DEMOCRAZY.ID - Polisi berhasil membongkar fakta baru yang tak kalah mengejutkan soal pabrik uang palsu di Universitas Islam Negeri atau UIN Alauddin Makassar.
Usut punya usut, praktik produksi uang palsu di kampus tersebut rupanya sudah berjalan sejak tahun 2010.
Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Yudhiawan Wibisono mengungkapkan, bahwa proses produksi uang palsu tersebut sempat berhenti beberapa tahun, namun kembali beroperasi di tahun 2022.
Menurut hasil penyelidikan, pada Oktober 2022 para pelaku membeli mesin cetak asal China dari Surabaya seharga Rp600 juta.
Kemudian mereka memproduksi uang palsu ini hingga tahun 2024.
Setelah itu, pada Juni lalu para pelaku kemudian melakukan kerja sama dengan sejumlah orang di kampus ini, termasuk Kepala Perpustaka UIN Makassar, Andi Ibrahim.
Kerjasama itu dilakukan untuk mendukung proses produksi dan menawarkan atau mengedarkan uang palsu tersebut ke masyarakat.
Irjen Yudhiawan membebarkan, proses pencetakan uang palsu dilakukan di dua lokasi berbeda, di salah satu rumah pelaku di Makassar dan di kampus UIN Makassar di Kabupaten Gowa.
"Timeline pembuatan dan perjalanan uang palsu ini dimulai dari Juni 2010, sudah lama ya. Terus kemudian lanjut ini 2011 sampai dengan 2012. Ini sudah sempat juga mencalonkan Walikota Makassar namun tidak mendapatkan kursi," katanya.
Kemudian, sampai dengan Juni 2022 ini kembali lagi untuk merencanakan pembuatan uang palsu.
Lalu pada Juli 2022 merencanakan lagi pembuatan dan mempelajari lagi.
"Jadi kalau dilihat dari sekarang rencana pembuatan ini dari 2022. Kalau ini 2010 masih tahap pengenalan."
Selanjutnya, di Oktober 2022 sudah mulai membeli alat cetak dan pemesanan kertas. kemudian 2024, tepatnya pada Mei mereka sudah mulai produksi lagi.
"Sekitar Juni ini sudah ketemu di antara mereka. Kemudian juga ada saling bekerja sama di antara mereka juga untuk bagaimana nanti proses pembuatan dan diviralkan melalui grup WA juga," tuturnya.
Lebih lanjut Yudhiawan menjelaskan, soal kemampuan mesin cetak uang palsu yang dibeli para pelaku dari China.
Mesin itu ternyata mampu menghasilkan uang palsu yang mirip dengan uang asli. Bahkan, hasil cetakannya pun cukup teliti mirip dengan yang asli.
Menurutnya, uang palsu yang dicetak dalam pecahan Rp100 ribu merupakan emisi keluaran terbaru dan sulit terdeteksi alat x-ray.
"Di Surabaya tapi barang dari China nilainya Rp600 juta harganya. Ini cukup teliti dan kalau kita lihat nanti ada dengan sinar ultraviolet itu uangnya ada muncul itu tanda-tanda," jelasnya.
Adapun kasus uang palsu di UIN Alaudin Makassar berawal dari laporan masyarakat di Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, tentang dugaan peredaran uang palsu.
Identitas Para Pelaku
Terbongkarnya peredaran dan produksi uang palsu di UIN Alauddin Makassar terjadi pada awal Desember 2024, saat polisi berhasil menangkap salah satu tersangka di Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Selanjutnya, kasus uang palsu berkembang hingga akhirnya polisi menggerebek gedung perpustakaan yang berada di dalam kampus UIN Alauddin Makassar.
Sejauh ini polisi sudah menetapkan 17 tersangka. Mereka memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda, mulai dari pegawai internal UIN, ASN Pemprov Sulawesi Barat, karyawan Bank BUMN hingga wiraswasta.
Atas perbuatannya itu, mereka terancam pidana paling lama 10 tahun penjara hingga seumur hidup.
Sumber: VIVA