Contohlah PM Anwar Ibrahim: 'Menolak Kenaikan Harga Listrik - Mewujudkan Kebijakan Pro Rakyat'
Kebijakan energi menjadi salah satu isu sensitif yang dapat memengaruhi kesejahteraan masyarakat secara langsung.
Baru-baru ini, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengambil sikap tegas dengan menolak wacana kenaikan tarif listrik yang dinilai dapat membebani sebagian besar rakyat Malaysia.
Sikap ini menunjukkan keberpihakan seorang pemimpin terhadap rakyat kecil di tengah tekanan ekonomi global.
PM Anwar Ibrahim, dalam pernyataannya usai menjalankan shalat Jumat di Masjid Al-Hana, Langkawi, menegaskan bahwa kebijakan kenaikan tarif listrik di Malaysia tidak akan menyasar masyarakat luas.
“Kami tidak mengizinkan kenaikan listrik yang akan berdampak pada masyarakat,” ujar Anwar, seperti dilansir oleh Free Malaysia Today, Jumat (27/12/2024).
Ia menekankan bahwa kenaikan tarif, jika diperlukan, hanya akan diberlakukan pada kelompok masyarakat superkaya atau industri besar yang mencatatkan laba tinggi.
Pendekatan yang diambil Anwar Ibrahim memberikan pelajaran penting bagi para pemimpin dunia, termasuk Indonesia.
Dalam situasi di mana biaya energi global terus meningkat, pemerintah sering menghadapi dilema antara menyesuaikan tarif dengan realitas ekonomi atau melindungi daya beli masyarakat.
Malaysia, melalui kepemimpinan Anwar, memilih jalan tengah yang bijaksana: menyeimbangkan kebutuhan penyesuaian tarif dengan prinsip keadilan sosial.
Konteks Indonesia: Belajar dari Negeri Jiran
Indonesia menghadapi tantangan serupa dalam sektor energi. Kenaikan biaya listrik sering kali menjadi momok bagi masyarakat kelas bawah dan menengah. Namun, yang terjadi di Indonesia berbeda dengan langkah Malaysia.
Kebijakan penyesuaian tarif di Indonesia sering kali tidak memperhatikan dampaknya terhadap kelompok rentan. Hal ini menyebabkan tekanan ekonomi yang lebih berat, terutama di tengah inflasi yang terus merangkak naik.
Keberanian Anwar Ibrahim untuk menolak kebijakan yang dapat memperburuk kesenjangan sosial seharusnya menjadi inspirasi bagi pemerintah Indonesia.
Dengan populasi yang jauh lebih besar dan tingkat kemiskinan yang masih tinggi, Indonesia memerlukan kebijakan tarif listrik yang tidak hanya berorientasi pada efisiensi ekonomi tetapi juga mempertimbangkan dimensi keadilan sosial.
Pemimpin yang Mendengar Suara Rakyat
Langkah PM Anwar Ibrahim mencerminkan keberpihakan kepada rakyat. Sebagai seorang pemimpin, Anwar menunjukkan bahwa memahami kebutuhan dan kondisi rakyat adalah kunci keberhasilan dalam merumuskan kebijakan.
Ia tidak menutup mata terhadap kenyataan bahwa biaya listrik memang meningkat. Namun, ia juga sadar bahwa mayoritas masyarakat tidak boleh menjadi korban dari kenaikan tersebut.
Dalam pernyataannya, Anwar menyebut bahwa kebijakan tarif akan dibahas lebih lanjut oleh Wakil PM Fadillah Yusof, yang mengawasi program Kementerian Transisi Energi dan Transformasi Air (PETRA) dan perusahaan listrik Tenaga Nasional Berhad (TNB).
Pendekatan kolaboratif ini menunjukkan bahwa keputusan strategis tetap mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan kepentingan.
Mewujudkan Kebijakan Pro-Rakyat
Sikap PM Anwar Ibrahim terhadap kenaikan tarif listrik membuktikan bahwa kebijakan pro-rakyat bukan sekadar retorika. Ia memahami bahwa kesejahteraan masyarakat adalah prioritas utama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang sulit.
Dengan memastikan hanya golongan superkaya dan industri besar yang terdampak, Anwar berhasil menjaga keseimbangan antara kebutuhan fiskal dan keadilan sosial.
Indonesia dan negara-negara lain dapat belajar dari pendekatan ini. Pemimpin yang berani mendengar dan melindungi rakyat dari kebijakan yang memberatkan adalah pemimpin yang layak diteladani.
Dalam konteks global yang penuh tantangan, keberpihakan kepada rakyat adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan keberlanjutan.
PM Anwar Ibrahim telah menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang mampu mengedepankan kepentingan rakyat di atas segalanya.
Saatnya pemimpin-pemimpin lain mengikuti jejaknya dan menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai fondasi dari setiap kebijakan.
Sumber: FusilatNews