DEMOCRAZY.ID - Dalam Islam, setiap pekerjaan yang dilakukan dengan niat baik dan halal adalah mulia di sisi Allah SWT.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa sebaik-baik makanan adalah yang diperoleh dari keringat dan usaha sendiri.
Hal ini tercermin dalam penghormatan Baginda Nabi kepada tiga tangan yang mencerminkan perjuangan keras untuk menafkahi keluarga.
Berikut adalah kisah tiga tangan yang dicium Rasulullah SAW, sebagai simbol betapa mulianya pekerjaan yang dilakukan dengan jujur dan penuh keikhlasan.
1. Sa’ad bin Mu’adz: Tangan Petani yang Kasar
Rasulullah SAW pernah bertemu dengan Sa’ad bin Mu’adz, seorang sahabat dari golongan Anshar. Ketika bersalaman, Rasulullah merasakan tangan Sa’ad yang kasar dan kering.
Beliau bertanya, dan Sa’ad menjawab bahwa tangan tersebut kasar karena bekerja membajak tanah demi menghidupi keluarganya.
Mendengar jawaban itu, Rasulullah mencium tangan Sa’ad sambil berkata:
“Inilah tangan yang tidak akan tersentuh api neraka.”
Sa’ad bin Mu’adz, yang memeluk Islam saat Rasulullah tiba di Madinah, adalah seorang sahabat yang setia.
Beliau wafat pada usia 37 tahun akibat luka dalam Perang Khandaq. Kepergian Sa’ad disebutkan dalam hadis sebagai momen yang membuat ‘Arsy Allah bergetar.
2. Mu’adz bin Jabal: Tangan Pekerja Keras
Mu’adz bin Jabal adalah sahabat lainnya yang tangannya dicium oleh Rasulullah SAW.
Saat bersalaman, Rasulullah mendapati tangannya kasar dan tebal. Ketika ditanya, Mu’adz menjelaskan bahwa tangan itu hasil dari kerja keras untuk mencari nafkah.
Rasulullah mencium tangan Mu’adz dan bersabda:
“Kedua tangan ini tidak akan tersentuh api neraka!”
Selain sebagai pekerja keras, Mu’adz bin Jabal dikenal sebagai ulama yang ahli dalam ilmu fiqih dan sangat memahami yang halal dan haram.
Ia adalah salah satu sahabat yang dihormati karena pengetahuan dan dedikasinya dalam mendukung Islam.
3. Fatimah Az-Zahra: Tangan Ibu yang Melelah
Putri tercinta Rasulullah SAW, Fatimah Az-Zahra, juga memiliki tangan yang kasar akibat pekerjaan rumah tangga seperti menggiling gandum dan menyiapkan makanan untuk keluarganya. Meski bekerja keras, Fatimah tidak pernah mengeluh.
Rasulullah mencium tangan Fatimah sebagai bentuk penghargaan atas pengorbanannya.
Tangan Fatimah melambangkan perjuangan seorang ibu rumah tangga yang tak kenal lelah demi kesejahteraan keluarganya.
Pelajaran dari Kisah Tiga Tangan
Kisah penghormatan Rasulullah SAW kepada tiga tangan ini memberikan pelajaran mendalam:
- Tidak Ada Pekerjaan yang Hina
Setiap pekerjaan, selama halal dan dilakukan dengan niat yang baik, memiliki nilai yang tinggi di sisi Allah SWT.
- Kerja Keras Adalah Ibadah
Usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara halal adalah bentuk ibadah yang dihargai oleh Allah dan Rasul-Nya.
- Menghargai Pekerja Keras
Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati para pencari nafkah yang bekerja keras, baik itu petani, pedagang, ulama, maupun ibu rumah tangga.
Riwayat-riwayat di atas menggambarkan betapa Islam sangat menghargai orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi. Orang yang bekerja dapat dikatakan sebagai jihad fi sabilillah, seperti sabda Nabi Saw.:
“Siapa yang bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya, maka ia adalah mujahid fi sabilillah.” (HR. Ahmad).
Rasulullah Saw. juga bersabda: “Barangsiapa yang di waktu sorenya merasa kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapatkan ampunan.” (HR. ath-Thabarani dan al-Baihaqi).
Sumber: Inilah