CATATAN POLITIK

'Akankah Gibran Ancam Bunuh Prabowo Seperti di Filipina?'

DEMOCRAZY.ID
November 27, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Akankah Gibran Ancam Bunuh Prabowo Seperti di Filipina?'


'Akankah Gibran Ancam Bunuh Prabowo Seperti di Filipina?'


Oleh: Karyudi Sutajah Putra

Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)


Jakarta – Departemen Kehakiman Filipina, Senin (25/11/2024), menetapkan Wakil Presiden Sara Duterte sebagai dalang dari rencana pembunuhan Presiden Ferdinand “Bongbong” Romualdez Marcos Jr.


Sebaliknya, Sara menuduh menjadi target pembunuhan oleh Bongbong, sehingga kepada sejumlah pembunuh bayarannya ia memerintahkan untuk membunuh Bongbong dan Ibu Negara Liza Araneta-Marcos, serta Juru Bicara Parlemen Filipina Martin Roumaldez jika dirinya terbunuh. 


Artinya, Sara menuduh ketiga orang itulah yang akan membunuh dirinya.


Akankah konflik antara Bongbong dan Sara itu terjadi di Indonesia, yakni antara Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka?


Koalisi antara Bongbong dan Sara yang memenangkan Pemilu 2022 runtuh sudah menjelang pemilihan umum jangka menengah tahun 2025 mendatang. 


Kedua pihak saling tuduh ihwal kecanduan narkoba. Kedua pihak juga saling tuduh akan membunuh.


Mengapa muncul pertanyaan konflik Presiden versus Wapres di Filipina akan terjadi di Indonesia?


Sebab, ada kemiripan antara Prabowo dan Bongbong. Prabowo adalah bekas menantu mendiang Presiden Soeharto, penguasa rezim Orde Baru yang dikenal otoriter. 


Bahkan Prabowo bisa disebut sebagai anak ideologis Pak Harto yang berkuasa selama 32 tahun di Indonesia.


Sedangkan Bongbong adalah putra mendiang Presiden Ferdinand Marcos, diktator yang menguasai Filipina selama 21 tahun.


Pun, ada persamaan strategi antara Prabowo dan Bongbong dalam memenangkan kontestasi pemilihan presiden. Bongbong tahun 2022, Prabowo tahun 2024.


Dikutip dari Tempo.co, 22 September 2024, persamaan strategi antara Prabowo dan Bongbong ini mulai dibahas sejak Desember 2023, ketika gaya kampanye Prabowo dianggap mirip dengan Bongbong, terutama karena keduanya sama-sama memanfaatkan gimik di media sosial.


Bahkan beredar rumor bahwa Prabowo-Gibran menggunakan konsultan politik yang sama dengan Bongbong.


Ya, ada beberapa kesamaan antara Prabowo dan Bongbong dalam memenangkan pilpres. 


Misalnya, Bongbong memilih Sara Duterte-Carpio, putri Presiden Rodrigo Duterte, sebagai calon wakil presidennya. 


Prabowo juga memilih Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo, sebagai calon wakil presidennya.


Kemenangan Bongbong dipengaruhi oleh kehadiran Sara, yang mendapat dukungan luas dari simpatisan ayahnya. 


Sara juga membantu Bongbong meraih dukungan di kalangan pemilih baru. Demikian pula, peran Gibran sangat penting dalam meningkatkan suara Prabowo, terutama di kalangan pemilih muda yang melihatnya sebagai penerus Jokowi.


Baik Prabowo maupun Bongbong juga memiliki kesamaan dalam membentuk citra diri selama kampanye. 


Bongbong, putra mendiang Presiden Ferdinand Marcos yang dikenal sebagai diktator, menggunakan kekuatan media sosial untuk mengubah persepsi publik terhadap warisan otoriter ayahnya.


Demikian halnya dengan Prabowo, yang dulunya dikenal sebagai sosok tegas dan keras, terutama karena keterkaitannya dengan isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) 1998 di ujung pemerintahan Soeharto.


Untuk memperbaiki citranya, Prabowo menggunakan media sosial untuk membangun image (citra) yang lebih lembut, ramah, dan riang gembira, jauh dari kesan angker.


Pemicu Konflik Bongbong-Sara


Ancaman pembunuhan Sara kepada Bongbong merupakan titik kulminasi dari konflik keduanya yang sudah berlangsung cukup lama, bahkan sejak keduanya terpilih menjadi Presiden dan Wapres Filipina.


Sebelumnya, atau pada Oktober 2024, Sara mengancam akan menggali kubur ayah Bongbong, Ferdinand Marcos Sr, dan melempar jasadnya ke Laut China Selatan.


Di Filipina, Presiden dan Wapres dipilih secara terpisah oleh rakyat, sehingga perseteruan antar-keduanya tidak mustahil terjadi. Namun, tak pernah ada konflik Presiden dengan Wapres yang sekeras ini sebelumnya di Filipina.


Dikutip dari Kompas.com, 25 November 2024, yang mengutipnya dari New York Times, perselisihan kedua keluarga paling kuat dalam politik Filipina ini utamanya terjadi karena perbedaan ideologi keberpihakan ke China atau Amerika Serikat (AS).


Bongbong, yang menghabiskan waktu sekitar lima tahun di Hawaii, AS, setelah ayahnya digulingkan dan menimba ilmu di Wharton School of Business, memandang AS sebagai sekutu yang dapat diandalkan, terutama dalam melawan agresivitas Beijing di Laut China Selatan.


Di sisi lain, Rodrigo Duterte selama masa kepemimpinannya pada 2016-2022 lebih condong dekat ke China. 


Ia menganggap Washington munafik dan banyak bungkam tentang ketegangan Manila dengan Beijing di Laut China Selatan.


Berbeda dengan Filipina, Presiden dan Wapres di Indonesia dipilih dalam satu paket melalui pemungutan suara langsung oleh rakyat. 


Begitu pun Prabowo-Gibran yang dipilih dalam satu paket di Pilpres 2024, 14 Februari lalu.


Hanya saja, konflik politik antara Prabowo dan Gibran yang merupakan putra sulung Jokowi bisa saja terjadi. Hal ini jika dilihat dari jejak persaingan politik antara Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2014 dan 2019.


Diketahui, dalam Pilpres 2014, Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa sebagai capres-cawapres dikalahkan oleh Jokowi-Jusuf Kalla.


Pada Pilpres 2019, Jokowi yang berpasangan dengan KH Ma’ruf Amin kembali mengalahkan Prabowo yang kali ini berpasangan dengan Sandiaga Uno.


Usai kekalahannya yang kedua, Prabowo bersedia bergabung dengan Kabinet Indonesia Maju Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.


Di Pilpres 2024, Prabowo yang berpasangan dengan Gibran didukung oleh Jokowi dan berhasil memenangkan kontestasi dengan mengalahkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.


Usai terpilih hingga dilantik pada 20 Oktober 2024 bahkan hingga kini, Prabowo masih terlihat akur dengan Gibran dan Jokowi.


Entah esok. Tak ada jaminan hubungan antara Prabowo dan Gibran akan harmonis hingga 2029.


Apalagi dalam sejarahnya, pergantian presiden di Indonesia selalu diwarnai dengan pengkhianatan demi pengkhianatan dari satu presiden ke presiden lainnya.


Pada Pilpres 2029, Gibran diprediksi akan pecah kongsi dengan Prabowo. Masing-masing diyakini akan maju sebagai capres.


Untuk menuju ke sana, tentulah akan ada persaingan antara Prabowo dan Gibran. Bahkan di pemerintahan mereka kini, keduanya bisa saja menjadi “matahari kembar”.


Sebab itu, konflik politik yang terjadi antara Bongbong Marcos dan Sara Duterte di Filipina bisa juga terjadi di Indonesia antara Prabowo dan Gibran.


Tak ada kawan atau lawan abadi dalam politik. Yang abadi adalah kepentingan. ***

Penulis blog