AGAMA

Upaya Seorang Anak “Menyadarkan” Ibunya Yang Membela dan Membenarkan Miftah Maulana

DEMOCRAZY.ID
Desember 10, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
Upaya Seorang Anak “Menyadarkan” Ibunya Yang Membela dan Membenarkan Miftah Maulana



DEMOCRAZY.ID - Sudah sejak lama Ibu Jalal mengenal Miftah Maulana atau yang kemudian terkenal dengan panggilan Gus Miftah. Persisnya sejak kemunculannya di acara Hitam Putih Trans7 pada 2018 silam.


Pada masa itu, Miftah Maulana diundang karena dikenal sebagai sosok yang suka ceramah di kelab-kelab malam dan di kalangan kelompok marjinal. Ibu Jalal mengaku kagum.


“Apalagi setelah Gus Miftah jadi orang yang “meng-Islamkan” Deddy Corbuzier pada 2019,” tutur Jalal, pemuda 23 tahun asal Rembang, Jawa Tengah, yang kini kuliah di Malang, Jawa Timur.


Ibu yang membela Miftah Maulana

Akhir pekan ini—sejak Jumat (6/12/2024)—dia pulang kampung. Dia agak “mumet” ketika tahu kalau di tengah gelombang cancel culture pada Miftah Maulana, ibunya justru berada “di belakang” Miftah Maulana.


“Aslinya itu cuma guyon. Wong waktu Gus Miftah diundang ngisi pengajian di sini (Rembang) orangnya baik kok. Suka bagi-bagi uang, suka gojlokan.” Begitu kata Ibu Jalal selepas makan malam bersama dan mendapati berita di televisi masih ramai menyoal momen Miftah Maulana mengolok-olok penjual es teh dalam sebuah pengajian di Magelang, Jawa Tengah.


“Mak deg” hati Jalal mendengar itu. Dia merasa ada yang perlu diluruskan agar ibunya tidak mengidolakan seseorang dengan taklid buta. Terlebih, Jalal juga masih ingat momen ketika Gus Miftah mengisi pengajian tidak jauh dari kampungnya.


Waktu itu 2022. Seingat Jalal, Miftah Maulana memang bagi-bagi uang. Hanya saja, dia datang dalam waktu begitu singkat, untuk bisyarah (tarif) yang begitu mahal. Setidaknya dari yang Jalal dengar dari teman-teman panitia, tarifnya memang cukup mahal.


Jalal mengaku tidak tahu angka pastinya. Namun, kini, kalau mengetik “tarif Gus Miftah” di mesin pencari, maka akan muncul angka-angka yang fantastis. Walaupun hal ini tentu juga perlu dikonfirmasi langsung ke sosok bersangkutan.


Jejak masa lalu yang berserakan

Ibu Jalal tidak main HP. Alhasil, sumber informasi yang dia peroleh kalau tidak dari berita televisi ya dari obrolan bersama tetangga.


Sialnya, Ibu Jalal hanya menyimak berita dan potongan video saat Miftah Maulana mengolok-olok penjual es teh. Setelahnya, Ibu Jalal tidak begitu update dengan perkembangan kontroversi Miftah Maulana. 


Terlebih, sejak berita pertama (olok-olok penjual es teh ramai), Ibu Jalal sudah beranggapan kalau “zaman akhir, pasti ada saja fitnah pada ulama”. Ibu Jalal pun memilih tidak mengikuti lagi berita soal Miftah Maulana.


“Akhirnya kutunjukkan video-video masa lalu Miftah yang ikut ramai. Khususnya saat menyebut seniman legend, Yati Pesek, dengan sebutan-sebutan kasar,” ungkap Jalal.


Tak sampai di situ, Jalal lalu menunjukkan video saat Erick Estrada memperdengarkan pesan suara dari Yati Pesek. Dalam pesan suara itu, Yati Pesek mengaku sudah memendam sakit hati selama dua tahun sejak kejadian. Niat awal ingin mujahadah, eh malah diolok-olok oleh Miftah.


Ibu Jalal hanya terdiam menyimak video tersebut. Begitu juga saat Jalal tunjukkan video-video lain, bahwa ternyata banyak tokoh agama yang tidak sepakat dengan cara guyon Miftah Maulana. Bahkan PM Malaysia, Anwar Ibrahim, pun sampai ikut bersuara.


Miftah Maulana “salah paham” dengan status “Gus”

Soal label “Gus” pada Miftah Maulana, kini memang banyak yang meragukan. Miftah Maulana pernah mengaku sebagai keturunan dari Ki Ageng Muhammad Besari: ulama masyhur asal Ponorogo, Jawa Timur, yang juga merupakan guru dari HOS Tjokroaminoto.


Namun, baru-baru ini, pihak anak turun Ki Ageng Muhammad Besari menyatakan tidak menemukan garis keturunan Miftah Maulana dalam silsilah keluarga Ki Ageng Muhammad Besari.


Tapi Jalal tak mau bicara banyak soal itu pada sang Ibu. Dia hanya mencoba mendudukkan status “Gus” yang terkesan disalahpahmi Gus Miftah.


“Saya jelaskan ke Ibu, Gus Miftah ini salah paham. Padahal Gus itu bukan gelar besar. Itu justru gelar agar seseorang makin tawadu. Kalau Gus Miftah ini dari gayanya terlihat angkuh,” beber Jalal.


Jalal lantas menunjukkan dua potongan video yang menjelaskan soal posisi “Gus” kepada ibunya.


Video pertama adalah penjelasan dari KH. Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar). Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri, itu menyebut bahwa Gus bukanlah gelar penghormatan kepada penyandangnya. Tapi penghormatan terhadap orang tua si penyandang yang telah berdedikasi dalam hal mendidik moral dan keimanan umat.


Maka, menyandang status Gus juga merupakan tuntutan tanggung jawab agar meneladani apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu.


Video kedua adalah dari pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). Menurut Gus Mus, Gus tidak lebih dari panggilan anak kiai yang belum layak dipanggil kiai: karena secara kapasitas kealiman dan kesalehan memang belum paripurna sebagaimana sang ayahanda.


Nabi saja kena hukum tata krama sosial

“Aku tidak membenci Gus Miftah. Tidak juga mengajak ibuku membencinya. Aku hanya mengingatkan Ibu, bahwa kalau ada yang menyimpang, maka tidak ada alasan untuk membenarkan. Kita ambil baiknya, tapi kalau ada buruknya, ya harus dipilah,” ungkap Jalal.


Jalal pada dasarnya gemar menyimak ceramah atau ngaji banyak pendakwah. Siapa pun asal bermuatan pada ilmu. Terutama ngaji KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha), Pengasuh LP3IA, Rembang.


Dia pun menunjukkan video ngaji terbaru Gus Baha di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, belum lama ini. Kepada ibunya, Jalal menggarisbawahi bagian ketika Gus Baha menjelaskan perihal Nabi yang tetap kena hukum tata krama sosial.


Dengan harapan, ibunya memahami kalau kiai seperti Miftah Maulana, kalau melanggar tata krama sosial, ya wajar kalau akhirnya memicu gelombang kemarahan publik.


“Nabi meskipun sebagai Nabi tapi tetap kena aturan hukum sosial. Meskipun Beliau punya mukjizat seperti apa, ketemu orang harus santun, ketemu anak kecil harus sayang, ketemu orang sepuh harus hormat,” tutur Gus Baha.


“Nabi bisa terbang ke langit sekalipun, mikraj, tapi misalnya ketemu anak kecil menampar, ketemu orang sepuh meludah (menghina), tetap tidak diterima oleh publik. Betapa pentingnya tata krama sosial,” sambungnya.


Ngaji pada Gus Baha

“Gus Baha itu suka guyon kalau ngaji. Tapi guyonnya nggak pernah nyakiti orang lain, apalagi orang kecil. Guyonnya juga bukan sembarang guyon, tapi ada ilmunya. Kujelaskan itu pada Ibu,” ucap Jalal.


Ibu Jalal manggut-manggut. Setuju dengan kata Jalal. Masalah selanjutnya adalah, ngaji Gus Baha tidak tayang di televisi. Sementara Ibu Jalal ingin sekali menyimaknya.


Selama ini Ibu Jalal hanya bisa mendengar ngaji Gus Baha dari ngaji di YouTube yang oleh tetangganya diputar melalui sambungan sound system. Jalal mulai berpikir, sepertinya ibunya perlu punya HP sendiri. Tapi Jalal kadang kala kelewat takut ibunya jadi seperti ibu-ibu lain di kampungnya: terpapar hoaks-hoaks TikTok. Malah bahaya.


Sumber: MOJOK

Penulis blog