POLITIK

Tensi Tinggi! Poin-Poin 'Panas' Bobby vs Edy Rahmayadi di Debat Pilgub Sumut

DEMOCRAZY.ID
Oktober 31, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Tensi Tinggi! Poin-Poin 'Panas' Bobby vs Edy Rahmayadi di Debat Pilgub Sumut



DEMOCRAZY.ID - Debat perdana yang mempertemukan pasangan nomor urut 1 Bobby Nasution-Surya dan pasangan nomor urut 2 Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala pada Pilgub Sumatera Utara 2024 telah digelar di Hotel Mercure, Medan, Rabu (30/10) malam.


Tema yang diangkat dalam debat perdana Sumut kali ini tentang pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.


Ada sembilan panelis dalam debat ini, yaitu Nispul Khair, Hatta Ridho, Dadang Darmawan Pasaribu, Hisarma Saragih, Mahmul Siregar, Moammar Andar Roemare Siregar, Hasan Sazali, Mujahiddin, dan Zakaria Siregar.


Pasangan Bobby-Surya diusung oleh 10 partai politik antara lain Gerindra, Golkar, Demokrat, PKS, PAN, PKB, PSI, PPP, NasDem dan Perindo.


Bobby adalah mantan Wali Kota Medan sekaligus menantu bekas Presiden Joko Widodo, sementara Surya adalah mantan Bupati Asahan.


Sementara itu, pasangan Edy-Sagala diusung oleh PDI-Perjuangan, Partai Gelora, Partai Hanura, Partai Ummat, Partai Buruh, dan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN).


Berikut poin-poin yang menjadi sorotan dalam debat perdana Pilkada Sumut:


Waktu habis ketika paparkan visi-misi

Dua pasang cagub-cawagub Sumut kehabisan waktu saat menyampaikan visi misi di debat perdana.


Awalnya tiap paslon telah diberi waktu 3 menit untuk memaparkan visi misi. Bobby Nasution membuka penyampaian visi misi. 


Ketika waktu tersisa 30 detik, ia menyerahkan ke cawagubnya Surya untuk melanjutkan. Surya melanjutkan hingga kehabisan waktu.


"Memastikan layanan yang diberikan ramah terhadap...," kata Surya.


"Waktu habis, terima kasih," kata moderator. Surya kembali melanjutkan menyampaikan visi misi.


Setelahnya, Edy Rahmayadi juga kehabisan waktu saat menyampaikan visi misi.


"Menata kelola pemerintahan," kata Edy.


"Waktu habis, terima kasih Bapak," ucap moderator.


Saling jawab angka partisipasi murni SMA

Edy Rahmayadi dan Bobby Nasuton saling menjawab soal langkah untuk menaikkan angka partisipasi murni (APM) SMA di Sumut yang masih rendah.


Edy mengatakan selama menjabat Gubernur Sumut, ia telah membangun 24 SMA dan SMK. Ia menyebut anggaran pendidikan juga diprioritaskan dalam APBD.


"Memprioritaskan APBD kita 20 persen, dari 20 persen itu kita terhenti karena refocussing covid, saya hanya mampu siapkan 24 SMA/SMK. APM ini sangat penting, dimulai 2022 sudah meningkat 0,68 persen walaupun hanya kecil," kata Edy.


Kemudian Bobby Nasution menanggapi pernyataan Edy. Ia mengatakan dua masalah terkait rendahnya APM SMA, termasuk soal ada 'kutipan' atau pungutan kepada siswa.


"SMA yang paling rendah kalau boleh kasih info, ada dua persoalan yang kami dapat di lapangan. Pertama ekonomi karena ada kutipan, bayaran untuk anak SMA dan SMK. Kedua masalah ada di beberapa kabupaten/kota yang anak-anaknya setelah selesai SMP, memang kebiasaannya ini langsung lanjut kerja," ujar Bobby.


Edy menanggapi pernyataan Bobby. Ia mengatakan yang menjadi pertanyaan adalah terkait APM, bukan 'kutipan' kepada siswa


"Yang ditanyakan angka partisipasi, bukan kutipan, pelanggaran, kalau tahu ada kutipan kenapa tak dilaporkan?" timpal Edy.


Bobby disoraki pendukung Edy

Para pendukung pasangan Edy Rahmayadi - Hasan Basri Sagala terus meneriakkan yel-yel menyindir pasangan Bobby Nasution - Surya saat debat perdana Pilgub Sumatera Utara.


Momen ini terjadi ketika giliran Bobby Nasution menjawab soal minimnya sebaran dokter spesialis di daerah-daerah. Kemudian para pendukung Edy Rahmayadi langsung menyoraki Bobby Nasution - Surya.


"Merajuk...... Merajuk...., Blok Medan..... Medan banjir," teriak para pendukung Edy bersahut-sahutan.


Mendengar sorakan tersebut, Bobby Nasution sempat terdiam lama. Moderator debat pun terpaksa menenangkan para pendukung yang saling serang yel-yel.


Bobby lantas menyinggung soal tata tertib para pendukung dalam debat.


"Saya rasa harus ada tata tertib yang diikuti di sini ," ujar Bobby.


Bobby tanya Edy beli lahan Medan Club

Bobby turut mempertanyakan Edy Rahmayadi soal kebijakan membeli lahan Medan Club saat menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara.


Bobby mengatakan Sumatera Utara seharusnya bisa memenuhi UHC, seperti Kota Medan.


UHC atau Universal Health Coverage merupakan konsep pembangunan kesehatan global yang memastikan setiap individu memiliki akses pelayanan kesehatan yang adil, komprehensif, dan bermutu tanpa adanya hambatan finansial.


"Kami hitung, sebenarnya Sumut bisa UHC, tapi kenapa di masa Bapak lebih milih untuk beli eks Medan Club yang harganya Rp400 miliar lebih, sedangkan masyarakat kita berobat pun belum bisa menggunakan KTP, belum bisa gratis," Bobby.


"Kenapa lebih milih beli itu daripada menggratiskan kesehatan masyarakat?" imbuh Bobby.


Edy protes Bobby pakai singkatan

Edy Rahmayadi turut memprotes Bobby menggunakan singkatan dalam pertanyaannya.


"Tadi disampaikan moderator kalau ada singkatan, dipanjangkan singkatannya dan diterjemahkan. UHC, Universal Health Care, itu yang dibanggakan dengan KTP bisa berobat, bukan itu persoalannya. Itu (UHC) adalah penerapan nasional untuk atasi BPJS yang belum bisa selesaikan masalah," kata Edy.


Bobby pun menanggapi pernyataan Edy dengan kembali menyinggung soal pembelian Medan Club. Ia juga mengoreksi pernyataan Edy soal UHC.


"Walaupun C nya tadi mohon maaf bukan care, tapi coverage. Yang saya tanya kenapa memilih beli Rp400 miliar beli aset hanya untuk nambah luasan kantor gubernur dibandingkan kasih uangnya agar masyarakat bisa berobat?" kata Bobby.


2 Cawagub saling serang soal kondisi jalan

Dua Calon wakil gubernur Sumatera Utara juga terlihat saling serang soal jalan rusak pada debat perdana Pilgub Sumut 2024.


Awalnya, cawagub nomor urut 2, Hasan Basri bertanya soal jalan rusak di Kabupaten Asahan, di mana cawagub nomor urut 2 Surya pernah menjabat sebagai Bupati di daerah itu.


"Saya kemarin dari Asahan, masyarakat menanyakan ke kami terkait problematika jalan yang dekat dengan kantor bupati, 4 km dari kantor jalan masih rusak, masih banyak lobang," kata Hasan.


Menurutnya, jalan itu dibutuhkan masyarakat untuk beraktivitas. Hasan pun lantas menegaskan jalan yang dimaksud merupakan jalan kabupaten.


"Sementara masyarakat butuh jalan ini menuju ke SMA di sana bisa bagus, baik, supaya mereka menuju SMA tidak kena banjir dan pakaiannya kotor. Apa tanggapan bapak terkait masalah ini di Asahan?" kata Hasan.


Surya lalu menjawab pertanyaan itu. Ia mengakui ada jalan di Asahan yang rusak tetapi banyak juga jalan yang sudah bagus. Di Asahan ada jalan yang merupakan kewenangan provinsi Sumut dan pemerintah pusat.


Surya kemudian menyinggung soal peran Gubernur Sumut Edy Rahmayadi yang merupakan perwakilan pemerintah pusat di daerah. Menurut Surya, jalan negara di provinsi lain dalam keadaan bagus, berbeda dengan di Sumut.


"Kenapa Aceh bisa lebih bagus, Sumatera Barat bagus, kok Sumatera Utara jalan negara jelek, ini karena apa? Pemerintah provinsi tidak akses kepada pemerintah pusat?" tanya Surya.


Menanggapi itu, Hasan menegaskan jalan rusak yang disinggungnya merupakan jalan kabupaten.


"Saya menanyakan kewenangan bapak, tidak mungkin saya tanya permasalahan kalau itu wewenang provinsi," kata Hasan.



Sumber: CNN

Penulis blog