CATATAN HUKUM POLITIK

'Antartika Kejauhan Pak Prabowo, Diujung Mejamu Ada Zulhas dan Airlangga'

DEMOCRAZY.ID
Desember 31, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
HUKUM
POLITIK
'Antartika Kejauhan Pak Prabowo, Diujung Mejamu Ada Zulhas dan Airlangga'


'Antartika Kejauhan Pak Prabowo, Diujung Mejamu Ada Zulhas dan Airlangga'


Ketika Presiden Prabowo Subianto dalam pidato kampanyenya dengan penuh semangat berjanji akan mengejar para koruptor hingga ke Antartika, publik bersorak. 


Narasi tersebut seolah menjadi harapan baru bagi bangsa yang lelah dengan praktik korupsi yang mengakar di setiap lapisan pemerintahan. 


Namun, seperti halnya slogan kosong yang sering menghiasi panggung politik, realitas selalu punya cara untuk membuktikan kebalikannya.


Ketika janji sudah diucapkan, rakyat tentu menunggu bukti nyata. Namun, bukannya melihat langkah progresif dalam pemberantasan korupsi, rakyat justru menyaksikan paradoks yang menggelitik. 


Beberapa menteri dalam kabinet Prabowo yang sebelumnya pernah dipanggil oleh Kejaksaan Agung terkait kasus-kasus korupsi justru dibiarkan melenggang bebas tanpa ada tanda-tanda penyelidikan lanjutan. 


Bahkan, mereka tetap berada di lingkaran kekuasaan, mengokohkan posisi di pemerintahan seperti tak pernah terjadi apa-apa.


Antartika yang Jauh, Sekeliling yang Dekat

Janji untuk mengejar koruptor hingga Antartika tampaknya lebih seperti hiperbola yang hanya cocok untuk memancing tepuk tangan massa, bukan strategi konkret. 


Ironisnya, tindakan yang lebih mudah dan dekat di depan mata—membersihkan kabinetnya sendiri—malah terabaikan. Apa yang bisa lebih dekat dari sekeliling meja kabinet?


Beberapa nama menteri di kabinet Prabowo menjadi perbincangan publik karena rekam jejak mereka yang pernah tersandung kasus korupsi. 


Bukannya menjadi fokus pemberantasan korupsi, mereka justru mendapat kepercayaan lebih besar untuk menjalankan agenda pemerintahan. 


Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah pemberantasan korupsi hanya sekadar alat kampanye, tanpa ada komitmen nyata di baliknya?


Retorika vs. Realita

Prabowo mungkin mengandalkan retorika yang bombastis untuk mencitrakan dirinya sebagai pemimpin tegas dan tanpa kompromi. 


Namun, rakyat tidak bisa terus dibodohi oleh kata-kata tanpa tindakan. Setiap janji yang tidak terpenuhi hanya mempertegas kontradiksi antara ucapan dan realitas.


Alih-alih menjadi pemimpin yang membersihkan lingkarannya, Prabowo seolah menormalisasi keberadaan mereka yang terindikasi korupsi di dalam pemerintahannya. 


Ini bukan hanya mencederai janji kepada rakyat, tetapi juga melemahkan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia secara keseluruhan.


Apakah Antartika Hanya Alibi?

Antartika, yang diumpamakan sebagai ujung dunia, mungkin memang jauh, tetapi membersihkan lingkaran kabinet jelas bukan tugas yang mustahil. 


Jika Prabowo serius dengan janji pemberantasan korupsi, langkah pertama seharusnya dimulai dari orang-orang terdekatnya. 


Mengapa janji mengejar koruptor hingga Antartika terasa mustahil dilakukan, jika bahkan yang ada di depan mata tak pernah disentuh?


Harapan yang Tertinggal di Kutub Selatan

Presiden seharusnya menjadi teladan dalam upaya pemberantasan korupsi. Rakyat membutuhkan aksi nyata, bukan retorika kosong yang hanya menjadi bahan tertawaan. 


Jika Prabowo terus abai terhadap integritas lingkaran kekuasaannya, janji besar itu hanya akan menjadi mitos politik yang terlupakan.


Pada akhirnya, Antartika menjadi simbol retorika Prabowo yang terlalu jauh untuk dicapai. 


Sementara itu, rakyat hanya bisa berharap bahwa suatu hari, pemimpin yang benar-benar peduli pada integritas akan hadir, membersihkan kegelapan yang selama ini merusak Indonesia—tidak perlu hingga ke Antartika, cukup dari sekeliling meja kabinetnya.


Sumber: FusilatNews

Penulis blog