DEMOCRAZY.ID - Korea Utara akhirnya menanggapi situasi kacau yang tengah melanda Korea Selatan pasca drama darurat militer yang melibatkan sang presiden, Yoon Suk-yeol.
Media pemerintah Korut, KCNA, menyoroti kemarahan publik di negara tetangganya itu yang terus meningkat terhadap Presiden Yoon yang 'secara mengejutkan' menerapkan darurat militer secara sepihak pada 3 Desember lalu. Amarah itu bahkan telah merambat ke partai berkuasa, People Power Party (PPP).
"Seruan agar boneka Yoon Suk-yeol dimakzulkan semakin meningkat hari demi hari di tengah meningkatnya gejolak politik (Korea Selatan). Konfrontasi antara partai berkuasa dan partai oposisi (juga) semakin mendalam," laporan KCNA, Kamis (12/12/2024).
Ini merupakan sorotan terbaru media Korut terhadap Korsel setelah Seoul dilanda gonjang-ganjing imbas status darurat militer yang ditetapkan secara mendadak dan sepihak oleh Yoon pada 3 Desember lalu.
Mengutip New York Times, Korut biasanya langsung mengomentari kebijakan luar negeri dan tindakan militer Seoul jika dirasa memprovokasi mereka. Akan tetapi, Pyongyang bungkam berhari-hari mengenai deklarasi darurat militer Yoon.
Padahal, presiden Korsel itu menyebut Korut sebagai alasan darurat militer perlu diterapkan, meski hal tersebut hanyalah dalih.
Pada Rabu (11/12/2024), harian Rodong Sinmun akhirnya bersuara. Dalam sebuah artikel, surat kabar itu memberitakan kekacauan di Korsel gara-gara status darurat militer dadakan Presiden Yoon Suk-yeol.
"Keputusan mengejutkan dari boneka Yoon Suk-yeol untuk mengarahkan senjata fasis dan bayonetnya kepada rakyatnya sendiri telah mengubah negara boneka Korea Selatan menjadi kekacauan," demikian isi artikel Rodong Sinmun.
Dalam laporan tersebut, Korut juga menyinggung soal komentar para pengamat yang menggambarkan langkah darurat militer Yoon sebagai keputusasaan sang presiden.
"Para komentator menyebut deklarasi darurat militer yang tiba-tiba oleh Yoon sebagai langkah putus asa, dengan kemungkinan bahwa karier politik Yoon Suk-yeol dapat berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan," bunyi laporan media Korut itu.
Presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul, Yang Moo-jin, menilai aksi diam Korut terhadap darurat militer Korsel kemungkinan karena Korut sedang diperhatikan dunia imbas pengerahan pasukannya ke Rusia.
"Korut mungkin berhati-hati tentang bagaimana hal ini dapat memengaruhi militer mereka, terutama karena banyak pasukan Korea Utara saat ini dikerahkan ke Rusia," katanya kepada AFP, Kamis.
Sumber: Inilah