'Tangkap dan Adili Jokowi'
Oleh: M Rizal Fadillah
Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Jokowi “dinner” berdua dengan Prabowo sambil omon-omon soal kebersamaan dan keberlangsungan. Prabowo yang akan dilantik berada di atas angin.
Angin berubah dari waktu pencalonan dan kompetisi dimana Prabowo yang menggantungkan nasib kepada Jokowi.
Jilat dan rengek senjata ampuh untuk meluluhkan hati. Gibran dipegang sebagai jaminan. “Tenang pak Prabowo saya sudah disini”, kata Gibran meyakinkan.
Jokowi kini goyah dan panik. Bagaimana tidak, buah hatinya babak belur didera Fufufafa yang disadari atau tidak akan berpengaruh pada hubungan Gibran dengan Prabowo. Jokowi mulai pusing sembilan keliling.
Ditambah lagi dengan Prabowo yang merangkul Megawati membuat Jokowi cemburu. Kecemburuan sekaligus ancaman politik yang serius.
Berdiri tidak ajeg sebagai penguasa yang ‘ndableg’ selama sepuluh tahun itu merengek pada Prabowo. Mengancam tidak menghadiri pelantikan, meski berharap suksesi berjalan lancar. Tentu agar gibran aman dilantik.
Sok merakyat dengan mengimbau TNI selalu bersama rakyat. Padahal selama ini Jokowi yang selalu memperalat.
Meminta Prabowo yang nantinya menandatangani Keppres IKN, ia sendiri tidak sanggup untuk menandatangani apalagi harus hidup di tempat Jin buang anak.
IKN sekarang telah berubah dari harapan menjadi kecemasan. Jokowi mencoba melempar tanggung jawab kepada DPR dan Prabowo.
Jokowi pasca lengser, berat untuk selamat. Baliho ucapan terimakasih kepada Guru Bangsa adalah bentuk dari kebohongan dan pencitraan.
Kodok pun tertawa terbahak-bahak apalagi monyet-monyet. Anjing menjulurkan lidah mengejek. Andai profil guru seperti ini bagaimana dengan murid muridnya ? Lalu bangsa macam apa kita ?
Jokowi dipastikan berat untuk selamat, karena empat hal, yaitu :
Pertama, ia akan dikejar oleh para patriot yang tidak mentoleransi terjadinya pengkhianatan negara. Adalah dosa politik serius menyerahkan leher bangsa ke tangan China dan menjual kedaulatan tanah air kepada Singapura. Termasuk bermain-mata dengan Amerika atau memfasilitasi 9 Naga.
Kedua, kasus pelanggaran HAM berat seperti pembunuhan 6 syuhada “Km 50” di samping sudah ada Novum, juga sebagai pembunuhan politik yang penanggungjawab politiknya adalah Presiden.
HRS akan all out untuk menekan Prabowo agar membongkar jaringan pembunuh. Jokowi pasti ketar-ketir.
Ketiga, peristiwa Fufufafa menjadi pukulan tak terduga bagi keluarga Jokowi. Rakyat menyerang Gibran dan minta gagalkan pelantikan.
Jokowi bakal merasa sia-sia telah mengerahkan segala tenaga untuk menggolkan putera andalan sebagai Wapres. Gibran terancam ambruk.
Keempat, politik dinasti atau nepotisme menjadi fakta. Jokowi sudah bisa ditangkap atas delik nepotisme tersebut, 12 tahun ancaman hukumannya. Tuduhan korupsi juga terbuka, hanya proses panjang. Nepotisme lebih mudah dalam pembuktian.
Jokowi berat untuk selamat, ijazah palsu terus membayang. Soal foto ijazah sangat menentukan, kecurigaan foto Hary Mulyono yang dicatut dalam ijazah Jokowi segera terjawab.
Idayati istri Mulyono patut untuk bersaksi, begitu juga dengan putra putri Hary Mulyono. Jika mereka bersaksi, ambyar Jokowi.
Jokowi berat untuk selamat, cepat atau lambat Jokowi akan ditangkap, diadili dan dihukum. Gantung !
Bandung, 10 Oktober 2024