HUKUM KRIMINAL PERISTIWA

[EKSKLUSIF] Cerita Saksi Mata Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang

DEMOCRAZY.ID
Desember 02, 2024
0 Komentar
Beranda
HUKUM
KRIMINAL
PERISTIWA
[EKSKLUSIF] Cerita Saksi Mata Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang



DEMOCRAZY.ID - Pesan singkat tentang kematian Gamma Rizkynata Oktavandy menggegerkan grup percakapan Whatsapp kelas XI jurusan Teknik Mesin Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Kota Semarang pada Ahad, 24 November 2024. Para siswa kaget lantaran sehari sebelumnya mereka masih bersama-sama di kelas.


"Gama sudah meninggal, infonya ditembak," ujar Belva, teman sekelas Gamma menceritakan kabar yang dia baca di grup WhatsApp pada Jumat malam, 29 November 2024. "Kami terkejut."


Menurutnya, siswa berusia 16 tahun tersebut merupakan sosok yang baik. Belva menyebut, Gamma adalah anak yang ceria dan kerap mengajak teman-temannya bermain.


Di sekolah, Gamma juga dikenal siswa yang rajin. Dia aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. "Fokus ikut ekstrakuliler Paskib dan berprestasi," ujar Belva.


Selama menjadi teman sekelasnya, Belva mengingat, Gamma tak pernah bolos sekolah. Jika Gamma tak mengikuti kelas biasanya sedang mengikuti perlombaan.


Kabar kematian Gamma memicu simpati dari berbagai pihak. Unjuk rasa menuntut keadilan atas kematiannya digelar di depan kantor Kepolisian Daerah Jawa Tengah pada Kamis, 28 November 2024. Ratusan orang memadati Jalan Pahlawan Kota Semarang.


Sehari setelahnya, doa bersama lintas agama digelar untuk mengenang Gamma di depan SMKN 4 Kota Semarang. 


Jalan Pandaran II Kota Semarang di depan sekolah itu ditutup pada Jumat malam, 29 November 2024 untuk kegiatan itu.


Setelah sepekan kematian Gamma, kronologi kematiannya masih kabur. Dua saksi yang mengaku berada di sekitar lokasi kejadian bercerita kepada Tempo. 


Keduanya merupakan pedagang di tepi Jalan Candi Penataran Raya yang dikirim polisi sebagai lokasi Gamma ditembak karena terlibat tawuran antargeng.


Seorang pedagang mengaku sedang melayani pembeli ketika ada rombongan sepeda motor dengan menenteng senjata tajam melintas. Mereka sempat terpencar masuk ke gang perkampungan. 


Tak berselang lama, pedagang ini mengaku mendengar bunyi tembakan sekitar pukul. 00.30. 


Titik lokasi penembakan berada di bawah lampu penerangan jalan di samping minimarket. 


Penembak menunggangi kendaraan roda dua. Sementara korbannya naik sepeda motor berbonceng dua.


"Tiba-tiba ada suara tembakan. Kami mengira itu tembakan peringatan," kata pedagang yang tak mau diungkap identitasnya itu pada Selasa, 26 November 2024. 


Waktu itu dia mengaku berada di warungnya yang berjarak sekitar 50 meter dari lokasi.


Setelah mendengar letusan, pedagang ini menengok ke sumber suara. Namun dia tak melihat ada korban yang jatuh. 


"Sepeda motor yang ditembak langsung jalan ke arah bawah," katanya. 


Seorang penduduk lain mengaku melihat jelas penembakan tersebut. Awalnya dia sempat kaget ketika mendengar suara tembakan pertama. Menurutnya tembakan itu tak diarahkan ke korban.


Kemudian dia melihat orang yang masih berada di atas sepeda motor itu mengarahkan tiga tembakan ke korban. 


"Saya melihat api keluar keluar dari pistolnya," ujarnya. 


Narasumber ini juga menolak identitasnya diungkap.


Menurut dia, tiga orang yang menjadi sasaran tembakan itu sempat menyerang penembak menggunakan senjata tajam. 


Akibatnya penembak terjatuh dari atas kendaraannya. Kemudian tiga orang yang ditembak meninggalkan lokasi. 


"Saya sampai heran, kok, sudah ditembak masih bisa menyerang," kata dia. Penembak justru kesulitan ketika mengangkat sepeda motornya yang ambruk sebelum kemudian pergi.


Beberapa saat setelah kejadian itu, dia mengaku mendatangi lokasi penembakan. 


"Tidak ada tetesan darah," tuturnya. 


Dia tak menyangka ada korban jiwa akibat kejadian itu.


Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Artanto, menyebut ada dua tembakan yang dilepaskan ketika kejadian. 


"Dua tembakan itu mengarah kepada korban. Tidak ada (tembakan peringatan)," katanya.


Kini polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua berinisial R itu telah ditahan atau menjalani penempatan khusus di Polda Jawa Tengah dengan status terperiksa. 


Keluarga korban juga telah melapor dan ditangani Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah.


Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Semarang, Komisaris Besar Irwan Anwar, mengklaim mengantongi video penembakan. 


"Ada korbannya, ada video penembakannya, ada tersangkanya, ada saksinya. Lengkap," ujarnya. 


Namun, dia enggan memperlihatkan rekaman video tersebut. Sebelumnya, polisi telah mengambil rekaman video dari CCTV di masjid dan toko di sekitar lokasi kejadian. 


Sejumlah video itu sempat diputar di depan wartawan selama beberapa detik suasana di lokasi sebelum kejadian. 


Namun, belum sampai memperlihatkan kejadian penembakan pemutaran video dihentikan. Irwan menolak memutarnya lebih jauh.


Menurut Irwan, polisi melepaskan tembakan untuk melerai tawuran yang melibatkan korban. 


Irwan menyebut, korban terlibat tawuran pada malam itu. Tawuran itu terjadi di Jalan Simongan dan saling kejar antargeng hingga Jalan Candi Penataran Raya.


Korban yang diidentifikasi bernama Gamma Rizkynata Oktavandy mendapat luka tembak di bagian pinggul yang menyebabkan nyawanya tak terselamatkan. Sementara dua korban lain mendapt luka tembak di dada dan tangan.


Sumber: Tempo

Penulis blog