Strategi Menyelamatkan Fufufafa: 'Istana Punya Jurus Baru?'
Hiruk-pikuk di speutar isu Fufufafa tak pernah surut, sebaliknya terus 'mengkerucut'. benarkah sebuah taktik baru muncul dari Istana, seolah ingin menutup jejak-jejak yang menggelitik itu?
Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar? Terkadang, dalam upaya menutupi sesuatu, justru yang terlihat lebih jelas adalah kejanggalan yang tak bisa diabaikan. Fufufafa, sebuah istilah yang kini jadi simbol kebingungan dan tawa, namun juga kecurigaan.
Isu mengenai kepemilikan akun Fufufafa kembali mencuat ke permukaan setelah muncul klaim yang menyebutkan bahwa akun tersebut adalah milik Roy Suryo, yang diunggah melalui kanal YouTube Refly Harun.
Istana anggap rakyat bodoh?
Dalam video yang berdurasi panjang itu, berjudul "ISTANA PAKAI JURUS BARU HAPUS FUFUFAFA?! MALAH BIKIN NGAKAK! ANGGAP RAKYAT B0D0H?!" yang diunggah pada 17 November 2024, sejumlah pernyataan mengejutkan dilemparkan oleh berbagai pihak terkait siapa yang sebenarnya menciptakan istilah Fufufafa yang viral di media sosial.
Menurut narasi versi lain, istilah Fufufafa diciptakan oleh Roy Suryo, bukan Gibran Rakabuming Raka, seperti yang selama ini dipercaya banyak orang.
"Fufufafa itu adalah 'coined by' Roy Suryo, bukan Gibran. Begitu Anda mendengarnya, itu langsung terhubung dengan Roy Suryo," ungkap salah satu sumber dalam video tersebut.
Viralnya akun TikTok yang menyudutkan Roy Suryo lantas memicu bola panas bahwa Istana mencoba menerapkan strategi baru untuk menanggulangi serangan-serangan yang semakin deras.
Namun, alih-alih menyelesaikan masalah, langkah tersebut justru menghadirkan kekonyolan yang tak terduga.
Fufufafa, sebuah frasa yang sempat viral, kini menjadi simbol kebingungannya strategi tersebut.
Dengan harapan menutupi kegagalan, Istana tampaknya justru membuka tabir baru yang lebih menggelitik—dan memunculkan tanya, apakah ini cara Istana menganggap rakyat bisa dibodohi?
Demikian narasi yang dibangun Refly Harun dan juga terungkap secara eksplisit melalui judul videonya "ISTANA PAKAI JURUS BARU HAPUS FUFUFAFA?! MALAH BIKIN NGAKAK! ANGGAP RAKYAT B0D0H?!"
Namun, klaim tersebut memicu perdebatan sengit. Pihak yang membela Roy Suryo menanggapi dengan tegas, menyebut bahwa pernyataan tersebut hanyalah sebuah upaya untuk menutupi kenyataan bahwa Fufufafa adalah istilah yang sudah lebih dulu ada sebelum menjadi fenomena yang dipopulerkan oleh akun media sosial dengan nama yang sama.
Mereka menyebut bahwa akun Fufufafa di Kaskus telah eksis sejak 2014, dengan lebih dari 5.000 postingan, yang memperkuat argumen bahwa penciptaan istilah ini tidak terkait langsung dengan Roy Suryo.
Salah satu pihak yang terlibat dalam diskusi ini, melalui akun TikToknya, menyatakan dengan tegas bahwa meskipun Roy Suryo sering menggunakan Fufufafa, itu tidak berarti bahwa ia adalah satu-satunya pemilik kata tersebut.
"Roy Suryo memang populer dengan kata ini, tapi itu tidak berarti dia adalah pemilik dari akun Fufufafa yang sudah ada jauh sebelum dirinya terlibat," jelas sumber tersebut.
Persoalan ini semakin rumit dengan pernyataan Roy Suryo yang mengatakan bahwa dia yakin 99,9% pemilik akun Fufufafa adalah Gibran, namun menyisakan 0,1% untuk menghindari kemungkinan bahwa klaimnya bisa saja salah.
Diskusi ini semakin panas dengan banyaknya reaksi netizen di media sosial, terutama di Twitter dan TikTok, yang memperdebatkan siapa yang sebenarnya berhak mengklaim istilah tersebut.
Beberapa netizen bahkan menyarankan agar masalah ini diselesaikan melalui debat publik untuk menemukan titik terang.
Tak sedikit pula yang mengkritik argumen yang dibangun oleh pihak-pihak yang menyatakan bahwa Fufu Fafa hanya bisa dihubungkan dengan Roy Suryo. Banyak yang menyebut logika ini bengkok dan tidak didasarkan pada fakta yang jelas.
"Ini bukan soal siapa yang pertama kali menciptakan, tapi siapa yang punya hak atas akun yang sudah ada," kata salah seorang pengkritik di kolom komentar.
Perdebatan yang mengarah pada siapa yang berhak mengklaim hak cipta atau kepemilikan istilah ini belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Sementara itu, beberapa pihak berpendapat bahwa masalah ini hanyalah permainan politik yang berpotensi menurunkan kredibilitas figur-figur yang terlibat.
Apakah ini hanya sekadar kontroversi untuk menarik perhatian, ataukah ada hal lebih dalam yang perlu digali? Kita tunggu kelanjutan dari perdebatan ini di dunia maya.
[VIDEO]
Sumber: PikiranRakyat