AGAMA POLITIK

Profil dan Sepak Terjang KH Achmad Chalwani: Dakwah Keliling Dunia, Sindir Keras Gus Miftah Tak Bisa Baca Al Quran!

DEMOCRAZY.ID
Desember 16, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
POLITIK
Profil dan Sepak Terjang KH Achmad Chalwani: Dakwah Keliling Dunia, Sindir Keras Gus Miftah Tak Bisa Baca Al Quran!



DEMOCRAZY.ID - Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi, Purworejo, Jawa Tengah, KH Achmad Chalwani Nawawi, membuat pernyataan mengejutkan. Dia diduga menyindir Gus Miftah tak pandai baca Al-quran.


Dalam sebuah pengajian, KH Achmad Chalwani pernah menyinggung adanya seorang ulama dari Yogyakarta yang dikenal pandai berbicara, namun dinilai kurang mahir membaca Al-Quran. Beliau juga menyebut nama Gus Miftah sebagai contoh.


"Itu di Jogja juga ada orang pintar pidato, bicaranya pintar banget," ujar KH Achmad Chalwani dalam ceramahnya, dikutip Sabtu (14/12/2024).


Namun, kata KH Achamad, kemampuan membaca tulisan Arab dari sosok tersebut tidaklah sebaik retorikanya. 


Menurutnya, banyak orang awam yang terpesona oleh gaya ceramah Gus Miftah, menganggapnya sebagai sosok berilmu agama yang tinggi.


Namun, para kyai atau ahli agama lebih memahami perbedaan antara ulama yang pandai berbicara dengan yang benar-benar mahir dalam membaca dan memahami Al-Quran.


"Orang bodoh tahunya orang itu alim, tapi kyai kan paham kalau dia baca Arab pada keliru-keliru," tegas KH Achmad Chalwani.


Dia pun heran karena Gus Miftah kerap diundang ke berbagai acara pengajian. 


Ia pun mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih majelis pengajian dan sosok ulama yang diikuti.


"Makanya, saya waktu di Jakarta terang-terangan bilang, orang khotbah itu hebat menerangkannya. Tapi, ketika membaca tulisan Arab, banyak yang keliru," ungkap KH Achmad Chalwani.



Lantas, siapa KH Achmad Chalwani?



KH Achmad Chalwani adalah sosok pendakwah yang dikenal luas sebagai pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) An-Nawawi, Berjan, Purworejo, Jawa Tengah.


Dia juga menjabat sebagai mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dan telah mengajarkan ajaran Islam ke berbagai negara, termasuk Singapura, Malaysia, Hong Kong, hingga Guangzhou.


Lahir pada 19 Desember 1954, KH Achmad Chalwani adalah putra ketiga dari KH Muhammad Nawawi dan Nyai Saodah. 


Beliau tumbuh dalam lingkungan pesantren dan menimba ilmu dari berbagai ponpes ternama, seperti Ponpes Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta dan Ponpes Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo, Kediri.


Pendidikan formalnya meliputi SDN Gintungan, MTs Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo, hingga Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta.


Sejak 1982, KH Achmad Chalwani memimpin Pondok Pesantren An-Nawawi setelah wafatnya sang ayah, KH Muhammad Nawawi. Beliau berhasil membawa ponpes ini berkembang pesat, dengan ribuan santri dari berbagai daerah hingga luar negeri, seperti Malaysia.


Salah satu tonggak sejarah penting di masa kepemimpinannya adalah penggantian nama pesantren dari Roudlotut Thullab menjadi Ponpes An-Nawawi pada 6 Januari 1996.


Beliau juga mengintegrasikan pendidikan salafiyah dengan pendidikan formal dengan mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) An-Nawawi. Saat ini, lebih dari 2.000 santri menimba ilmu di pesantren tersebut.


Sebagai pendakwah, KH Achmad Chalwani tidak hanya berdakwah di Indonesia, tetapi juga ke berbagai negara. Beliau aktif mengirim dai muda ke daerah-daerah terbelakang untuk menyebarkan ajaran Islam.


Ikhwan tarekatnya bahkan tersebar hingga Johor Bahru, Malaysia. Selain itu, beliau terus menjaga warisan ayahnya, KH Muhammad Nawawi Shidiq, sebagai pemrakarsa Jam’iyyah Ahli Thariqah Al-Mu’tabarah.


Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah


Sebagai mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, KH Achmad Chalwani membimbing ratusan ribu anggota tarekat dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, hingga Kalimantan dan Sumatra. 


Beliau dikenal sebagai sosok yang konsisten menjaga tradisi tarekat, sekaligus mendekatkan umat kepada Allah.


KH Achmad Chalwani menikah dengan Nyai Siti Sa’adah, putri KH Ahmad Abdul Haq Dalhar, pengasuh Ponpes Darussalam di Muntilan, Magelang. 


Kehidupan beliau menjadi teladan, tidak hanya sebagai pendakwah, tetapi juga sebagai pemimpin yang membawa pesantren An-Nawawi terus berkembang sesuai zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai salafiyah.


Kasus Gus Miftah hingga Mundur dari Utusan Khusus Presiden


Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.


Keputusan ini disampaikan Gus Miftah saat konferensi pers di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (6/12/2024).


"Hari ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, serta dengan penuh kesadaran, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan," ujar Gus Miftah dalam pernyataannya.


Gus Miftah menegaskan bahwa keputusannya ini diambil secara mandiri tanpa tekanan dari pihak mana pun.


"Ini bukan karena permintaan siapa pun, tetapi murni atas rasa cinta, hormat, dan tanggung jawab saya kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto, serta seluruh masyarakat Indonesia," katanya.


Sumber: Suara

Penulis blog