'RIDO Bocor Alus, Tunggu Gembos'
Oleh: Karyudi Sutajah Putra
Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia
Ada tiga calon gubernur-wakil gubernur di Pilkada Jakarta 2024. Namun calon nomor urut 2 yang maju lewat jalur independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana nampaknya sekadar jadi penggembira saja.
Yang akan bersaing ketat adalah calon nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) melawan calon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno (Mas Pram-Bang Doel).
Fenomena tersebut terbaca dari hasil survei berbagai lembaga yang menunjukkan keunggulan calon nomor urut 1 dan 3 secara bergantian dan tergantung lembaga surveinya.
Di awal-awal pendaftaran, RIDO unggul. Namun makin mendekati hari-H pemungutan suara, 27 November mendatang, Mas Pram-Doel mampu menyusul.
Salah satu faktornya adalah kekecewaan “Anak Abah”, sebutan untuk pendukung Anies Baswedan, yang enggan memilih RIDO yang didukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto-Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, karena Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 itu gagal maju di Pilkada 2024 nanti.
Anak Abah menganggap kegagalan Anies menjadi cagub karena diganjal Presiden Joko Widodo yang pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendukung Prabowo-Gibran.
Kini, tidak saja elektabilitas RIDO menurun disalip Mas Pram-Bang Doel, tapi juga ibarat ban mengalami bocor alus.
Sejumlah kader partai pendukung RIDO yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus membelot mendukung Mas Pram-Bang Doel.
Sedikitnya ada 7 kader parpol KIM Plus menemui Pramono di kediamannya, Kamis (31/10/2024) lalu untuk menyatakan dukungan kepada calon dari PDI Perjuangan ini.
Mereka adalah Muhammad Ishaq dan Firman Abdul Halim dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Nafiudin dari Partai Nasdem, dan Ahmad Faisal dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Lalu, Riko dari Partai Amanat Nasional (PAN), serta Ahmad Syukri dan Redim Okto Fudin dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Mereka semua juga merupakan mantan calon anggota legislatif DPRD Jakarta di Pemilu 2024. Jadi, mereka juga punya massa di tingkat “grass roots” (akar rumput).
Tujuh kader parpol KIM Plus yang membelot mendukung Mas Pram-Bang Doel diyakini hanya fenomena gunung es di lautan yang hanya terlihat puncaknya saja secuil, tapi badan gunungnya di dalam lautan jauh lebih besar.
Artinya, ketika RIDO sudah mengalami bocor alus maka berikutnya tinggal menunggu gembosnya saja. Apakah RIDO akan benar-benar gembos?
Terjunkan Jokowi
Mungkin gemetar mencermati fenomena bocor alusnya RIDO, mereka pun melakukan antisipasi. RIDO akan menerjunkan Presiden ke-7 RI Jokowi untuk berkampanye di Jakarta.
Kang Emil sudah sowan ke wong Solo itu di kediamannya, Sumber, Surakarta, Jawa Tengah, beberapa hari lalu untuk keperluan tersebut.
Gayung bersambut, Jokowi pun membuka peluang untuk dirinya terjun ke Jakarta demi mengkampanyekan RIDO.
Mengapa Jokowi bersedia terjun? Dalam analisis penulis, ada sejumlah alasan.
Pertama, Jakarta adalah barometer Indonesia. Kalau menjelang pemungutan suara dukungan untuk RIDO anjlok, maka akan memunculkan efek domino bagi dearah-daetah lainnya, termasuk Jawa Tengah yang merupakan kandang banteng, sehingga Jokowi pun akan terjun ke Jateng untuk mengkampanyekan pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
Kedua, RIDO adalah pertaruhan bagi pemerintahan Prabowo-Gibran yang didukung KIM Plus dan Jokowi. Kalau sampai RIDO kalah, maka popularitas KIM Plus dan Prabowo-Gibran akan ikut tergerus.
Akan tetapi, apa yang akan dilakukan Jokowi bukan tanpa konsekuensi. Kalau sampai RIDO kalah, popularitas dan wibawa mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Walikota Surakarta itu pun akan anjlok.
Jadi, keberadaan RIDO juga merupakan pertaruhan bagi Jokowi apakah masih punya pengaruh politik atau tidak.
Tak mudah bagi RIDO untuk menang. Mengapa?
Pertama, secara struktural dan formal, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memang mendukung RIDO. Tapi secara kultural dan individual, belum tentu massa di akar rumput mendukung paslon nomor urut 1 itu. Terutama Anak-anak Abah yang selama ini juga merupakan pemilih PKS.
Kedua, PDI Perjuangan yang mengusung Mas Pram-Bang Doel merupakan runner up di Jakarta di Pemilu 2024 setelah PKS.
Massa pemilih PDIP nampaknya solid mendukung Mas Pram-Bang Doel yang merupakan perpaduan Jawa-Betawi ini.
Diketahui, etnis Jawa merupakan mayoritas penduduk Jakarta, disusul Betawi. Sedangkan RIDO merupakan perpaduan Sunda-Jawa.
Apalagi seperti di pilpres, dalam pilkada yang “dijual” adalah sosok atau figur calon, bukan partai pendukung.
Fenomena tersebut terjadi di Pilpres 2004 yang dimenangkan Susilo Bambang Yudhoyono yang partainya, Partai Demokrat, relatif kecil.
SBY mengalahkan Megawati Soekarnoputri yang waktu itu partainya, PDI Perjuangan merupakan runner up Pemilu 2004 dan jawara Pemilu 1999.
Fenomena yang sama juga terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang dimenangkan Jokowi, mengalahkan petahana Fauzi Bowo alias Foke yang didukung mayoritas partai.
Alhasil, setelah bocor alus, akankah RIDO gembos? Kita tunggu saja tanggal mainnya, 27 November 2024. ***