'Mengapa Jokowi Masih Tetap Melakukan Aktivitas Seperti Presiden?'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Dalam setiap era kepemimpinan, selalu ada dinamika antara tindakan yang dilakukan pemimpin dan persepsi publik terhadapnya.
Di bawah pemerintahan Jokowi, kita kerap menyaksikan berbagai langkah yang diambil, mulai dari pembangunan infrastruktur masif hingga kebijakan kontroversial yang mengguncang fondasi ekonomi, politik, dan ekosistem negeri ini.
Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: Mengapa Jokowi masih terus melakukan aktivitas yang sama, meskipun kritik tajam terus mengemuka?
Dinamika Gibran: Warisan Kepemimpinan yang Dipertanyakan
Salah satu isu hangat yang mencerminkan problematika Jokowi adalah keterlibatan keluarganya, khususnya Gibran Rakabuming Raka, dalam kancah politik.
Gibran yang kini menjadi Wakil Presiden 2024-2029 dianggap sebagian pihak sebagai figur yang jauh dari standar kompetensi kepemimpinan yang diharapkan.
Kritikan ini sejalan dengan pola politik dinasti yang seakan melanggengkan kekuasaan keluarga tanpa memperhatikan meritokrasi.
Keberadaan Gibran di posisi strategis ini bukan hanya memperlihatkan ambisi Jokowi dalam mempertahankan pengaruhnya, tetapi juga membuka celah bagi publik untuk mempertanyakan kredibilitas kepemimpinan nasional.
Di tengah ketidakpuasan rakyat terhadap isu-isu fundamental seperti ekonomi dan hukum, Gibran menjadi simbol bagaimana politik dinasti lebih didahulukan ketimbang kompetensi.
Kebijakan Pemagaran Laut: Jejak Kesalahan yang Berujung pada Jokowi
Salah satu isu kebijakan yang menjadi perhatian serius adalah proyek pemagaran laut.
Di balik narasi “perlindungan kawasan laut”, publik kini mulai memahami bahwa kebijakan ini lebih terkait dengan eksploitasi sumber daya dibandingkan upaya pelestarian.
Terbongkarnya fakta bahwa ribuan hektare wilayah laut Nusantara telah dijual kepada pihak asing atau pihak-pihak berkepentingan memperkuat persepsi bahwa pemerintahan Jokowi sarat dengan konflik kepentingan.
Kesalahan ini bukan sekadar kebijakan administratif yang keliru, melainkan mencerminkan pola pengelolaan negara yang lebih mengedepankan keuntungan finansial dibandingkan keberlanjutan ekosistem dan kedaulatan bangsa.
Pada akhirnya, rakyat memahami bahwa ada nilai uang di balik setiap kebijakan yang terlihat “ambisius” di permukaan.
Mengapa Jokowi Masih Terus Bertahan dengan Pola yang Sama?
Konsistensi Jokowi dalam mengambil langkah-langkah kontroversial dapat dilihat sebagai upaya mempertahankan kekuasaan dan pengaruh politik, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya.
Tidak dapat disangkal, di balik banyak keputusan besar yang diambilnya, terdapat manfaat finansial dan politik yang menjadi pertimbangan utama.
Namun, apa yang membuat situasi ini semakin tragis adalah bagaimana rakyat semakin sadar akan motif-motif tersebut.
Transparansi yang diharapkan publik sering kali bertolak belakang dengan kenyataan, di mana akuntabilitas nyaris absen.
Proyek-proyek besar yang diluncurkan selama masa pemerintahannya kini dianggap lebih sebagai “proyek ekonomi elite” dibandingkan upaya pembangunan yang merata.
Pelajaran dan Harapan Rakyat
Di tengah kritik dan kesadaran publik yang semakin meningkat, penting untuk memahami bahwa rakyat Indonesia tidak lagi menjadi massa pasif yang mudah dikelabui narasi pemerintah.
Jokowi mungkin masih terus melakukan aktivitas yang sama karena sistem politik saat ini memberikan ruang bagi elite untuk bertindak tanpa kontrol yang memadai.
Namun, di balik itu semua, ada harapan bahwa rakyat akan semakin vokal dalam menyuarakan ketidakadilan dan mendorong perubahan sistemik.
Kepemimpinan yang sejati adalah tentang memberikan manfaat bagi seluruh rakyat, bukan hanya bagi segelintir elite.
Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya visioner, tetapi juga berintegritas dan mampu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau keluarga.
Pada akhirnya, sejarah akan menjadi saksi bagaimana era Jokowi diingat: apakah sebagai masa kebangkitan rakyat melawan penyelewengan, atau sebagai pengulangan kelam politik dinasti dan oligarki. Waktu akan menjawabnya.
Sumber: FusilatNews