Ujaran Kebencian M Qodari Atas Deklarasi Dukungan Anies Baswedan ke Pram dan Doel
Oleh: Mahmud Hamdani
Waktu pencoblosan Pemilihan Kepala Daerah serentak untuk memilih Gubernur / Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota tanggal 27 November 2024 kurang satu Minggu lagi.
Kerja keras tim sukses partai politik selama beberapa bulan terakhir akan dilihat hasilnya sebentar lagi. Strategi kampanye menjelang masa tenang mulai ditingkatkan dan makin massif,
Kampanye terakhir semakin seru ketika masing-masing Tim Kampanye mulai menurunkan ‘jagoan’ yang dianggap dapat meningkatkan dan menguatkan para pemilih untuk memberikan suaranya pada masing-masing kandidat yang didukungnya. Tak terkecuali Pilkada Gubernur di Daerah Khusus Jakarta.
Pasangan calon Gubernur Ridwan Kamil dan Suswono memunculkan figure Joko Widodo dan pasangan calon Gubernur Pramono dan si Doel memunculkan figure Anies.
Munculnya tokoh-tokoh pendukung pasangan calon menambah ‘ramai’ suasana kampanye pilkada di Jakarta.
Bukan hanya tokoh yang meramaikan, bahkan pengamat politik dan praktisi survey M. Qodari pun ikut berkomentar atas keterlibatan para tokoh dalam mendukung para jagoannya.
Dalam Podcast Total Poltik, tanggal 20 November 2024,. M. Qodari dengan gaya ‘khasnya’, menilai bahwa kehadiran Anies yang mendukung pasangan calon Pram dan Doel bukannya akan meningkatkan suara tapi malah akan membuat dukungan masyarakat ke Pram dan Doel akan menurun.
Deklarasi dukungan Anies akan menjadi blunder politik dan menggagalkan kemenangan pram dan Doel.
Secara lugas M.Qodari menjelaskan bahwa Anies akan menjadi “Hantu” yang lebih menyeramkan dari PKS bagi Minoritas.
Bahkan dalam paparan lanjutannya, Qodari berani menyatakan bahwa Anies adalah Game Changer, bukan untuk kebaikan tapi dalam keburukan.
Menutup dialognya, dengan istilah khas Gen Z beliau menegaskan Anies dikira Suhu ternyata Cupu.
Beberapa Pernyataan M. Qodari dalam dialog Podcast Total Politik, mungkin biasa saja dalam tataran konsep atau kajian ilmiah, namun ketika disampaikan dalam suasana kampanye tentu menjadi beda maknanya.
Kritikan terhadap keterlibatan Anies atas deklarasi dukungan ke pramono dan Doel, tidak lagi terlihat sebagai kritikan tetapi sudah dapat dimaknai sebagai ujaran kebencian (hate Speech).
Ulasan dan kajian dari Pernyataan Qodari, pertama bahwa Anies akan menjadi ‘Hantu” yang lebih menyeramkan dari PKS bagi minoritas.
Jelas merupakan penggiringan “opini” kepada masyarakat dan menganggap bahwa Anis Baswedan merupakan figure yang anti perbedaan dan jika memimpin akan membahayakan minoritas etnis dan agama lain.
Kedua, Pernyataan Qodari bahwa Anis Baswedan sebagai Game Changer, bukan untuk kebaikan tapi untuk keburukan semakin memperjelas tontonan “ketidaksukaan” dan ungkapan ujaran kebencian (hate speech) seorang Qodari terhadap Anis Baswedan.
Jikalau pernyataan itu hanya sampai kata Game Changer kekalahan pram dan doel, mungkin masih bisa ditolerir.
Namun tambahan kalimat bukan untuk kebaikan tapi untuk keburukan mempunyai makna lain, yaitu menyebarkan ujaran kebencian (hate Speech).
Terakhir, pernyataan meskipun bercanda bahwa Anies dikira Suhu ternyata Cupu, merupakan ujaran untuk menghina dan melecehkan secara pribadi Anies Baswedan.
Beberapa Pernyataan Qodari ini sangaat disayangkan, sebagai Wakil Kepala Kantor Komunikasi Presiden seharusnya Qodari berhati-hati ketika mengeluarkan pendapat pribadinya.
Karena sekarang bukan lagi sebagai manusia bebas berkomentar, tapi setiap ucapannya adalah kebijakan negara.
Sebagai pengingat, berdasarkan Pasal 3 Perpres Nomor 82 Tahun 2024, Kantor Komunikasi Kepresidenan memiliki tugas menyelenggarakan pemberian dukungan kepada presiden dalam melaksanakan komunikasi dan informasi kebijakan strategis dan program prioritas presiden.
Adapun enam fungsi diantaranya menganalisis, mengelola isu dan informasi terkait program prioritas presiden, melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan kementerian/lembaga terkait mengenai program prioritas tersebut.
Uraian lebih lengkapnya diatur pada Pasal 4. Selain itu juga berdasarkan Pasal 17 disebutkan Kepala Kantor Kepresidenan juga bisa bertindak sebagai Juru Bicara Presiden.
Paparan Tupoksi Kantor Komunikasi Presiden menjelaskan bahwa keberadaan institusi itu untuk komunikasi dan informasi kebijakan strategis dan program prioritas presiden.
Sehingga seorang wakil Kepala kantor Komunikasi Presiden ketika berbicara di wilayah public jelas akan membawa institusi lembaganya (meskipun sedang cuti).
Pernyataan dengan “enteng” mendiskriditkan seorang Anies Baswedan sebagai tokoh yang berbahaya dan Anti keberagaman. Menunjukkan adanya arogansi kekuasaan dan upaya menutup perbedaan pilihan.
Semoga, kedepan tidak ada lagi pernyataan pejabat public yang asal bicara meskipun di forum ilmiah sekalipun. Semoga. ***