AGAMA GLOBAL KRIMINAL

GEGER Temuan 'Kuburan Massal' Suriah, Jadi Bukti Kekejaman Rezim Assad?

DEMOCRAZY.ID
Desember 18, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
GLOBAL
KRIMINAL
GEGER Temuan 'Kuburan Massal' Suriah, Jadi Bukti Kekejaman Rezim Assad?



DEMOCRAZY.ID - Kuburan massal berisi sisa-sisa jasad ribuan orang ditemukan di luar ibu kota Suriah, Damaskus. Penemuan ini diduga menjadi bukti kekejaman rezim Presiden Bashar al-Assad.


Berlokasi di al-Qutayfah, yang terletak sekitar 40 kilometer di utara Damaskus, ini menjadi satu dari beberapa kuburan massal yang diidentifikasi usai runtuhnya kekuasaan keluarga Assad selama puluhan tahun.


Bashar al-Assad dan ayahnya, Hafez al-Assad, yang merupakan presiden terdahulu Suriah, dituduh membunuh ratusan ribu orang di luar hukum, termasuk di dalam sistem penjara kejam di negara itu.


Profesor studi genosida di Universitas Amsterdam, Ugur Umit Ungor, mengatakan penemuan kuburan massal di al-Qutayfah ini merupakan cerminan dari 'mesin pembunuh' rezim Assad.


"Skala sebenarnya dari berapa banyak kuburan massal yang ada di luar sana hanya dapat ditemukan di arsip rezim Assad," kata Ungor, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (18/12/2024).


"Itulah mengapa sangat penting bahwa kuburan-kuburan tersebut ditangani secara profesional dan orang-orang tidak menjarahnya," lanjut dia,


Ungor mengatakan, penyimpanan DNA dari keluarga yang kerabatnya hilang akan membantu mencocokkan sisa-sisa jenazah, sehingga memberikan kepastian bagi mereka yang mencari kerabat.


Sementara itu mantan Duta Besar AS untuk Kejahatan Perang, Stephen Rapp, mengatakan temuan kuburan massal itu adalah 'sistem teror negara' yang menjadi 'mesin kematian'.


"Kami benar-benar belum pernah melihat hal seperti ini sejak Nazi. Dari polisi yang membawa paksa orang-orang di jalan atau rumah, hingga sipir penjara yang membuat korban kelaparan, hingga pengemudi truk dan buldoser yang menyembunyikan jasad korban, ribuan orang bekerja dalam sistem pembunuhan ini," ujar Rapp.


Dikatakannya bagaimana selama ini polisi rahasia menghilangkan orang-orang di jalanan dan rumah mereka. Sipir dan interogator membuat mereka kelaparan dan menyiksa mereka hingga mati.


"Pengemudi truk dan pengemudi buldoser menyembunyikan mayat mereka, ribuan orang bekerja dalam sistem pembunuhan ini," kata dia.


"Kita berbicara tentang sistem teror negara, yang menjadi mesin kematian," tambahnya.


Setidaknya, banyak lembaga kemanusiaan percaya ada ratusan ribu warga Suriah telah dibunuh sejak 2011. 


Tindakan keras Assad terhadap protes yang terjadi berubah menjadi perang skala penuh kala itu.


Pekan lalu, Human Rights Watch juga mengunjungi daerah Tadamin di Damaskus, dan menemukan sisa-sisa jasad manusia yang menunjukkan tanda eksekusi. 


Organisasi yang berpusat di New York itu pun meminta pemerintah transisi Suriah untuk menyimpan bukti fisik di seluruh negeri.


Tempat Menyeramkan



Sementara itu, Komisi Internasional untuk Orang Hilang di Den Haag, Belanda secara terpisah mengatakan telah menerima data yang menunjukkan kemungkinan terdapat sebanyak 66 lokasi kuburan massal yang belum diverifikasi di Suriah. Lebih dari 157 ribu orang telah dilaporkan hilang kepada komisi tersebut.


Pimpinan komisi Kathryne Bomberger mengatakan bahwa laporan orang hilang di portalnya kini 'meledak'. Banyak keluarga baru melaporkan kehilangan sanak saudaranya.


"Sebagai perbandingan, sekitar 40.000 orang hilang selama perang Balkan pada tahun 1990-an," katanya.


"Bagi keluarga, pencarian kebenaran di Suriah bisa jadi panjang dan sulit. Pencocokan DNA akan memerlukan setidaknya tiga kerabat yang menyediakan sampel referensi DNA dan mengambil sampel DNA dari masing-masing kerangka yang ditemukan di kuburan," jelas Bomberger.


Khusus kuburan massal di al-Qutayfah awalnya daerah itu adalah bekas pangkalan militer. 


Sementara di Najha, warga sekitar tak mengetahui apa kegunaan lahan tersebut, kecual truk pendingin yang terus menerus mengirimkan mayat yang dibuang ke parit panjang yang digali dengan buldoser.


"Ini adalah tempat yang mengerikan," kata salah seorang penduduk al-Qutayfah yang enggan berbicara di depan kamera dan menyebut namanya.


"Kuburan disiapkan secara terorganisasi - truk akan datang, menurunkan muatan yang dimilikinya, dan pergi. Ada kendaraan keamanan bersama mereka, dan tidak seorang pun diizinkan untuk mendekat, siapa pun yang mendekat biasa ikut turun bersama mereka," kata Abb Khalid, yang bekerja sebagai petani di sebelah pemakaman Najha.


Citra Satelit



Di sisi lain, citra satelit yang dianalisis oleh Reuters menunjukkan penggalian skala besar dimulai di lokasi tersebut antara tahun 2012 dan 2014. Ini kemudian berlanjut hingga tahun 2022.


Beberapa citra satelit yang diambil oleh Maxar selama waktu itu menunjukkan sebuah alat penggali dan parit-parit besar terlihat di lokasi tersebut. Itu dilakukan bersama dengan tiga atau empat truk besar.


Mantan pemimpin protes anti-Assad yang tinggal di dekat pemakaman Najha, Omar Hujeirati, menduga beberapa anggota keluarganya yang hilang mungkin ada di dalam kuburan tersebut. 


Menurutnya, Najha dibangun sebelum al-Qutayfah yang lebih besar, untuk menambung kelebihan beban di wilayah itu.


"Itu dosa saya, yang membuat mereka mengambil keluarga saya," kata Hujeirati, seraya memandang parit panjang yang terbuka di belakangnya tempat mayat-mayat itu tampaknya dikubur.


Rincian kuburan massal Suriah pertama kali muncul selama sidang pengadilan Jerman dan kesaksian kongres AS pada tahun 2021 dan 2023. 


Seorang pria yang diidentifikasi hanya sebagai 'penggali kubur' bersaksi berulang kali sebagai saksi tentang pekerjaannya di situs Najha dan al-Qutayfah selama persidangan pejabat pemerintah Suriah di Jerman.


Saat bekerja di pemakaman di sekitar Damaskus pada akhir tahun 2011, dua perwira intelijen muncul di kantornya dan memerintahkan dia dan rekan-rekannya untuk mengangkut dan mengubur mayat. 


Dia bersaksi bahwa dia naik mobil van yang dihiasi dengan foto-foto Assad dan berkendara ke lokasi tersebut beberapa kali seminggu antara tahun 2011 dan 2018, diikuti oleh truk pendingin besar yang penuh dengan mayat.


Truk-truk itu membawa beberapa ratus mayat dari rumah sakit militer Tishreen, Mezzeh, dan Harasta ke Najha dan al-Qutayfah, katanya dalam persidangan. 


Di lokasi tersebut, parit-parit yang dalam telah digali dan penggali kubur beserta rekan-rekannya akan menurunkan mayat-mayat ke dalam parit, yang akan ditutup dengan tanah oleh ekskavator segera setelah satu bagian parit penuh, katanya.


"Setiap minggu, dua kali seminggu, tiga truk gandeng tiba, penuh dengan 300 hingga 600 mayat korban penyiksaan, kelaparan, dan eksekusi dari rumah sakit militer dan cabang intelijen di sekitar Damaskus," katanya kepada Kongres dalam sebuah pernyataan tertulis.


Penggali kubur melarikan diri dari Suriah ke Eropa pada tahun 2018 dan telah berulang kali bersaksi tentang kuburan massal. Tetapi identitasnya selalu dirahasiakan dari publik dan media.


Sumber: INILAH

Penulis blog