POLITIK

Dituding 'Ormas Bodong' Usai Ngaku Pemilik Pagar Laut 30 KM, Respons JRP: Ya Terserah, Kami Hanya Mengedukasi Nelayan

DEMOCRAZY.ID
Januari 13, 2025
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Dituding 'Ormas Bodong' Usai Ngaku Pemilik Pagar Laut 30 KM, Respons JRP: Ya Terserah, Kami Hanya Mengedukasi Nelayan



DEMOCRAZY.ID - Jaringan Rakyat Pantura (JRP) akhirnya buka suara usai dituding sebagai organisasi masyarakat (ormas) 'bodong' maupun abal-abal gara-gara mengklaim sebagai pihak yang membangun pagar laut misterius 30 kilometer (km) di Tangerang, Banten.


Koordinator JRP Sandi Martapraja menekankan pentingnya menghormati berbagai spekulasi yang muncul di tengah masyarakat, meskipun ia yakin tudingan ormas bodong tersebut akan terjawab seiring waktu.


"Ya, spekulasi orang sah-sah saja ya, spekulasi, asumsi, dan yang lain-lain. Itu nanti waktu yang akan menjawab kalau kita memang ya tidak banyak muncul tadinya di media, gitu kan, dan segala macam. Namun kita aktif memberikan edukasi kepada nelayan," ujar Sandi saat dihubungi media, Senin (13/1).


Menurut Sandi, JRP selama ini fokus pada langkah-langkah strategis, terutama dalam memberikan edukasi kepada nelayan agar memahami berbagai isu yang memengaruhi mereka.


Ia menegaskan kerja-kerja JRP mungkin belum banyak terekspos di media, sehingga wajar jika publik merasa skeptis terhadap keberadaan dan peran organisasi ini.


"Itulah yang kemarin kita bawa, nelayan yang sudah kita edukasi dengan seobjektif mungkin, insya Allah, gitu. Nah kemudian, ya saya sendiri juga dan teman-teman juga terkejut sampai (pagar laut) se-booming ini kan beritanya," lanjutnya.


Sandi menyebut JRP memiliki pendekatan strategis untuk terus mengedukasi masyarakat, khususnya para nelayan, meskipun kemunculan organisasi ini di publik baru terjadi belakangan gara-gara heboh pagar laut misterius.


"Jadi ya kalau misalnya dilihat baru hari ini keluar, ya wajar-wajar aja, dan gak apa-apa juga. Di alam demokrasi ini kan orang sah-sah saja berpendapat," tambahnya.


JRP mengaku berkomitmen untuk terus mendampingi nelayan melalui pendekatan berbasis edukasi dan tetap membuka ruang dialog dengan pihak-pihak yang mempertanyakan kredibilitas mereka.


Sebelumnya, di tengah upaya KKP membongkar dalang pembuat pagar bambu setinggi 6 meter itu, warga Pantura tiba-tiba membuat pengakuan. JRP mengklaim pagar laut tersebut merupakan ulah mereka.


Sandi mengatakan pagar itu dibangun oleh masyarakat setempat yang merupakan perkumpulan nelayan. Tujuannya adalah mitigasi bencana tsunami dan abrasi.


"Pagar laut yang membentang di pesisir utara Kabupaten Tangerang ini sengaja dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Ini dilakukan untuk mencegah abrasi," kata Sandi di Tangerang, Sabtu (11/1), dikutip dari Antara.


"Kedua, mencegah abrasi, mencegah pengikisan tanah di wilayah pantai yang dapat merugikan ekosistem dan permukiman. Kemudian mitigasi ancaman tsunami, meski tidak bisa sepenuhnya menahan tsunami," bebernya.


Akan tetapi, klaim JRP itu bertentangan dengan nelayan lain di pesisir laut. Laporan warga yang resah juga menjadi titik awal pemerintah bergerak.


Pembangunan pagar laut misterius Tangerang itu mencaplok wilayah pesisir 16 desa di 6 kecamatan. Ada masyarakat pesisir yang beraktivitas sebagai nelayan sebanyak 3.888 orang dan 502 pembudidaya di lokasi tersebut.


"Kaget sih, 'Loh ini untuk apa? Semua juga kaget di sini nelayan. Ini untuk apa nih?'," kata salah satu nelayan yang namanya disamarkan demi alasan keamanan saat ditemui di lokasi, Jumat (10/1).


Nelayan itu mengatakan pagar bambu tersebut dipasang oleh warga luar desa menggunakan kapal nelayan. 


Pemasangan dilakukan pada pukul 07.00 WIB sampai 12.00 WIB, rutin setiap hari.


Sumber: CNN

Penulis blog