Potret Arogansi Polisi 2024: Jadi Jagoan hingga Koboi Jalanan, Mau Sampai Kapan?
'Melindungi, Mengayomi, dan Melayani Masyarakat', merupakan slogan yang melekat pada Polri. Namun slogan itu tercoreng dengan sejumlah aksi polisi yang arogan, bahkan menjadi koboi jalanan, hingga masyarakat menjadi korban.
Masihkah masyarakat percaya dengan slogan tersebut? Pertanyaan yang muncul adalah, siapa yang dilindungi, diayomi, dan dilayani?
Sedikitnya empat peluru dilepaskan dari senjata api (senpi) milik Aipda Robig Zaenudin ke arah siswa SMKN 4 Semarang di Jl Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (24/11/2024) dini hari.
Akibatnya, seorang siswa bernama Gamma Rizkynata Oktavandy (17) tewas dan dua pelajar lainnya mengalami luka, setelah peluru yang dilesatkan anggota Satres Narkoba Polrestabes Semarang itu mengenai tubuhnya.
Aksi penembakan itu menunjukkan betapa mudahnya polisi mengeluarkan senpi untuk mengancam, bahkan sampai melepaskan peluru ke arah masyarakat umum yang sejatinya bukan penjahat.
Ini adalah satu dari sekian banyak kasus polisi yang tentu saja mencoreng citra Polri. Terlebih lagi dengan slogan yang kerap menghiasi setiap kantor polisi yang bertuliskan, 'Melindungi, Mengayomi, dan Melayani Masyarakat'.
Kasus Aipda Robig menjadi salah satu potret brutal anggota kepolisian yang terekam sepanjang tahun 2024.
Bahkan Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) menyatakan kasus tersebut memenuhi unsur pelanggaran HAM.
Menanggapi hal ini, Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai perlunya evaluasi kinerja anggota kepolisian. Karena apa yang dilakukan anggota Polri akan terus menjadi sorotan publik.
"Kasus tersebut menunjukkan bahwa Kapolri gagal melaksanakan langkah-langkah yang konkret terkait reformasi Polri," ujarnya kepada Inilah.com, Jumat (27/12/2024).
Potret Polisi Koboi 2024
1. Polisi Tembak Mati Pria di Lampung
Peristiwa ini terjadi pada 28 Maret 2024 yakni anggota Polda Lampung menembak mati seorang pria bernama Romadon di rumahnya, Desa Batu Badak, Marga Sekampung, Lampung Timur, Lampung.
Korban dituduh terlibat dalam tindak pidana pencurian sepeda motor. Namun yang menjadi sorotan adalah, aksi penembakan dilakukan di depan anak dan istrinya, bahkan korban juga tidak dalam posisi melawan.
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Direktur LBH Bandar Lampung Cik Ali yang telah melaporkannya ke Divisi Propam Polri bersama pihak keluarga korban.
"Menurut keterangan, ibu dan istri korban sempat mengalami bentuk kekerasan seperti dipukul, didorong, hingga dijambak," kata Cik Ali ketika itu.
Namun keterangan itu berbeda dengan apa yang disampaikan Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Lampung Kompol M Ali Muhaidori saat konferensi pers di Mapolda Lampung, Sabtu (30/3/2024).
"Saat kami melakukan penangkapan pelaku yang diketahui ada di dalam rumah, polisi masuk dan keluarga teriak memberi tahu kalau ada polisi datang," ujarnya.
Polisi terkejut ketika melihat terduga pencurian kendaraan bermotor itu menodongkan senpi. "Kami mendengar suara cetek, cetek dari senpi tersebut," jelasnya.
Hingga akhirnya polisi terpaksa memberikan tindakan tegas dengan melepaskan tembakan ke tubuh Romadon.
2. Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan
Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Riyanto Ulil Anshar ditembak tepat di bagian kepala oleh rekannya sendiri yakni Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar, Jumat (22/11/2024) dini hari.
Penembakan sesama anggota polisi ini diduga terkait pengusutan kasus tambang ilegal galian C yang sedang diproses oleh korban. Sementara AKP Dadang diduga tidak sepakat dengan aksi razia yang dilakukan oleh Kasat Reskrim Polres Solok Selatan tersebut.
Selanjutnya, Sidang Komisi Kode Etik Polri (KKEP) memutuskan Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar melakukan perbuatan tercela dan menjatuhkan sanksi administratif berupa pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH).
3. Penembakan Siswa SMKN 4 Semarang
Selang dua hari dari kasus di Solok Selatan, giliran anggota Satres Narkoba Polrestabes Semarang Aipda Robig Zaenudin yang terlibat di kasus penembakan hingga menewaskan seorang siswa SMKN 4 Semarang bernama Gamma Rizkynata Oktavandy (GRO), Minggu (24/11/2024) dini hari.
Sehari setelah kejadian, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar awalnya mengakui anggotanya menembak korban di bagian pinggul.
Itu terpaksa dilakukan Aipda Robig lantaran Gamma menyerang saat terjadi tawuran antar gangster Seroja dengan Tanggul Pojok.
"Kami menangani atau menerima laporan setidaknya ada 3 peristiwa tawuran antar geng di Kota Semarang. Terjadi di titik Kecamatan Dayang Sari, di Semarang Utara, dan di Semarang Barat,” ucap Irwan kepada wartawan, Senin (25/11/2024).
Namun keterangan ini berbeda dengan yang disampaikan Kabid Propam Polda Jawa Tengah Kombes Aris Supriyono dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Aris menyatakan tidak ada aksi tawuran pada saat kejadian dan penembakan dilakukan akibat insiden antara Aipda Robig dengan rombongan korban di jalan.
"Pada saat perjalanan pulang mendapati satu kendaraan yang dikejar kemudian memakan jalannya terduga pelanggar, jadi kena pepet," katanya, Selasa (3/12/2024).
Keterangan itu diperkuat dengan adanya rekaman kamera pengawas atau CCTV. "Terduga menunggu tiga orang ini putar balik, kurang lebih seperti itu dan terjadilah penembakan," tambahnya.
4. Polisi Tembak Sopir Ekspedisi di Kalteng
Anggota Polresta Palangka Raya Brigadir Anton Kurniawan menembak mati sopir ekspedisi di Katingan Hilir, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Korban yang diketahui bernama Budiman Arisandi itu ditemukan jasadnya di Katingan Hilir, Jumat (6/12/2024).
Brigadir Anton melepaskan tembakan sebanyak dua kali hingga korban tewas dan mencuri mobil korban.
Dalam menjalankan aksinya, Brigadir Anton tak sendiri. Ia bersama warga sipil, seorang sopir taksi online bernama Haryono yang juga sudah diamankan.
Sejatinya kasus ini terungkap berkat laporan yang dilayangkan oleh Haryono. Namun dari hasil penyelidikan dan penyidikan menyebutkan Haryoni ikut terlibat dalam kasus pembunuhan tersebut.
Bahkan sempat menerima uang dari Brigadir Anton sebesar Rp15 juta, meski akhirnya dikembalikan melalu transfer Rp11.500.000.
"Berdasarkan fakta di lapangan dan persesuaian dengan alat bukti yang ditemukan. Tim penyidik Ditreskrimum menetapkan H sebagai tersangka," ujar Kabid Humas Polda Kalteng Kombes Erlan Munaji, Rabu (18/12/2024).
Tak hanya kasus polisi yang berlagak seperti koboi jalanan, potret arogansi polisi lainnya juga cukup banyak terekam sepanjang 2024 ini. Mulai dari aksi pemukulan, penganiayaan, hingga pembunuhan dengan cara sadis.
Potret Arogansi Polisi
1. Polwan Bakar Suami
Seorang polisi wanita (polwan) Briptu FN nekat membakar suaminya yang juga anggota polisi berinisial Briptu RDW di Asrama Polisi (Aspol) Polres Mojokerto, Sabtu (8/6/2024).
Adapun motifnya adalah pelaku kesal lantaran sang suami kerap bermain judi online. Keduanya juga kerap cekcok karena masalah finansial.
"Istrinya menyiramkan bensin di muka dan badannya yang bersangkutan.Tidak jauh dari TKP itu ada sumber api," ujar Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Dirmanto.
Korban mengalami luka bakar 96 persen dan sempat menjalani perawatan di ICU RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto. Namun, nyawa Briptu RDW korban tak tertolong, Briptu RDW dinyatakan meninggal dunia, Minggu (9/6/2024).
2. Polisi Tonjok Sopir Taksi Online
Kompol M Bambang Surya Wiharga harus kehilangan jabatannya sebagai Kasubdit Penegakan Hukum Direktorat Lantas Polda Maluku usai pemukulan yang dilakukannya terhadap sopir taksi online di Jakarta Selatan, Kamis (31/10/2024).
Bahkan video pemukulan itu sempat viral di media sosial hingga menjadikan warganet geram melihat aksi jago sang polisi. Korban bernama Rizki Fitrianda ini melapor ke Mapolres Jaksel.
Buntutnya, kini Kompol Bambang langsung dicopot dari jabatannya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh Polres Jaksel.
"Kompol Bambang sudah dimutasikan ke pamen Yanma dalam rangka pemeriksaan," Kabid Humas Polda Maluku Kombes, Areis Aminullah, Selasa (5/11/2024).
3. Polisi Bunuh Ibu Kandung
Aipda Nikson Pangaribuan alias Ucok (41) tega membunuh ibu kandungnya yang bernama Herlina Sianipar (61) di Kampung Rawajamun, Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (1/12/2024).
Pelaku memukul ibunya dengan menggunakan tabung gas LPG ukuran 3 kilogram di warung kelontong milik korban. Korban sempat dibawa ke RS Kenari oleh warga, namun nyawanya tidak tertolong hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Pelaku yang merupakan anggota Polres Metro Bekasi itu sempat melarikan diri kemudian berhasil ditangkap anggota Polres Bogor. Belakangan diketahui ternyata Aipda Nikson mengalami gangguan kejiwaan.
Pelaku pun menjalani perawatan di RS Bhayangkara Polri untuk dilakukan observasi kejiwaan.
4. Polisi Banting Sopir di Jalan
Aksi polisi membanting seorang sopir anggota DPRD Maluku dari Fraksi Partai Golkar di Jl Sam Ratulangi, Kota Ambon menjadi salah satu yang menjadi sorotan publik.
Peristiwa ini terjadi pintu masuk Pelabuhan Yos Sudarso, Jumat (20/12/2024) dan videonya sempat viral di media sosial.
Para pelaku adalah anggota Kepolisian sektor Pelabuhan Yos Sudarso (KPYS) yakni Bripka Edy Walli, Aipda Tortet, dan Bripka Surkam Dewa.
Awalnya Bripka Edy sempat memaki dan memukul kap mobil yang dikendarai Rizal Taufik Serang karena dituding menabraknya saat mengatur lalu lintas. Kemudian Bripka Edy mencabut kunci mobil dan meminta korban keluar dari mobil.
Tanpa disangka, datanglah Aipda Tortet yang langsung membanting korban hingga tersungkur di samping mobilnya. Kemudian, Bripka Surkam langsung memborgol korban.
Selanjutnya, pada Sabtu (21/12/2024) ketiga anggota itu diamankan Propam Polresta Pulau Ambon dan Pulau Lease. Ketiganya langsung ditahan dan ditempatkan di Tempat Khusus (Patsus).
5. Polisi Peras Warga Malaysia di Konser DWP 2024
Sebanyak 18 anggota Polda Metro Jaya diduga memeras warga Malaysia yang menonton Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 di JIEXpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada 13-15 Desember 2024.
18 polisi itu berasal dari anggota Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Pusat, dan Polsek Metro Kemayoran. Kasus ini telah diambil alih oleh Divisi Propam Polri.
Awalnya, informasi yang beredar ada lebih 400 penonton DWP yang menjadi korban pemerasan polisi dengan nilai mencapai 9 juta ringgit atau sekitar Rp32 miliar. Namun dari hasil penyelidikan, korban pemerasan hanya 45 orang dengan jumlah uang yang diperas sebesar Rp2,5 miliar.
Meski masih banyak lagi anggota polisi dengan kearogansiannya, namun beberapa kasus di atas menjadi bukti perlunya pembenahan di tubuh Polri.
Reformasi Polri
Masih menurut Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto, Reformasi Polri memiliki tiga unsur yakni Struktural, Iinstrumental, dan Kultural. Banyaknya kasus yang melibatkan anggota Polri, sehingga yang mendesak harus dibenahi saat ini adalah Struktur dan Klutur. Sedangkan Instrumen hanya mengikuti struktur.
"Targetnya adalah perubahan Kultur menjadi lebih profesional yang makin mundur belakangan ini. Tanpa ada perubahan Struktur, Instrumen hanya perkakas seperti benda mati," jelasnya kepada Inilah.com.
Dirinya menjelaskan, Struktur meliputi sistem kontrol dan pengawasan eksternal yang kuat secara kelembagaan yang diberi kewenangan negara. Namun sayangnya saat ini masih belum ada.
Meski diakuinya sudah ada Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), namun lembaga tersebut secara struktur tak memiliki kewenangan yang konkret terkait kontrol dan pengawasan.
Struktur itu pula yang menentukan akuntabilitas kepolisian termasuk pertanggung jawaban Kapolri pada kinerjanya setiap tahun.
Karena perbaikan Struktur tidak bisa instan, yang bisa dilakukan adalah melakukan reformasi kepemimpinan Polri.
"Fungsi kepemimpinan Polri ini penting untuk menunjukkan arah kebijakan Polri ke depan," ujarnya.
Nasib Polri di Tangan Prabowo
Kapolri Jenderal Listyo Sigit dinilai gagal melakukan langkah-langkah konkret Reformasi Polri. Itu terbukti dari perilaku anak buanya yang arogan.
Bambang menilai, satu-satunya yang bisa membuat perubahan adalah Presiden Prabowo Subianto sebagai Kepala Negara. Menurutnya, Prabowo harus memiliki political will untuk menuntaskan Reformasi Polri.
Prabowo diharapkan mampu mengembalikan citra Polri yang setiap anggotanya memiliki tugas sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.
"Jadi mampu atau tidak mampu tergantung dari good will Presiden Prabowo," pungkasnya.
Sebelumnya, Prabowo juga telah menyatakan harapannya kepada Polri untuk terus mengabdi kepada masyarakat. Harapan itu disampaikannya saat Apel Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) Polri Tahun 2024 di Akademi Kepolisian (Akpol), Kota Semarang, Rabu (11/12/2024).
"Kita berharap polisi semakin semangat, semakin profesional, semakin disiplin, semakin berbakti kepada bangsa dan rakyat," ucapnya
Setidaknya arahan Prabowo tersebut menjadi motivasi bagi seluruh anggota Polri untuk terus meningkatkan dedikasi dan kinerjanya dalam melayani masyarakat.
Sumber: INILAH