CATATAN POLITIK

Kumuhnya Sikap Jokowi ”Cengengesan” Menyikapi Publikasi Tokoh Terkorup OCCRP

DEMOCRAZY.ID
Januari 02, 2025
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
Kumuhnya Sikap Jokowi ”Cengengesan” Menyikapi Publikasi Tokoh Terkorup OCCRP


Kumuhnya Sikap Jokowi ”Cengengesan” Menyikapi Publikasi Tokoh Terkorup OCCRP


Tuduhan serius dari Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) mengenai potensi aliran dana ilegal yang melibatkan lingkaran kekuasaan Jokowi bukanlah isu kecil. 


Dalam lanskap politik global, tuduhan seperti ini dapat menggoyahkan kredibilitas sebuah pemerintahan, bahkan meruntuhkan wibawa suatu negara di mata internasional. 


Namun, respons Jokowi justru menjadi sorotan yang lebih tajam daripada tuduhannya sendiri.


Alih-alih mengambil langkah elegan dan strategis, Jokowi memilih menyikapi tuduhan itu dengan cengengesan di depan rumahnya. 


Ia tampak menyepelekan tuduhan serius tersebut tanpa memberikan penjelasan yang substansial.


Langkah ini tidak hanya menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap urgensi isu ini tetapi juga menciptakan kesan bahwa ia tidak memiliki kapasitas untuk menghadapi tekanan internasional secara bermartabat.


Sebagai seorang pemimpin besar—setidaknya berdasarkan posisinya sebagai presiden Indonesia—Jokowi seharusnya menggelar konferensi pers resmi. 


Ini bukan hanya soal membela diri secara personal, tetapi juga mempertahankan kehormatan bangsa di mata dunia. 


Dalam forum resmi, ia bisa menyampaikan argumen logis yang terstruktur, didukung data dan fakta, sehingga dunia internasional memiliki landasan untuk menilai bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar.


Namun, respons yang diberikan justru seolah-olah mengamini stigma bahwa pemimpin Indonesia kurang siap menghadapi isu global dengan pendekatan presisi dan profesionalisme. Yang malu bukan hanya Jokowi secara personal, melainkan seluruh bangsa Indonesia. 


Dunia internasional tidak hanya menilai tuduhan tersebut, tetapi juga melihat cara pemerintah Indonesia menanganinya.


Apakah cengengesan di depan rumah mencerminkan ketegasan seorang pemimpin? Tidak. Sikap seperti ini justru mengesankan ketidakseriusan dalam menghadapi isu serius. 


Dalam kacamata diplomasi internasional, respons ini bukan hanya mengecewakan, tetapi juga mencerminkan kebiasaan buruk pemimpin yang lebih sering mengandalkan citra personal daripada substansi dalam bertindak.


Di tengah tuduhan yang menyentuh aspek mendasar tentang integritas kepemimpinan, Jokowi justru gagal menunjukkan bahwa dirinya layak disebut sebagai tokoh besar. 


Keberanian untuk berdiri di hadapan publik, memberikan pernyataan resmi, dan melibatkan tim hukum serta ahli dalam mengatasi isu ini adalah langkah minimal yang seharusnya diambil. 


Bukannya menciptakan narasi yang menjernihkan situasi, ia malah membiarkan tuduhan itu menggantung tanpa arah yang jelas.


Respons Jokowi ini juga menunjukkan bahwa pemerintahannya belum sepenuhnya memahami pentingnya reputasi di era keterbukaan informasi. 


Dalam konteks ini, cengengesan tidak hanya tidak cukup, tetapi juga memperburuk persepsi publik, baik di dalam maupun luar negeri. 


Bangsa Indonesia berhak mendapat pemimpin yang mampu menjaga kehormatan negara dengan tindakan nyata, bukan dengan sikap sembrono yang justru mencoreng muka sendiri.


Tindakan Jokowi dalam menyikapi tuduhan OCCRP adalah refleksi dari pendekatan yang kumuh dan tidak strategis. 


Jika ia menginginkan sejarah mencatat dirinya sebagai pemimpin besar, maka ia harus mengubah pola ini. 


Kepemimpinan bukan sekadar jabatan; ia adalah tanggung jawab besar untuk menjaga nama baik bangsa, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti ini.


Sumber: FusilatNews

Penulis blog