'Gembar-Gembor Ratusan Investor di IKN – Dusta Jokowi Menjadi Nyata'
Narasi besar mengenai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru telah menjadi sorotan utama pemerintahan Jokowi dalam beberapa tahun terakhir.
Digadang-gadang akan menarik ratusan investor dari dalam dan luar negeri, IKN disebut-sebut sebagai simbol transformasi dan inovasi pembangunan Indonesia.
Namun, seiring berjalannya waktu, optimisme ini justru berubah menjadi skeptisisme. Fakta terkini menunjukkan tidak ada investor yang serius ingin berbisnis di IKN.
Mengapa mimpi besar ini seolah kandas di tengah jalan?
Realitas Business Plan IKN
Pertama-tama, dari sudut pandang ekonomi, IKN dianggap tidak menawarkan prospek bisnis yang menguntungkan.
Secara global, investor menilai profitabilitas sebagai faktor utama sebelum menanamkan modalnya.
Lokasi IKN yang jauh dari pusat ekonomi utama seperti Jakarta dan Surabaya menjadi kendala logistik yang signifikan. Infrastruktur yang belum sepenuhnya siap juga menambah risiko investasi.
Dengan kondisi seperti ini, biaya operasional di IKN diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan kawasan lain di Asia Tenggara, seperti Malaysia atau Vietnam, yang sudah memiliki ekosistem bisnis yang matang.
Selain itu, strategi pembangunan IKN yang terlalu bergantung pada APBN tanpa transparansi yang jelas memunculkan keraguan dari kalangan investor.
Ketidakpastian mengenai model bisnis IKN menjadikannya kurang menarik dibandingkan negara tetangga yang lebih stabil secara ekonomi.
Persepsi Internasional terhadap Reputasi Pemerintah
Namun, lebih dari sekadar kalkulasi bisnis, persoalan reputasi pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi juga menjadi faktor kunci.
Dalam beberapa laporan internasional, nama Jokowi disebut sebagai salah satu pemimpin yang dinilai memiliki reputasi buruk terkait korupsi.
Bahkan, terdapat klaim yang menyebut Jokowi sebagai “koruptor kelas dunia nomor dua,” sebuah stigma yang tentu memengaruhi kepercayaan dunia internasional terhadap iklim investasi Indonesia.
Persepsi ini semakin diperburuk dengan banyaknya kasus korupsi yang terjadi selama masa pemerintahannya.
Program pembangunan infrastruktur yang ambisius sering kali dikaitkan dengan praktik penyimpangan, mulai dari proyek jalan tol hingga pengadaan fasilitas publik.
Hal ini membuat Indonesia dianggap tidak memiliki mekanisme yang cukup untuk melindungi investasi asing dari risiko kerugian akibat korupsi.
Sebagai perbandingan, Malaysia dan Vietnam menawarkan stabilitas politik dan ekonomi yang lebih menjanjikan.
Vietnam, misalnya, dikenal sebagai destinasi investasi utama di Asia Tenggara karena memiliki tenaga kerja yang kompetitif, regulasi yang lebih ramah, dan komitmen pemerintah yang kuat terhadap transparansi.
Dampak terhadap Indonesia
Minimnya minat investor untuk menanamkan modal di IKN tentu membawa dampak besar bagi Indonesia.
Selain menunda realisasi pembangunan IKN, kegagalan ini juga mencoreng citra pemerintah di mata publik dan dunia internasional.
Pemerintah kerap beralasan bahwa pembangunan IKN adalah untuk kepentingan jangka panjang, tetapi fakta menunjukkan bahwa janji-janji besar sering kali tidak diiringi dengan rencana yang realistis dan kredibel.
Apa yang Harus Dilakukan?
Untuk mengembalikan kepercayaan investor, Indonesia perlu mereformasi sistem politik dan ekonominya. Pemerintah harus membuktikan komitmennya terhadap transparansi dan pemberantasan korupsi.
Selain itu, konsep IKN harus diubah menjadi lebih relevan dengan kebutuhan pasar global, seperti mengintegrasikan teknologi hijau dan konsep keberlanjutan yang saat ini menjadi daya tarik utama bagi investor asing.
Lebih dari itu, pemerintah juga harus meningkatkan stabilitas hukum dan memberikan jaminan bahwa investasi di Indonesia dapat terlindungi dari risiko politik dan ekonomi.
Tanpa perubahan mendasar ini, IKN hanya akan menjadi monumen ambisi tanpa substansi.
Kesimpulan
Gembar-gembor mengenai ratusan investor di IKN sejauh ini terbukti sebagai ilusi belaka. Dari aspek perencanaan bisnis hingga reputasi pemerintah, banyak hambatan yang membuat para investor enggan melirik proyek ini.
Jika Indonesia ingin menjadikan IKN sebagai pusat ekonomi baru, reformasi menyeluruh harus dilakukan, baik dalam pendekatan ekonomi maupun dalam membangun kembali kepercayaan dunia terhadap integritas pemerintah.
Tanpa itu, mimpi besar IKN mungkin akan selamanya terjebak dalam bayang-bayang kegagalan.
Sumber: FusilatNews