'Apakah Prabowo Serius Bersekutu dengan Jokowi?'
Oleh: Damai Hari Lubis
Mujahid 212
Dalam berbagai ruang diskusi, semakin sering terdengar retorika dan teori tentang posisi Prabowo Subianto (PS) dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Banyak pendukung dan pengamat politik mengutarakan argumen penuh subjektivitas, dengan asumsi yang berbasis pada rasa iba bahwa Prabowo seolah “dikeroyok” oleh rekan-rekannya di kabinet. Maka muncul seruan, “PS harus dijaga!”
Namun, bagaimana membuktikan kebenaran teori ini? Bagaimana memastikan bahwa langkah-langkah politik PS adalah bentuk perlawanan atau sekadar strategi bertahan?
Tanda Keseriusan Persekutuan atau Perlawanan
Untuk menilai apakah PS benar-benar serius bersekutu atau sekadar memainkan strategi politis, ada satu cara: mengamati tindakan nyata yang diambilnya, khususnya dalam menghadapi isu-isu sensitif dan strategis.
Salah satu contoh adalah mendorong aksi serius terkait penegakan hukum dan keadilan yang melibatkan sosok-sosok penting, seperti Gibran Rakabuming (dikenal dengan nama “Fufufafa”) dan ayahnya, Presiden Jokowi.
Menilai dengan Batas Waktu
Jika dalam 100 hingga 200 hari pertama setelah masa pemerintahan ini dimulai PS menunjukkan aksi nyata berupa dorongan keras untuk penegakan hukum yang objektif, maka dapat dikatakan bahwa posisinya lebih dari sekadar persekutuan pasif.
Sebaliknya, jika tidak ada langkah signifikan, maka narasi bahwa PS hanya bersekutu demi keuntungan politik belaka bisa lebih mudah dipercaya. ***
Pidato Haus Kekuasaan Jadi Peringatan Keras Prabowo ke Jokowi
Pesan Presiden terpilih Prabowo Subianto di Kongres PAN yang menyatakan ambisi kekuasaan berlebihan dapat membawa dampak negatif adalah peringatan keras untuk Presiden Joko Widodo.
Menurut mantan Jurubicara Presiden ke-4 Abdurahman Wahid, Adhie Massardi, pernyataan tersebut disampaikan karena hati nurani Prabowo tergerak melihat unjuk rasa masyarakat beberapa hari lalu.
"Saya mendengar sejak ada aksi kemarin itu, Prabowo mulai tersinggung sebagai tentara karena masyarakat menggugat penyimpangan konstitusi, sedangkan tentara itu kan jiwanya menjaga konstitusi," kata Adhie.
Adhie menegaskan bahwa pernyataan Prabowo tersebut sebagai bentuk penegasan bahwa dirinya bukan lagi boneka Jokowi. Hal inilah yang selama ini ditunggu-tunggu rakyat Indonesia.
"Prabowo kemarin jadi boneka Jokowi, dengan pernyataan itu membuktikan dia independen, menghormati konstitusi dan ingin memperjuangkan seluruh rakyat Indonesia, dia ingin jadi presiden seluruh rakyat Indonesia," tandas Adhie.
Dalam pidatonya pada penutupan Kongres VI PAN yang berlangsung di Kempinski, Jakarta, pada Sabtu malam (24/8), Prabowo menekankan politik tidak hanya sekadar mengatur kekuasaan, tetapi juga upaya untuk mendapatkan mandat dari rakyat guna menjalankan pemerintahan demi kesejahteraan mereka.
Namun, Prabowo juga menyoroti bahaya dari nafsu kekuasaan yang tidak terkendali, terutama jika kekuasaan itu dikejar tanpa memikirkan kepentingan rakyat dan malah diatur oleh kekuatan lain yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
"Walaupun mereka-mereka yang terlalu haus dengan kekuasaan, dan kadang-kadang kekuasaan itu hendak dibeli, hendak diatur oleh kekuatan-kekuatan lain, nah ini yang bisa mengganggu dan bahkan merugikan suatu bangsa,” tandasnya. ***