintah mendorong Freeport kebut operasional smelter tersebut. Agar konsentrat tembaga bisa diolah di dalam negeri. Sehingga ada nilai tambah yang diperoleh pemerintah Indonesia.
Dengan terbakarnya smelter tersebut, entah beneran terbakar atau 'sengaja dibakar', konsentrat tembaga dari tambang Freeport menumpuk di gudang.
Akibatnya, smelter yang sudah beroperasi sejak September 2024 itu, kini mangkrak. diprediksi Juli 2025 baru beroperasi itupun tidak penuh. Tapi hanya 40 persen dari kapasitas produksinya.
Sebelumnya, Menteri Bahlil sempat sesumbar bakal menolak permohonan izin ekspor konsentrat tembaga yang diajukan Freeport.
Dia bahkan menyebut Freeport sering menggunakan jurus 'lagu lama' yang diulang-ulang.
Namun, dia menjamin, pemerintah tidak akan mudah terbujuk. Secara tegas dia bilang akan menolak perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga Freeport.
“Freeport ini kan lagu lama sebenarnya. Dari saya masih mahasiswa, sampai menjadi Menteri ESDM, tema Freeport ini begitu terus. Aku udah banyak belajar sama Freeport. Masa dari S1 sampai jadi Menteri ESDM, belum hafal lagu Freeport,” ungkap Menteri Bahlil.
Bahkan Menteri Bahlil yang bilang, alasan Freeport mengajukan izin ekspor konsentrat tembaga karena itu tadi.
Terbakarnya smelter tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik JIIPE, Jawa Timur.
“Freeport ini kan dia udah bangun smelter. Smelternya udah jadi. Tetapi kan ada terbakar. Karena dia terbakar, maka dia belum bisa memproduksi. Harusnya dia sampai dengan Desember ini, udah gak (ekspor) lagi,” ungkap dia.
Menurut Bahlil, Freeport seharusnya menunjukan komitmennya untuk melakukan percepatan perbaikan terhadap kawasan smelter lembaga yang rusak terbakar.
“Lu berapa bulan memperbaiki? Kalau terbakar, lu berapa lama memperbaiki? Karena bagi Indonesia, agar Indonesia yang paling penting. Jangan begitu dia gak ada komitmen, dia lama-lama ekspor terus. Ini kan kita tahu kelakuan manajemen sebagian Freeport ini kan. Ini lagu lama, bos,” tuturnya.
Tapi ya itu tadi. Hasil akhirnya justru berbalik. Freeport bisa menaklukan Menteri Bahlil yang 'garang' di depan tapi melempem di belakang.
Mungkin karena dia politikus dan Ketum Partai Golkar yang keputusannya bisa berubah tiap saat. Padahal ini menyangkut kepentingan bangsa dan negara.
Sumber: Inilah