Apa Yang Dimaksud ‘Demagog’ Oleh Joe Biden dan Kaitannya Dengan Taktik Politik Jokowi?
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Dalam beberapa kesempatan, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menggunakan istilah “demagog” untuk menggambarkan individu atau tokoh politik tertentu yang menggunakan taktik populis untuk meraih kekuasaan dengan cara yang merusak.
Istilah ini sendiri memiliki konotasi negatif yang sangat kuat, mengacu pada mereka yang memainkan emosi publik, menyebarkan kebohongan, dan mengeksploitasi ketakutan atau kebencian masyarakat untuk mendapatkan dukungan, tanpa memperhatikan kebenaran atau prinsip-prinsip demokrasi.
Demagog: Pengertian Umum dan Konteksnya
Kata “demagog” berasal dari bahasa Yunani kuno, yang secara harfiah berarti “pemimpin rakyat.” Namun, dalam perkembangan sejarah, kata ini bertransformasi menjadi istilah yang memiliki makna yang lebih negatif.
Seorang demagog cenderung mengklaim mewakili kehendak rakyat, tetapi pendekatannya lebih kepada manipulasi, bukan pengabdian pada kepentingan umum atau nilai-nilai demokrasi.
Mereka sering memanfaatkan retorika yang memecah belah, menggunakan narasi yang populis, dan memainkan perasaan marah atau takut untuk meraih dukungan.
Dalam politik modern, seorang demagog bisa menjadi pemimpin yang mempermainkan emosi dan ketakutan publik untuk memperbesar basis kekuasaannya.
Mereka seringkali menciptakan musuh bersama yang digambarkan sebagai ancaman bagi rakyat, seperti imigran, kelompok etnis tertentu, atau bahkan elit politik.
Dengan demikian, taktik ini bertujuan untuk memperburuk polarisasi, memecah belah masyarakat, dan menggiring opini publik ke arah yang menguntungkan kepentingan politik mereka.
Joe Biden dan Kritiknya Terhadap Demagogi
Joe Biden, dalam beberapa kesempatan, menggunakan istilah “demagog” untuk mengkritik lawan politik atau tokoh yang dianggapnya tidak peduli dengan kebenaran dan hanya menggunakan emosi negatif untuk meraih keuntungan politik.
Salah satu momen penting di mana Biden menggunakan istilah ini adalah ketika ia mengkritik pendekatan politik yang sangat konfrontatif dan berbasis kebencian yang beberapa tokoh politik, terutama dari kubu oposisi, tunjukkan.
Biden berpendapat bahwa demagogi berpotensi merusak tatanan demokrasi, karena ia menciptakan ketidakpercayaan terhadap institusi yang seharusnya melindungi nilai-nilai dasar negara.
Dalam pandangannya, seorang pemimpin yang menggunakan taktik demagogis bukan hanya mengancam integritas politik, tetapi juga mengurangi kedewasaan publik dalam menjalani proses demokrasi.
Ia melihat bahwa kebijakan yang dibangun berdasarkan kebohongan dan ketakutan tidak akan menghasilkan solusi nyata untuk masyarakat, melainkan hanya memperburuk perpecahan sosial dan politik.
Demagogi dalam Politik Amerika Serikat
Dalam konteks politik Amerika Serikat, penggunaan istilah “demagog” sering dikaitkan dengan fenomena politik yang berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir.
Banyak pengamat politik menganggap bahwa demagogi telah merambah ke berbagai level pemerintahan, dengan beberapa tokoh politik menggunakan taktik populis untuk mendapatkan dukungan massa tanpa mempedulikan fakta atau keadilan.
Salah satu contoh paling jelas adalah ketika beberapa tokoh politik, dengan retorika yang penuh kebohongan dan pemecah belah, berusaha memanfaatkan rasa takut terhadap perubahan sosial dan ekonomi untuk memperbesar pengaruh mereka.
Joe Biden, yang lebih memilih pendekatan politik berbasis konsensus dan rekonsiliasi, sering kali menanggapi fenomena ini dengan memperingatkan bahaya jangka panjang yang ditimbulkan oleh demagogi.
Menurut Biden, sistem demokrasi yang stabil membutuhkan kepemimpinan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi dan komitmen untuk berbicara dengan jujur kepada rakyat, bukan mengeksploitasi ketakutan mereka.
Kesimpulan
Istilah “demagog” yang digunakan oleh Joe Biden mencerminkan kecemasan terhadap risiko perpecahan dalam masyarakat dan ancaman terhadap demokrasi akibat politik yang berbasis manipulasi emosi dan kebohongan.
Dalam pandangan Biden, pemimpin sejati adalah mereka yang bekerja untuk rakyat dengan cara yang jujur, mengutamakan kebenaran, dan berkomitmen untuk mengatasi masalah nyata yang dihadapi masyarakat, bukan sekadar mengeksploitasi ketakutan atau kebencian untuk kepentingan pribadi.
Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, peringatan Biden tentang bahaya demagogi seharusnya menjadi panggilan untuk kembali ke nilai-nilai dasar demokrasi yang mengedepankan kebenaran dan kesatuan.
Sumber: FusilatNews