DEMOCRAZY.ID - Keputusan Universitas Indonesias (UI) yang menangguhkan gelar doktor dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) untuk Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, layak diapresiasi.
Mau tak mau, Ketum Partai Golkar yang terkenal dengan tagline 'masuk itu barang', kini harus menanggung malu.
Bisa jadi, keputusan berani dari kampus kuning itu, lantaran banyaknya masalah menyangkut disertasi Bahlil yang berjudul 'Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia'.
Sejak awal, disertasi Bahlil banyak masalah dan menjadi sorotan publik.
Banyak dugaan tak sedap tertuju kepada disertasi Bahlil. Mulai dugaan perjokian hingga plagiat.
Soal dugaan perjokian, diungkap Jaringan Advokasi Tambang (Jatam).
Ceritanya, Jatam memberikan persetujuan wawancara kepada seseorang yang mengaku bernama Ismi Azkya, mengaku sebagai peneliti pada 28 Agustus 2024. Katanya, penelitian tersebut untuk kepentingan penelitiannya.
Belakangan terkuak, data dan informasi dari Jatam sama persis dengan apa yang dikutip dalam disertasi Bahlil.
"Kami secara tegas mengatakan disertasi Bahlil tidak murni dikerjakan Bahlil sendiri. Faktanya sudah ada, ketika Ismi Azkya datang menemui kami untuk kepentingan penelitian dan dia mengatakan untuk kepentingan penelitian pribadi," papar Juru Kampanye Jatam, Alfarhat Kasman.
Atas temuan ini, Jatam bereaksi keras dengan melayangkan surat protes ke UI. Selain itu, Jatam meminta seluruh informasi atas nama Jatam dihapus dari disertasi Bahlil.
Sebelumnya, tesis Bahlil sempat heboh di media sosial (medsos) X karena diduga menjiplak alias plagiat.
Dugaan plagiat itu muncul setelah netizen iseng mengecek dugaan plagiasi dalam disertasi Bahlil, menggunakan aplikasi Turnitin.
Asal tahu saja, Turnitin merupakan perangkat lunak yang berguna untuk mendeteksi plagiarisme dalam karya tulis.
Menurut akun @IbrahimNiar, disertasi Bahlil memiliki similirity index 95 persen dengan karya yang ditulis mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berjudul 'Pengelolaan Nikel oleh Perusahaan Pertambangan di Indonesia.'
Akhirnya netizen juga yang membongkar, karya ilmiah itu milik seorang mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Atas penangguhan gelar doktor dari UI ini, Bahlil mengaku belum mendapatkan surat keputusan resmi yang dikeluarkan Majelis Wali Amanat UI.
"Saya belum tau isinya ya, saya belum tahu isinya," kata Bahlil di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Namun, Bahlil mengeklaim, berdasarkan surat rekomendasi yang didapat dari UI dirinya tidak ditangguhkan. Bahlil tak menjelaskan surat rekomendasi itu.
"Tapi yang jelas bahwa kalau rekomendasinya mungkin sudah dapat, saya sudah dapat, di situ yang saya pahami bukan ditangguhkan," tutur dia.
TERKUAK! Dicurigai Jatam Jadi 'Joki' Disertasi Bahlil, Siapa dan Bagaimana Peran Ismi Azkya? Simak!
DEMOCRAZY.ID - Nama Ismi Azkya mendadak viral setelah terseret dalam skandal dugaan penipuan intelektual terkait disertasi doktor Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia.
Sebagai asisten peneliti di Lembaga Demografi UI, Ismi Azkya kini dihadapkan pada tuduhan berat dari Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) yang merasa dicatut sebagai narasumber dalam disertasi tersebut tanpa persetujuan.
Skandal ini bermula dari disertasi berjudul "Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia" yang diajukan oleh Bahlil Lahadalia.
JATAM mengklaim bahwa mereka hanya pernah diwawancarai oleh Ismi untuk penelitian pribadi, bukan untuk disertasi Bahlil.
Namun, nama JATAM tiba-tiba muncul sebagai narasumber dalam sidang terbuka promosi doktor Bahlil.
Ismi Azkya: Peneliti atau 'Kaki Tangan' Penguasa?
Melky Nahar, Koordinator Nasional JATAM, mengungkapkan bahwa wawancara yang dilakukan Ismi hanya disetujui untuk keperluan penelitian pribadinya.
"Kami tidak pernah memberikan persetujuan, baik secara tertulis maupun lisan, untuk menjadi informan bagi disertasi Bahlil," tegas Melky.
JATAM merasa dikhianati karena Ismi tidak pernah menyebutkan bahwa wawancara yang dilakukannya akan digunakan untuk disertasi Bahlil.
Ketika JATAM mencoba menghubungi Ismi untuk klarifikasi, tanggapan yang diterima justru semakin memicu kemarahan.
Dalam pesan singkatnya, Ismi menulis, "Sebelumnya mohon maaf, kak, saya kurang paham sejauh itu karena saya hanya diminta untuk bantu wawancara."
Kontroversi semakin memanas ketika Ismi tiba-tiba memblokir kontak dua pegiat JATAM yang mencoba memintanya untuk menjelaskan duduk perkara.
Bukannya memberikan klarifikasi, Ismi malah memberikan nomor kontak seseorang tanpa menjelaskan identitasnya.
Langkah ini membuat JATAM semakin yakin bahwa Ismi terlibat lebih jauh daripada yang dia akui.
"Ismi Azkya tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai tujuan penelitiannya setelah kami mengetahui nama JATAM dicatut sebagai informan utama dalam disertasi Bahlil," tambah Melky.
Tindakan ini membuat JATAM menuding bahwa Ismi berperan sebagai 'kaki tangan' dalam praktik perjokian karya ilmiah.
Ismi, yang lulusan Universitas Indonesia tahun 2022, bekerja sebagai Asisten Peneliti di Lembaga Demografi UI sejak 2023.
Namun, keprofesionalannya kini dipertanyakan, terutama setelah JATAM menuduhnya terlibat dalam praktik ilegal yang mencoreng integritas akademik.
"Kami menduga Ismi merupakan bagian dari praktik perjokian karya ilmiah untuk kepentingan disertasi Bahlil," ujar Melky.
Ismi kini berada di bawah sorotan publik, bukan hanya sebagai peneliti yang diduga menyalahgunakan data, tetapi juga sebagai sosok yang mungkin terlibat dalam permainan kekuasaan.
Apakah ia benar-benar hanya 'diminta bantuan' atau justru secara aktif berkolaborasi? Ini menjadi pertanyaan besar yang belum terjawab.
Skandal ini berdampak serius pada reputasi Ismi sebagai peneliti muda yang baru memulai kariernya.
Sebagai bagian dari Lembaga Demografi UI, kepercayaan terhadap integritas akademiknya kini dipertaruhkan.
Terlebih lagi, jika terbukti bahwa Ismi dengan sengaja memanipulasi data untuk kepentingan disertasi pejabat, maka ini bisa menjadi kasus besar yang mencoreng dunia akademik di Indonesia.
Di sisi lain, Ismi belum memberikan tanggapan resmi untuk membela dirinya.
[DOC]
semoga catatan keberatan dari @jatamnas ini menjadi masukan yang sungguh dipertimbangkan serius oleh @univ_indonesia dalam menginvestigasi kelayakan doktoral BL. pic.twitter.com/LL3Fi24d9h
— Yanuar Nugroho (@yanuarnugroho) November 7, 2024
ada sejumlah komentar atas twit saya ini yang bernuansa 'menuding' atau 'meminta tanggung jawab' pada sosok bernama ismi azkya yang disebut dalam surat @jatamnas keada @univ_indonesia.
— Yanuar Nugroho (@yanuarnugroho) November 7, 2024
saya kira, jangan menyalahkan individu. ismi azkya hanyalah seorang research support --setara… https://t.co/Ilko1V9bGx
Ismi Azkya (lembaga demografi UI) namanya tmsk dalam "Tim pendukung disertasi" mungkin ya? ðŸ¤
— Shinta Effendi (@shintaeffendi) November 8, 2024
.
Kalau alvian (BKPM) kn tim penyusun yg ketahuan dr 'author' di https://t.co/I8t5mb5n3u. pic.twitter.com/A5SLxsPF7E
Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) menolak data mereka digunakan dalam disertasi Bahlil. Dalam proses tsb yg melakukan penelitian mengaku bernama Ismi Azkya mewakili Lembaga Demografi UI, dan tidak menyebut2 nama Bahlil sebelumnya 😴 pic.twitter.com/1AREXldE8c
— Lukman Simandjuntak (@hipohan) November 7, 2024
Sumber: Inilah