POLITIK

Jurnalis Senior Kuliti Rekam Jejak Gibran dari Jual Martabak Kini Wapres: Waktu Itu Imut, Sekarang...

DEMOCRAZY.ID
Desember 05, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Jurnalis Senior Kuliti Rekam Jejak Gibran dari Jual Martabak Kini Wapres: Waktu Itu Imut, Sekarang...



DEMOCRAZY.ID - Jurnalis senior, Lukas Luwarso kembali menguliti rekam jejak putra sulung Presiden ke-7 RI, Jokowi, Gibran Rakabuming Raka saat terjun ke dunia politik. 


Menurutnya, tidak ada yang mengira jika Gibran kini bisa menjadi Wakil Presiden (Wapres) padahal dulunya hanya menggeluti bisnis martabak dan pisang goreng.


Lukas juga menilai bahwa Gibran hanya seorang anak muda yang rekam jejaknya dinilai tidak pantas untuk menjadi pemimpin di Indonesia.


"Kita semua saya kira tau ya, apa sih track record dia, dia sangat muda dan jejaknya pasti orang akan teringat 'martabak' atau 'pisang goreng', di luar itu apa? tiba-tiba jadi wali kota karena melawan kotak kosong," kata Lukas Luwarso, Jurnalis Senior dikutip dari kanal Youtube Abraham Samad SPEAK UP, Kamis (05/12/2024).


Lukas menegaskan bahwa fenomena dari anak wali kota yang pada saat itu hanya berjualan martabak dan pisang goreng terkesan sangat baik dan memunculkan stigma positif di kalangan masyarakat.


"Waktu itu kita merasa imut ya, bahkan sangat imut, oh ya, anak wali kota kok mau jualan 'martabak' dan 'pisang goreng', ya agak konyol tapi baguslah gitu," jelas Lukas.


Mantan Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) itu turut menyinggung pernyataan lawas Jokowi yang bilang jika Gibran tidak suka berpolitik dan lebih memilih jalan berbisnis. 


Namun menurutnya, bisnis martabak hanya gimik semata karena karier politik langsung melesat cepat. 


"Tapi, itu kan hanya sebentar dan enggak nyampe setahun kan, Jokowi pernah bilang 'ya, anak saya tidak suka politik, dia hanya mau jual martabak dan pisang', eh gak nyampe sekian bulan tiba-tiba sudah berubah," ungkap Lukas.


Selain itu, Lukas menerangkan bahwa pemimpin yang hebat yaitu mempunyai rekam jejak yang bagus dan harus punya pemahaman etika untuk menjadi pemimpin.


“Manusia yang seharusnya hebat, punya bibit, bobot dan bebet, bagus, tapi ini kita mendapatkan proses politik yang sangat curang, kita mendapat orang yang tidak punya track record, tidak punya kemampuan berpikir yang baik, tidak punya pemahaman etika yang bagus untuk menjadi pemimpin,” pungkasnya. 


[VIDEO]



Sumber: Suara

Penulis blog